
Global Cyber News.Com|Curhat Cak Basyori lewat whstsapp Grup Eksponen SBSI usai perayaan Ultah SBSI ke 30 pada 25 April 2022 sungguh menggugah. Bahkan terass menohok hatiku yang kukira menjadi salah satu sasaran curgatnya itu.
Curhat Cak Bas itu seperti katanya : Ternyata para tokoh SBSI yang saat ini masih hidup banyak yang dilupakan oleh pejabat-pejabat SBSI sekarang yaaaa …
Tapi kemudian Cak Bas mendoakan juga, Semoga perjuangan dan amal baikmu wahai para tokoh, tidak membuatmu mundur dan surut dalam membela hak-hak Buruh Indonesia …
Lalu ucapan Solidarity Forever … dia tambah seakan menjadi simpul dan sampul curhatnya yang lebih terkesan bagi saya semacam sanepo atau uslub dalam tradisi pesantren yang khas Jawatimuran itu.
Boleh jadi karena saya terlalu memuliki telinga yang tipis, sehingga curhat serupa itu jadi masuk ke hati. Namun yang pasti karena tak ada yang menjawab maka saya jadi merasa mewakili siaps saja yang dimsksudkan dari tujuan sanepo itu.
Padahal selama ini saya sudah merasa lebih enjoy mengawal saja generasi penerus SBSI yang memang sudah memasuki bilangan babak pelanjut, karena bagian dari babak pertama SBSI agaknya memang sudah usai.
Kalau saja saya juga yang ingin diwakili dari curhatnya Cak Bas itu, tetap saja yang harus menanggung dosanya adalah generasi awal yang telah meletakkan dasar-dasar pijak untuk generasi masa kini yang memang harus menghadapi beragam tantangan dan godaan yang tak mungkin diharapkan sama dengan keasyikan generasi sebelumnya yang harus keras juga mrnghadapi perlakuan rezim Orde Baru.
Sekarang rezim pasca reformasi yang lebih licin dan piawai hingga wahar berimbas pada generasi jaman now yang lebih rumit dan rigit, tanpa kecuali untuk satu hal termasuk untuk generasi yang telah duanggap usang pada awal abad milineum sekarang ini.
Sekedar untuk memberi saran saja, toh semua sudah tersedia oleh Mbah Goegle…sehingga ide dan pikiran yang mungkin sudah ikut kolot, mungkin sudah dianggap akan lebih bagus disublimasikan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat untuk menghibur diri sendiri agar bisa terus memperpanjang umur supaya masih dapat melihat getar dari militansi perjuangan bagi kaum buruh Indonesia yang semakin terjepit dalam peta gropolitik begeri ini.
Sebetulnya, tema diskusi bahasan seperti ini pula yang hendak diasulkan dalam acara HUT ke 30 SBSI. Tapi suasana ramadhan pun ikut juga mengingatkan, agar bisa pula membatasi diri untuk tidak terlalu banyak mengajukan usulan, apalagi sudah berupa permintaan yang mungkin saja terkalu ekslusif bagi generasi masa kini.
Itulah sebabnya, sejak lima tahun silam, laku puasa modek kaum sufi untuk mengurangi kecerewetan terhadap organisasi sudah menjadi pilihan bijak agar tidak menambrak kebijakan yang baru, supaya tidak menabrak kebijakan yang lebih baru. Sebab kita pun — sebagai generasi yang mungkin telah dianggap usang memang sudah terlalu banyak yang tidak lagi relevan untuk generasi masa kini.
Toh, pahlawaman yang sejati itu tak pernah merindukan tanda jasa dan taman indah makam pahlawan, seperti patriotisnya Karto Gelinding yang juga kita lupakan.
Itulah sebabnya, saya pun menjadi samakin asyik memperindah batu nisan sendiri supaya kelsk bisa jadi semacam cover story, bahwa kita pernah ada. Meski kita memang tak punya hak apa-apa dan juga tak punya siapa-siapa.
Banten, 28 April 2022
Red.