Global Cyber News.Com|Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pakis di Kampung Pesawahan Desa Gununglurah Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah, barangkali bisa di sebut sebagai madrasah terunik di Indonesia. Umumnya Madrasah didirikan oleh sebuah Yayasan atau organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan.
Madrasah Tsanawiyah Pakis didirikan oleh peserta didik dan relawan Sekolah Kader Desa Brilian (Saat itu masih bernama Boarding School Mbangun Desa) di bawah komando Kang Isrodin (Sekarang Kepala MTs Pakis) dengan tujuan agar anak-anak di kampung terpencil di tengah hutan bisa belajar/sekolah.
MTs Pakis memulai kegiatan belajar di gubug ukurang 4 x 6 meter yang di bangun di bawah Hutan Pinus ( Se ijin Perum Perhutani) di pinggir Telaga Kumpe (Yang saat ini sudah menjadi salah satu destinasi wisata hutan yang di kelola bersama LMDH dengan Perhutani KPH Banyumas Timur).
Guru guru MTs. Pakis (Lebih familiar di sebut teman belajar) adalah peserta didik Sekolah Kader Desa Brilian. Di tiga tahun pertama, pembelajaran di MTs Pakis, guru – gurunya adalah peserta didik Sekolah Kader Desa yang masih berstatus sebagai peserta didik Kelompok Belajar Paket C Setara SMA. Hanya Kepala MTs. Pakis yang berlatar belakang Sarjana Pendidikan, yaitu Kang Isrodin.
Untuk menemani kegiatan belajar anak-anak di MTs Pakis, 4 (empat) peserta didik Sekolah Kader Desa Brilian (Saat itu berkampus di Baturaden), setiap hari dengan menggunakan sepeda motor gadai, menempuh perjalanan sepanjang 12 km melewati kampung-kampung dengan jalanan yang berbatu dan rusak parah.
Saking sulitnya jalan yang di lalui terutama jalan masuk ke kampung Pesawahan yang sangat terjal dan menanjak, seringkali sepeda motor di tinggal di tepi jalan pinggir hutan. Perjalanan di lanjutkan dengan jalan kaki.
Tuhan Maha Penyayang. Di tahun ketiga jalan menuju kampung Pesawahan di aspal mulus oleh Pemerintah Daerah. Tempat belajar yang tadinya gubug di bawah pohon pinus, berpindah di gedung baru yang di bangun di tanah seluas 700 meter.
Banyak orang bertanya-tanya, bagaimana bisa dalam waktu yang relatif singkat, Madrasah bisa membeli tanah dan membangun gedung. Padahal yang mendirikan dan “mengajar” adalah anak-anak yang masih belajar Paket C.
Tanah tempat membangun Madrasah di beli dari donasi/sedekah orang-orang baik sahabat-sahabat saya. Sedangkan pembangunan gedung, ini ceritanya…..
Tanggal 24 April 2013, saya mendampingi Tasripin (bocah yang viral karena putus sekolah dan merawat tiga adik-adiknya yang juga putus sekolah) di sebuah acara Talkshow TV One. Selesai acara saya SMS seorang sahabat dengan inisial Dr. Saefudin Ahmad (Saat itu menjabat sebagai Sekretaris Menteri Agama). SMS saya tidak di jawab. Beliau langsung menelpon saya.
Saya ceritakan bahwa saya sedang di Jakarta menemani Tasripin yang di undang beberapa stasiun TV. Malam nanti saya bermalam di sebuah hotel yang sudah disiapkan oleh salah satu stasiun TV. Karena besok malamnya, masih ada acara dengan Trans TV.
Kang Saefudin meminta saya dan Tasripin untuk bermalam di Hotel Borobudur. Kebetulan saat itu Kementrian Agama sedang ada kegiatan di Hotel Borobudur. Dan….Masyya Allah…. Ternyata saya dan keluarga Tasripin menempati kamar hotel yang sedianya di pakai oleh Pak Mentri Agama. Sungguh, anugerah terindah bagi saya dan Tasripin berkesempatan bermalam di kamar Hotel yang di peruntukkan bagi Mentri.
Pagi harinya setelah menikmati sarapan super mewah di Hotel Borobudur, saya di jemput Kang Saefudin dan di ajak ke Kantor Kementrian Agama. Lagi lagi sebuah kejutan dimana saya dan Tasripin langsung diajak ke ruang Pak Mentri dan bertemu dengan Mentri Agama yang di damping banyak pejabat di Kementrian Agama juga para wartawan dari berbagai media.
Bapak Mentri Agama dengan ramah menerima kami. Beliau menawarkan ke Tasripin dan adik-adiknya untuk mondok dan belajar di Madrasah dengan bea siswa dari Kementrian Agama. Ternyata Tasripin lebih memilih untuk tetap tinggal di kampung dan akan kembali sekolah.
“Kang, sampean ceritakan ke Pak Mentri tentang Madrasah yang sedang di rintis di kampung Pesawahan, agar pak Mentri tahu bahwa kita sudah dan sedang berbuat mengatasi masalah anak-anak putus sekolah di kampung ” Bisik Kang Saefudin.
Saya memberanikan diri mendekati pak Mentri dan menyampaikan tentang masalah masalah pendidikan yang ada di Pesawahan, seperti warga yang buta aksara, anak-anak yang putus sekolah SD, juga banyak anak –anak usia SD yang tidak sekolah. Bahwa kita sedang menyelenggarakan berbagai program pendidikan seperti sudah mendirikan PAUD dan MTs Pakis yang pembelajarannya di laksanakan di gubug bawah hutan pohon pinus.
Selain itu kita merencanakan akan mendirikan Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Aliyah agar semua anak-anak kampong bisa terus sekolah. Mendengar penjelasan saya beliau merespons dengan mengatakan Kementrian agama akan membantu pembangunan gedung sebanyak 12 lokal terdiri dari 6 lokal untuk Madrasah Ibtidaiyyah, 3 lokal untuk Tsanawiyah dan 3 lokal untuk Aliyah. Subhanalloh…. Terima kang Saefudin. Sampean pancen Topppp.
Apa yang di sampaikan Pak Mentri esok harinya muncul di berbagai surat kabar nasional. Tidak pakai lama beberapa minggu kemudian rombongan dari Kementrian Agama dipimpin oleh Bu Ida (Kasubdit Sarpras) di dampingi Kakanwil Jawa Tengah, Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten datang berkunjung untuk melihat lokasi yang akan di bangun. Luas tanah yang tersedia untuk bangunan madrasah baru ada 700 meter. Tanah di beli dari donasi (sedekah) kawan-kawan termasuk dari koleganya Kang Saefudin.
Karena luas tanah belum memenuhi persyaratan untuk di bangun 12 lokal, maka Kementrian Agama membantu sebanyak 6 lokal untuk MI 2 lokal, MTs 2 lokal dan MA 2 lokal. Mempertimbangkan kecukupan tanah dan keberadaan Madrasah Pakis yang baru, setelah berdiskusi dengan Kang Saefudin dan Teman-teman di Kementrian Agama maka alokasi 6 lokal di bagi dengan Madrasah yang ada di sekitar. Yaitu untuk MI alokasi 1 lokal di berikan kepada MI Maarif Gunung Lurah, untuk MTs yang satu local di berikan kepada MTS Maarif NU Panembangan dan untuk Aliyah, satu lokalnya di berikan kepada Madrasah Aliyah Maarif Rancamaya. Semuanya di wilayah Kecamatan Cilongok.
Tasripin… si bocah viral pada tahun 2013, menjadi salah satu dari puluhan anak kampung yang ahirnya beruntung bisa sekolah di Madrasah pinggir hutan itu…. Dan, yang membahagiakan adalah banyak orang yang kemudian “jatuh cinta” dan peduli pada kepolosan, keluguan, dan “kedekilan” anak-anak kampung yang belajar di Madrasah Tsanawiyah Pakis.
Red.