Thursday, September 12, 2024
spot_img
spot_img
HomeOpiniJacob Ereste :Nilai-nilai Theologis Spiritual Dalam Perspektif Suku Bangsa Nusantara
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Related Posts

Featured Artist

Jacob Ereste :
Nilai-nilai Theologis Spiritual Dalam Perspektif Suku Bangsa Nusantara

Global Cyber News.Com|Dalam suasana akhir pekan, Sabtu 12 Maret 2022, Mayor Jendral Rido Hermawan M.Sc., Tenaga Ahli Pengajar Bidang Kewaspadaan Nasional Lemhannas, mengirim secara khusus materi untuk pencerahan pemahaman spiritual dalam konteks theologi untuk pengenalan dan pemahaman tentang ketuhanan.

Karena menurut Jendral Rido pengenalan dan pemahaman tentang theologi acap diejawantahkan oleh sebagian orang sebagai suatu konsep dasar ketuhanan itu, merupakan eviden dari hadirnya kesadaran manusia. Bahwa hukum paradoks (kutub yang saling berlawanan) merupakan dari realitas kehidupan mahluk di alam semesta ini.

Dalam proses dan pemahaman serupa itu, kata Mas Rido — demikian sapaan akrab antara kami, meski beliau sendiri lebih suka menyapa penulis dengan sebutan Pakde — maka dari proses serupa inilah lahirnya nilai – nilai kehidupan yang akhir dapat diartikan sebagai spiritual, yaitu suatu nilai yang dikukuhkan pada pribadi manusia tentang gambaran kehidupan yang tenteram, damai dan  sejahtera.

Kecuali itu, nilai-nilai spiritual itu tergambarkan juga pada kehidupan yang gelisah, rusuh dan sengsara. Hingga pada gilirannya, realitas kehidupan setiap mahluk yang pasti akan melalui 2 (dua) gambaran kehidupan.

Karena itu, dibutuhkannya metode-metoda personal maupun motede kolektif untuk menuju dan mencegah kedua gambaran kehidupan tersebut.

Metoda-metoda yang merupakan wujud dari laku atau perilaku dari orang perorang yang sudah mumpuni untuk memahami theologi, sehingga pemahaman telah hadir dalam kesadaran akan realitas kehidupan, maka pada giliran berikutnya akan dijadikan sebagai pedoman dari laku dan perilaku bagi orang banyak. Dan kemudian dapat diupayakan untuk dihabituasikan kepada sesama, tanpa harus menapikan kenyataan dari perbedaan dan kemerdekaan individu masing-masing orang.

Oleh karena itu beranjak dari theologi dan spiritualitas seoerti itu, maka lahirlah agama- agama yang saat ini menjadi semacam metoda untuk menuju dan mencegah dari gambaran kehidupan yang nyata — damai dan rusuh, sejahtera dan menderita, tenteram dan gelisah — namun pada episode kehidupan sekarang, agama agama — oleh sebagian manusia — justru “dipertuhankan oleh manusia” — dijadikan semacam alat untuk berkuasa dan menggapai fasilitas kesenangan/keserakahan kehidupan dan bahkan dijadikan “tolak ukur absolut” yang melebihi Tuhan itu sendiri.

Padahal, ungkap Jendral Rido Hermawan M.Sc., semua itu hanya merupakan metoda-metoda senata bagi manusia untuk menggapai kebaikan hidup dan untuk selanjutnya agar memahami dan menyadari eksistensi Tuhan serts peran dirinya dalam kehidupan.

Jadi menurut Jendral Rido, kekeliruan dalam memahami ajaran agama, akan menjebak manusia terperosok dalam kelirunya laku dan perilaku manusia yang justru akan “kontra produktif” dengan tujuan dari agama-agama yang sebagai dari ajaran dan tuntunannya bagi kehidupan manusia agar dapat menjalani kehidupan yang baik, sejahtera, aman dan damai.

Paparan pemikiran dan pandangan Mayor Jendral Rido Hermawan ini tentu saja secara tersirat sebagai ekspresi dari rasa simpati, dukungan serta bukti nyata dari beliau terhadap gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman yang semakin gigih dilakukan oleh wali spiritual Indonesia, Eko Sriyanto Galgendu yang juga menjadi semacam sparing fartner untuk menyongsong peradan baru manusia di bumi dari negeri Timur, yaitu Nusantara yang telah disublimasikan dalam dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tampaknya, dalam kontek negara-negara bangsa Nusantara ini — yang telah disepakati secara resmi menjadi Indonesia pada 17 Agustus 1945 — subgguhkah akan dikembalikan dengan utuh pada tahun 2024 — ketika resmi dan diimplementasikan nilai-nilai spiritual dengan segenap dimensi hitoris, filosofis maupun cita-cita luhur yang dikandung oleh makna Nusantara itu kelak di Penajam, Kalimantan Timur.

Jakarta, 12 Maret 2022

Red.

Latest Posts