Saturday, July 27, 2024
spot_img
HomeDalam NegeriIdul Fitri dan Kemenangan Hakiki
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Related Posts

Featured Artist

Idul Fitri dan Kemenangan Hakiki

Penulis : Rizki kurniawan ( Wakil Sekretaris Bidang Partisipasi Pembangun Daerah, HMI Cabang Bandar Lampung)

NILAI MEMAAFKAN

Global Cyber News| Seorang sipir penjara pada rezim Apartheid di Afrika selatan mempunyai ritual bengis setiap harinya yaitu melakukan penyiksaan narapidana. Pada suatu hari, salah satu narapidana digantung terbalik dan dikencingi mukanya secara tidak manusiawi. Waktu berlalu dan siapa yang menyangka bahwa narapidana yang setiap harinya harus mengenyam penyiksaan yang tidak manusiawi itu, didaulat untuk memimpin rakyat Afrika Selatan.

Hal pertama yang ia lakukan setelah dilantik sebagai presiden ialah meminta ajudannya untuk mencari sipir tersebut untuk dibawa menghadapnya. Ketika sipir yang gentar itu sudah berada didepan wajahnya, Presiden itu berkata: “ hal pertama yang ingin aku lakukan saat penjadi presiden ialah memaafkanmu. “ presiden yang besar hati itu tak lain ialah : Nelson Mandela.

Indonesia juga mempunyai sosok teladan lain yaitu, Buya Hamka ( Haji Abdul Malik Karim Amrullah). Beliau pernah dipenjara sebagai tahanan politik selama dua tahun empat bulan karena mempertahankan dan merawat prinsip yang diyakininya dalam arena politik pada masa orde lama, yang pada saat itu dipandang berseberangan dengan penguasa.

Sebelum wafat, Bung Karno berwasiat: “ saya minta agar jasadku kelak ketika meninggal di shalatkan yang diimami oleh hamka” tanpa melihat rekam masalalu nya yang pernah dipenjaraka oleh Bung Karno, Hamka dengan kesungguhan hati menunaikan amanat mulia tersebut dengan rasa hormat. Keduanya contoh sosok manusia yang agung. Tak tersimpan dendam, yang terpancar hanyalah muamalah kemanusiaan yang dihiasi dengan cahaya maaf.

Kisah dua tokoh diatas memberikan cermin keteladanan bagi kita sebagai generasi setelahnya, bahwa memafkan adalah tindakan yang harus selalu dilakukan kepada siapapun terlepas apapun yang telah diperbuat seseorang terhadap kita.

IDUL FITRI

Setelah satu purnama penuh kita melaksanakan ibadah di bulan puasa, bulan yang penuh dengan makna-makna kolosal peribadatan. tibalah kita pada suatu semarak kemenangan setelah bersungguh-sungguh meneguhkan diri untuk melatih hati dan perbuatan agar lebih syarat makna dan kaya manfaat. Idul fitri secara harfiah mengandung makna “kembali” atau “watak bawaan”. Dalam bahasa Al-Quran, fitrah ( fithrah) adalah “ diri adam” yang kepadanya Allah “ mengajarkan seluruh nama” ( QS Al-Baqarah [2]: 31)

Menurut william C. Chittick dalam Kosmologi islam dan Dunia modern, “diri” tersebut adalah Adam primordial yang hadir dalam setiap manusia. Potensi fitrah tersebut bergerak transenden keillahian. Tuhan pemilik sumber kabajikan juga kebijaksanaan meneteskan kebaikan dan kebijaksanaan yang dimiliki-Nya kepada manusia sebagai khalifah dimuka bumi ( khalifah fi al-ardh).

Buah lain yang harus kita petik pada hari kemenangan ini adalah terwujudnya kesalehan sosial selain kesalehan individu. Karena ibadah puasa juga memiliki daya ungkit untuk mencetak tatanan masyarakat yang berkeadilan. Dalam konteks ini, ibadah puasa juga mempunyai nilai sosial masyarakat yang kuat jika dimaknai secara benar dan kaffah.

Nilai- nilai keberagamaan menjadi unsur penting bagi gerakan-gerakan pembebasan masyarakat dari ketertindasan, kemiskinan,ekploritasi ekonomi dan berbagai bentuk kezaliman. Asghar Ali Enginer menyebutnya dengan istilah “ teologi pembebasan”. Teologi pembebasan dalam islam baginya sangat dibutuhkan saat ini yaitu suatu teologi yang meletakkan komitmen pada kebebasan, persamaan, keadilan distribusi, menolak keras penindasan, penganiyaan serta eksploritasi manusia oleh manusia. Teologi yang menitikberatkan pada perjuangan untuk membetuk tatanan masyarakt yang egaliter, adil dan tidak eksploitatif.

Dan benar saja apa yang kita saksikan dalam periode bulan suci ramadhan seolah gayung bersambut tentang apa yang diucapkan oleh Asghar Ali Enginer, bahwa masyarakat kita tidak hanya berfokus pada peningkatan kesalehan secara individu tetapi juga mampu menyadarkan masyarakat untuk membentuk ritme kesalehan sosial.

Apalagi dalam momentum puasa tahun ini yang sangat dirasa berbeda karena saat ini bangsa Indonesia merayakannya ditengah pandemi covid-19, banyak gerakan-gerakan sosial yang muncul untuk bergotong lara meringankan beban saudara-saudara kita yang ekonomi nya terganggu akibat perubahan tatanan sosial dan ekonomi.

Semoga saja kebaikan dan perbaikan yang terjadi selama masa bulan suci ramadhan tetap terejawantah dalam kehidupan individu maupun sosial kemasyarakatan pasca idul fitri, karena disinilah lembaran-lembaran pelatihan selama satu bulan akan diujikan.

KEMENANGAN HAKIKI

Dari kisah keteladanan Buya Hamka dan Nelson Mandela diatas yang syarat makna keteladanan dan setelah kita melewati ibadah puasa pada bulan suci ramadhan dengan melatih hati, pikiran dan tindakan kearah perbaikan dan kebaikan, individu maupun sosial masyarakat.

Tibalah kita pada titik episentrum untuk menebarkan hasil penggodokan diri saat gema takbir dan tahmid berkumandang pada hari raya idul fitri untuk saling memafkan atas kesalahan-kesalahan yang lalu, yang tanpa disadari terjadi dalam siklus aktivitas sehari-hari. Kemenangan hakiki terjadi apabila kita mampu meluaskan dada dan menjulurkan tangan dengan penuh rasa ikhlas untuk memafkan, memperat silaturahmi serta secara konsisten menerapkan nilai-nilai luhur yang terlatih selama bulan suci ramadhan untuk selalu terpatri didalam diri pasca ramadhan berakhir.

Rasulullah SAW bersabda : “ orang perkasa bukanlah yang menang dalam pergulatan, sesungguhnya orang hebat adalah yang mampu mengendalikan nafsunya ketika marah.” Memaafkan dan mengampuni adalah perbuatan tertinggi dan cermin akhlak mulia dan diperintahkan Allah kepada umatnya.

Mohon maaf tercurahkan dari saya kepada para pembaca semua, karena ada yang tak selesai dengan hanya merasa bersalah, maka maaf yang dimohonkan untuk hadir menggenapinya. Selamat hari raya idhul fitri 1441 H. Mari kita panjatkan doa agar bangsa indonesia segera pulih sediakala,sebab tak ada badai yang tak reda, tak ada gelombang yang tak berkesudahan. Aamiin

Red.

Latest Posts