Global Cyber News|Medan I Pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benyamin, SKom, MM menyakini bahwa aksi unjuk demontrasi puluhan nasabah asuransi AJB Bumiputera di Surabaya Jawa Timur belum lama ini bisa merembet ke berbagai wilayah Indonesia, terutama Sumut.
Ia juga memperkirakan akan banyak perusahaan asuransi yang kesulitan dalam memenuhi likuiditasnya di tengah kondisi pasar keuangan yang serba sulit dan cenderung dibawah tekanan saat ini.
“Meskipun tidak semua mengalami masalah serupa, tetapi di tengah ancaman resesi seperti saat ini, lembaga keuangan akan berhadapan dengan kesulitan yang tidak jauh berbeda,” kata Gunawan, dosen Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Medan, Kamis (10/9/2020).
Diakuinya, bahwa likuiditas sedang dibutuhkan masyarakat. Jumlahnya tergantung dari kebutuhan masing-masing. Namun masalahnya, kondisi keuangan masyarakat kita juga lagi bermasalah saat ini. Banyak yang berkurang pendapatan atau bahkan tidak memiliki pendapatan sama sekali. Jadi ketersediaan uang cash benar-benar menjadi kebutuhan mendesak.
Terlebih, lanjut Gunawan, jika dihadapkan dengan kemungkinan resesi yang akan terjadi nantinya. Jadi tuntutan nasabah tersebut wajar. Karena disaat mereka kesulitan likuiditas, maka mereka akan mencairkan aset-aset yang mereka miliki. Termasuk investasi yang dibenamkan di Bumiputera. Tetapi sisi lainnya adalah, kemampuan perusahaan dalam memenuhi klaim nasabah juga tidak bisa diharapkan akan terealisasi secepat mungkin.
Begitu juga dengan pengelolaan dana nasabah itu banyak disimpan diinstrumen pasar keuangan yang memang tengah berkinerja buruk belakangan ini. Katakanlah saham, obligasi, reksadana atau instrument keuangan lainnya. Bahkan untuk instrumen yang memberikan pendapatan tetap juga memberikan imbal hasil yang mengalami penurunan belakangan ini. Itu belum lagi kerugian yang diakibatkan penurunan kinerja dari portfolio yang disimpan.
“Belum lagi kasus gagal bayar perusahaan asuransi lain seperti WanaArtha life. Dimana ada pemblokiran rekening efek milik perusahaan, sehingga berpotensi membuat aset lancar yang dimiliki perusahaan asuransi tersebut tidak bisa dicairkan. Alhasil, cashflow terganggu dan memicu terjadinya gagal bayar ke nasabah. Dan saat ini masih banyak perusahaan asuransi lain yang juga mengalami gangguan yang sama,” pungkasnya.. . (pl)
Red. Pandi Lubis