Global Cyber News.Com|Wisata budaya dan wisata spiritual atau religi patut dikembangkan oleh Kemenparekraf karena lebih potensial dan memiliki profek yang lebih menjanjikan serta unik dan abadi sebagai pemikat para wisatawan lokal maupun internasional.
Investasi spiritual seperti yang digagas Wakil Ketua Kadin yang juga penggagas gerakan kebangkitan kesadaran spiritual bangsa Indonesia, Eko Sriyanto Galgendu patut menjadi perhatian, sebab model dari wisata budaya, wisata spiritual yang lebih bersifat religius itu menjanjikan masa depan yang berkesinambungan dan berkelanjutan pada masa depan dalam rentangan waktu yang panjang.
Membayangkan derasnya kunjungan para wisatawan dari berbagai manca negara — ketika kesadaran bahwa bumi Indonesia pernah menjadi pusat belajar dan pengembangan budaya dan kepercayaan Budha di dunia pada masa silam, masa kejayaan itu sangat mungkin dapat dicapai kembali, atau bahkan melampaui apa yang pernah diraih oleh para leluhur kita yang telah memberi buktik nyata dengan membuat Candi Borobudur dan komplek percandian di Muara Jambi dan di Muara Takus, Sumatra yang sungguh spektakuler bentuk bangunan maupun seni arsitekturnya yang tiada ada bandingannya itu.
Jika 9 juta umat Budha di dunia dapat tersentuh hatinya untuk memahani dan menikmati kedakhsyatan sejumlah penibggalan khas anak bangsa Indonesia yang bercorak Hindu dan Budha itu, buksn mustahil Indonesis akan menjadi “Mekkah”-nya warga masyarakat Hindu dan Budha seperti yang diangankan oleh Eko Sriyanto Galgendu yang telah mendapat dukungan dari umat Hindu dan Budha di Indonesia. Karena umat Hindu dan Budha di Indonesia pun mengidolakan hal yang sama, agar Indonesia melalui sejumlah candi peninggalan masa silam para leluhur kita itu dapat dijadikan semacam kiblat dalam pelaksanaan peribadhatan yang lebih sakral hingga memberi kekuatan spiritual dalam mendekatkan diri kepada Yang Maha Pencipta.
Dari kunjungan umat Hindu dan Budha dalam berbagai bangsa di dunia, sungguh tidak alang kepalang besar dan derasnya antusias untuk datang oleh motivasi ziarah atau semacam melaksanakan upacara ibadah di sejumlah tempat yang jadi pilihan — Borobudur dan Prambanan — atau komplek prrcandian di Jambi dan Riau itu.
Masalahnya tinggal good will pemerintah cq Kemenpatekraf, mau dan mampu melakukannya dengan cara memanfaatkan potensi bangsa dan budaya serta sejumlah watisan atau peninggalan masa silam itu dengan bijak, sambil mengarahkan orientasi pembangunan keparawisataan di Indonesia yang lebih bermutu, bergengsi serta bernartabat dengan keunggulan nilai-nilai budaya, religi dan spiritual yang agung itu, sebagai warisan para leluhur bangsa Indonesia yang tangguh.
Kebesaran masa lampau bangsa Indonesia pun patut dikenal warga madrakat dunia yang telah memiliki budaya teknik maupun arsitektur serta pemagaman filsafat yang tinggi seperti tertuang dalam bangunan candi yang terbuat dari batu di Jawa dan dari batu bata tanah merah yang khas di Sumatra.
Jadi tinggal bagaimana kemauan dan kemampuan penerintah Indonesia — pusat maupun daerah — untuk memaksimalkan pendayagunaan dari warisan masa silam nenek moyang kita yang sangat luar biasa serta menyimpan catatan sejarah bangsa-bangsa Nusantara yang pernah mewarnai peradaban dunia manusia di bumi.
Pecenongan, 9 Februari 2022
Red.