Saturday, July 5, 2025
HomeOpiniMenjaga Bumi Surga Bersama
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Related Posts

Featured Artist

Menjaga Bumi Surga Bersama

Seri Ke_Sembilan

Global Cyber News|Kecuali habitatnya diganggu atau terganggu, jarang sekali kita mendengar atau menemukan sebuah peristiwa ada sekelompok hewan di hutan yang mati kelaparan. Burung -burung setiap hari terbang mencari makan dari mulai sinar matahari terbit dan pulang ke sarangnya dengan tembolok penuh isi makanan saat sang Surya mulai tenggelam. Burung burung itu tak mengeluh karena makanan untuk kebutuhan hidup diri dan anak- anaknya selalu terpenuhi.

Tikus, ular, kodok, dan lain-lain tetap bergerak setiap hari menjalankan tugas hidup: kawin, membuat sarang, melahirkan , memelihara dan membesarkan anak-anaknya hingga bisa mandiri meskipun tak pernah menyimpan atau menumpuk makanan di dalam sarangnya.

Berbeda dengan manusia. Setiap hari bergerak bukan semata mencari nafkah, tetapi mengumpulkan, menumpuk, dan menyimpan makanan (harta benda ) melebihi batas kebutuhan, takut jika makanan yang tersedia di bumi kelak habis.

Meski kapasitas perut manusia hanya cukup untuk asupan makan tiga kali sehari, tetapi setiap hari mereka menambah jumlah kulkas dan gudang berisi penuh aneka makanan. Seolah kapasitas dan ukuran perut tak ada batasnya.

Meski ukuran mulut hanya cukup untuk masuk satu sendok atau satu suap makanan, tapi manusia terus memproduksi berbagai jenis makanan aneka rupa dan menimbunnya bertumpuk -tumpuk karung di dalam rumah. Seolah luas dan lebar mulut tak ada ukurannya.

Kebutuhan manusia akan rumah untuk berteduh, beristirahat dan ber-reproduksi cukup satu unit. Tetapi manusia membangun beberapa unit rumah dengan ukuran dan fasilitas yang tersedia melebihi kebutuhan.

Dari sinilah awal malapetaka kehidupan di atas tanah bumi dimulai. Kerusakan lingkungan hutan, gunung, lembah, danau, sungai dan laut diakibatkan oleh ulah manusia.

Padahal Sang Pencipta menyajikan bumi dengan segala isinya dalam bentuk surga yang sungguh sempurna.Semua yang tercipta sudah terukur untuk kebutuhan hidup semua mahlukNya. Jumlah air, pohon, buah, ubi, biji, hewan, dan lain-lain yang tersedia sesuai dengan takaran untuk selama kebutuhan hidup manusia di surga bumi.

Tapi, manusia merubah surga itu menjadi bagian -bagian neraka dengan cara mengumbar keinginan berlebih hingga merusak lingkungan dan menggangu harmoni kehidupan alam semesta. Aktivitas eksploitasi, eksplorasi alam, perang, dan rebutan kursi kekuasaan pun tak bisa terhindari lagi.

Nah, hadirnya peristiwa alam gempa bumi, longsor, banjir, wabah, termasuk penomena pandemi Covid 19, adalah cara lain dari Tuhan untuk mengingatkan manusia agar kembali “pulang.” Bahwa yang utama dan pertama (first thing first) tugas hidup manusia adalah menjaga surga bumi dengan cara membatasi keinginan agar tidak melampaui batas kebutuhan.

Covid 19 menjadi kekuatan tak terlihat yang bukan hanya membunuh fisik tubuh manusia, tetapi juga membunuh hasrat dan keinginan berlebih manusia.

Maka, pabrik, kantor, mobilitas-aktivitas barang dan manusia berhenti sesaat. Status kekayaan, kekuasaan, profesi dan reputasi tumbang- berjatuhan.

Penomena Covid-19 mengajak kita kembali pulang ke akar, menanam, menyebar bibit, menyemai tunas pohon-pohon kehidupan setelah selama ini manusia sangat giat dan bernafsu memanen meski sangat malas menanam.

Teruslah menanam dan memelihara akar untuk menjaga bumi sebagai surga bersama bagi umat manusia.

Do it now…!

Get the feeling
Mr. Ten
(Tangsel, 2020)

Red.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts