- Pengantar 35 Skenario Film, Kisah di 34 Provinsi, Berdasarkan 35 Puisi Esai
Denny JA
Siapakah yang kuasa mengatur jatuh cinta?
Global Cyber News.Com|Itu yang dirasakan Richard Loving, di tahun 1950an. Ia hidup di Virginia, Amerika Serikat. Ia asli kulit putih, dengan ras caucasian.
Apa daya. Robert Loving jatuh cinta kepada Mildred jeter. Ini gadis berkulit hitam. Robert tak hanya jatuh cinta, tapi Ia berkehendak menikahi Mildred.
Di era kini, siapa yang menduga? Di jantung negara demokrasi dunia, Amerika Serikat, di Virginia tahun 1950an, kulit putih dilarang menikah dengan kulit hitam.
Terbit aturan yang disebut: Racial Integrity Act of 1924. Pernikahan antar ras, kulit hitam dan kulit putih, itu adalah pidana. Mereka yang menikah antar rasial segera masuk penjara. (1)
Karena larangan hukum, Richard Loving membawa calon istrinya melintasi Virginia. Mereka menikah di Washington DC yang membolehkan pernikahan antar ras.
Selesai menikah secara sah, mereka kembali ke Virginia. Akte nikah yang sah itu mereka simpan dengan rapih.
Tak seperti rencana. Suatu malam, rumah mereka digerebek polisi. Robert Loving dan Mildred Jater dibawa paksa ke kantor polisi. Mereka dipenjara.
Mereka tunjukkan surat menikah. “Kami sepasang suami istri yang sah!” Robert loving meyakinkan aparat.
Tapi aparat hukum menyatakan. Surat dari negara bagian lain tak berlaku di Virginia.
Pengadilan pun digelar. Ketuk palu. Richard Loving dan istri dihukum setahun penjara.
Mereka boleh bercerai jika ingin tetap tinggal di Virginia. Namun jika mereka masih terikat perkawinan, mereka harus meninggalkan Virginia.
Selama 25 tahun mereka tak boleh kembali ke Virginia. Mereka diusir dari tanah kelahirannya hanya karena menikah antar ras.
Dengan sedih hati, sepasang sejoli ini pindah ke negara bagian lain. Betapa merana. Mereka dipisahkan oleh hukum tak boleh mengunjungi tanah kelahiran, menjumpai Ayah, Ibu dan keluarga.
Pernah beberapa kali mereka diam diam ingin ke Virginia karena rindu orang tua. Tapi selalu cemas akan tertangkap.
Seorang kenalan menyarankan Loving mengirim surat protes kepada Robert Kennedy. Saat itu, Robert, adik Presiden Kennedy, menjabat Jaksa Agung.
Robert pun memberi jalan Richard Loving agar didampingi pengacara handal. Kasus ini harus dibawa kepada pengadilan paling tinggi: Supreme Court.
Ujar Robert Kennedy, saatnya undang undang diskriminatif ini dihapuskan.
Melalui jalan panjang, akhirnya Supreme Court membatalkan Racial Integrity Act of 1924. Aturan ini dianggap tidak konstitusional.
Film Loving (2016) tak hanya menyentuh rasa iba, simpati, amarah dan sedih. Ia juga mengajarkan kita tentang sepotong sejarah di masa lalu. Kisah aneh tapi nyata.
Wow, begitu esensial yang dapat diajarkan oleh sebuah film.
-000-
Betapa sejarah lebih hidup, lebih meresap, lebih masuk ke tulang sumsum kesadaran, jika ia disampaikan lewat film.
Sejarah dari berbagai belahan dunia kini mulai diajarkan melalui film.
Aneka film di bawah ini biasa diputar untuk menghayati kisah di berbagai wilayah bumi. Film Agora untuk satu episode sejarah di Afrika Utara. Film Gladiator ( satu momen di Roma), King of Heaven (Europe), The Dutchess (Inggris), Journey to Mecca (Timur Tengah).
Asoka of the Great (India/Asia Selatan), Dragon Blade (Cina). The Last Samurai (Jepang/Asia Timur). (2)
Mengapa film dianggap sangat efektif bahkan untuk medium pengajaran?
Semakin disadari bahwa pengetahuan itu akan lebih meresap dan bermakna jika sampai pada level afeksi.
Sentimen yang paling kuat dan purba dalam diri manusia itu adalah emosi. Perasaan. Rasa takut. Bahagia. Cemas. Derita. Harapan.
Afeksi ini menjadi landasan kognisi. Alam rasa menjadi fondasi bagi aneka konsep.
Aneka proses reasoning, logika, akan lebih bergetar dalam memori jika ia disampaikan dengan menyentuh afeksi.
Tak ada medium yang lebih efektif dibandingkan audio visual untuk keperluan sentuhan afeksi.
Satu gambar bermakna seribu kata. Satu potret dapat bercerita lebih banyak dari puluhan kalimat. Video atau Film itu adalah kumpulan gambar dan potret yang bergerak.
Film yang ditonton dengan kesan mendalam itu adalah memori alam rasa. Ia menjadi referensi yang reflektif.
Trend juga menunjukkan itu. Informasi yang hanya tersimpan dalam teks bahkan foto semakin ditinggalkan. Informasi dalam audio visual itu yang semakin dominan.
Film, medium audio visual, akan semakin meraja lela.
-000-
Sudah lama saya berharap dapat ikut membuat serial film. Ia memotret drama Indonesia, masyarakat pasca kolonial, yang sedang mencari identitas diri.
Drama di Indonesia di 34 provinsi begitu kaya. Semakin bewarna warni pula serial film ini karena keragaman adat istiadat, dari Aceh hingga Papua.
Langkah pertama yang saya kerjakan membuat 34 buku dari 34 provinsi. Masing masing buku, berisi 5 kisah local wisdom di provinsi itu.
Setiap buku ditulis sendiri oleh penulis lokal di provinsi itu. Sang penulis bisa saja jurnalis, akademisi, guru, aktivis hingga penyair.
Terkumpulah 176 penulis dari 34 provinsi. Yang unik, semua menuliskan local wisdom itu dalam bentuk puisi esai.
Inilah bunga rampai pertama: 176 kisah local wisdom, di 34 provinsi, dalam 34 buku, oleh 176 penulis, yang semuanya dalam bentuk puisi esai.
34 Buku itu berisi 176 puisi esai, puisi sudah terbit dan dapat diakses di Facebook Perpustakaan Puisi Esai.
Apa itu puisi esai? Ini puisi berbabak, yang panjang. Ia fiksionalisasi dari kisah sebenarnya. Ada catatan kaki yang sentral dalam puisi esai.
Catatan kaki itu adalah realitas, yang menjadi ibu kandung dari fiksi dalam puisi esai itu.
Lalu satu tim dibentuk, memilih satu puisi esai dari setiap provinsi. Terkumpul 34 puisi esai dari 34 provinsi, yang dikembangkan menjadi serial skenario film.
Ditambah dengan kisah nasional, jumlahnya menjadi 35 serial skenario film.
Yang unik, bisa dikatakan, mungkin ini pertama di dunia, serial 35 skenario film, yang semuanya berdasarkan puisi. Tepatnya Puisi Esai.
-000-
Beberapa penulis skenario dikumpulkan. Tugas mereka menjadikan puisi esai terpilih ke dalam skenario film.
Saya selaku penulis kedua setiap skenario memberikan kisi kisi ini:
Judul Serial 35 Skenario Film:
CATATAN KAKI DARI TIMUR
(Drama dalam Masyarakat yang sedang bertransisi Mencari Identitas)
Durasi Film: 50 menit
- Tema besar serial ini menonjolkan eksotisme, keunikan dan variasi budaya Indonesia, di setiap provinsi. Hal ini harus selalu mewarnai skenario, walau diselipkan di dalam kisah utama
- Selalu ada setting atau isu atau kasus sosial tertentu, di setiap provinsi itu, tapi dipotret dalam efek batinnya kepada individu
- Selalu tampilkan kisah cinta, baik sebagai kisah utama ataupun sampingan saja
- Ada gagasan besar yang ingin disampaikan melalui film ini
- Untuk benang merah di 35 serial ini, selalu ada seorang peneliti: tugasnya memang ingin merekam kearifan lokal daerah (budaya atau pemandangan), yang akan dilaporkannya kepada tim pusat yang akan membuat buku soal Indonesia.
Dalam penelitian itu, ia menggali sebuah kisah yang menjadi drama utama setiap film
- Saya (Denny JA) menjadi penulis kedua semua skenario untuk menentukan skenario sudah memenuhi standard
- Penulisan skenario dimulai dengan, membuat list:
- gagasan besar apa yang akan menjadi pesan utama, yang digali dari puisi esai yang sudah dipilih
- Keunikan apa di provinsi itu yang akan diangkat (kultur atau filosofi atau kesenian atau pemandangan, atau gabungan)
- Kisah cinta bagaimana yang akan diselipkan atau yang menjadi drama utama
Setelah 3 pokok ini disepakati, penulisan dilanjutkan
- Puisi esai yang sudah dipilih dapat dilanjutkan dengan menghadirkan kisi kisi itu
Saya mengajak Salman Aristo dan tim membantu asistensi kepada penulis skenario. Firman Triyadi melanjutkan kerja tim Salman Aristo.
Terhidanglah 35 skenario film yang dibagi dalam 6 buku.
-000-
Saya membayangkan pada satu waktu. Siapapun yang ingin merasakan kekayaan dan problem masyarakat dan budaya Indonesia di 34 provinsi. Serial 35 film ini akan sangat membantu.
Orson Welles, satu dari filmmaker terbesar sepanjang sejarah berkata. Film hanya akan bagus jika ia dipotret dari hati seorang penyair.
Karena 35 skenario ini berdasarkan puisi esai, sesuai dengan kutipan Orson Welles itu, 35 skenario ini potensial diolah menjadi film yang bagus. Yang inspiratif.
Red.