
Global Cyber News.Com|Upaya untuk membangun kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual itu, agar segenap warga bangsa Indonesia bisa secara bertahap terus menerus mengingat Tuhan. Bahwa hidup itu tidaklah semata untuk semua hal yang bersifat duniawi, tapi juga ruhani.
Materi boleh saja berlimpah, tapi itu tidak akan dapat dibawa mati. Kecuali mau dititipkan kepada yayasan kemanusiaan, pesantren hingga pengurus panti jompo. Karena setiap orang harus percaya bahwa yang dibawa mati itu adalah amal dan perbuatan yang baik, bukan suami atau istri yang baik. Apalagi hanya sekedar rumah dan mobil yang mewah.
Anak yang baik pun cuma bisa sekedar ikut mendo’akan agar kita dapat untuk menikmati sisa hidup dengan baik. Menikmati masa tua dengan baik dan mati secara baik-baik.
Karena bolehlah dipercaya bahwa bukan hanya hidup yang bisa dilalui dengan tidak baik, serba susah dan didera derita sepanjang hidup, tapi juga ketika mati pun masih bisa sangat memalukan bagi mereka yang ditinggalkan.
Karena itu, berdo’a agar mati secara baik-baik pun merupakan cara memasuki alam spiritual, bila sesungguhnya manusia itu tidak memiliki daya kemampuan yang penuh atas dirinya sendiri. Sebab untuk memilih cara mati pun, tidak bisa ditentukan sendiri oleh yang bersangkutan. Kecuali hendak melawan kodrad dan ibadat yang sudah ditentukan Tuhan.
Maka itu, umumnya orang muslim yang baik, tidak sedikit yang berdoa agar bisa mati saat usai menunaikan ibadah haji di Makkah. Sebab pada umumnya percaya bahwa menghembuskan nafas yang terakhir di tanah suci itu menjadi pertanda penerimaan Allah SWT bagi yang mengalaminya dan akan berada di sisi Allah.
Kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual perlu dikobarkan di Indonesia agar orientasi pemikiran dan sikap hingga perbuatan manusia Indonesia tidak semakin kacau mengejar hal-hal yang bersifat duniawi. Termasuk mengunggulkan cara berpikir yang cenderung mengabaikan hati atau rasa yang sifatnya rohaniah atau ilahiah itu. Sehingga hal-hal yang bersifat duniawi (materi) tidak semakin membius, hingga hasrat — bahkan nafsu — untuk lebih cepat kaya termasuk terus berkuasa — tidak menghalalkan segala cara.
Fenomena korupsi yang semakin marak di negeri kita adalah bagian dari indikator pendorong para pelaku spiritual mengajak untuk merapatkan draf langkah guna memasuki wilayah spiritual, supaya dapat sedikit mengerem atau bahkan menghentikan sama sekali sikap dan sifat tamak, rakus, culas, khianat atau bahkan munafik serta ingkar dari tuntunan Illahi Rabbi yang sepatutnya dipercaya dan dipatuhi sebagai tuntunan dan ajaran untuk melakukan hal-hal yang baik bagi diri sendiri maupun untuk orang lain, untuk kemudian mau menjauhi atau bahkan meninggalkan sikap dan sifat serta perilaku yang buruk, bukan hanya terhadap orang lain, tetapi juga bagi dan untuk dirinya.
Gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual bagi bangsa Indonesia patut dan perlu dilakukan, bukan cuma karena potensi dan energi untuk itu sungguh banyak dimiliki oleh warga bangsa Indonesia yang telah mewariri secara turun temurun sejak masa jayanya suku bangsa Nusantara, tetapi energi dan kekuatan spiritual yang dimilik oleh suku bangsa kita sungguh luar biasa dan mampu menjadi panutan manusia di muka bumi.
Kecuali itu, energi dan potensi spiritual suku bangsa Nusantara dapat menjadi nilai lebih yang unggul dibanding dengan bangsa-bangsa lain di dunia yang masih pongah dengan daya nalar dan kemampuan daya pikiran yang sesungguhnya tidak mungkin melampaui daya jangkau spiritual yang tidak terbatas, seperti kemampuan untuk memahami tebtang mi’rad Nabi Besar Muhammad SAW yang mampu mencapai langit ketujuh.
Demikian juga mukjizat Nabi Isa AS — atau yang diyakini kaum Nasrani sebagai Tuhan Yesus — sungguh sangat menakjubkan, sebagaimana kisah para Nabi dan Rasul serta Wali yang cuma ada di negeri kita dan sangat kita percaya telah memberi banyak berkah bagi manusia yang ada pada zamannya.
Energi dan potensi spiritual yang dimiliki oleh bangsa-bangsa Timur — sungguh mengagumkan — sehingga cukup meyakinkan bahwa bangsa Timur memang merupakan bangsa yang terpilih sebagai kekasih Tuhan, tidak cuma ditandai oleh kekayaan alam dengan segenap flora dan fauna yang ada, tetapi dalam beragam bentuk keajaiban kaliber dunia yang tak tertandingi nilainya.
Begitulah keberadaan Candi Borobudur, Candi Kalasan dan Candi Mendut yang ada di Jawa, sementara Candi Muara Takus dan Muara Jambi yang sangat dakhsyat ada di Sumatra itu pasti tidak sedikit menyimpan sejarah masa silam kejayaan dari Bangsa Nusantara yang pada dasarnya sangat religius, spiritualis serta memiliki kekayaan cara menjalankan laku spiritualnya yang khas di setiap tempat.
Setidaknya, mulai dari adanya gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual sejak beberapa tahun ini, kalau pun belum sepenuhnya bisa segera menghentikan perilaku bejat– terutama dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan di Indonesia — bisalah sedikit mengerem sikap dan perilaku buruk itu agar tidak semakin gila-gilaan dan ugal-ugalan membuat kerusakan, tak hanya etika dan moral serta akhlak, tapi juga alam lingkungan serta tatanan sosial masyarakat kita menjadi merosot dalam perilakunya sehari-hari.
Atau, paling tidak, tidak ikut tergulung arus yang makin silau pada harta dan kekuasaan yang abai pada etika, moral dan akhlak mulia manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Oleh karena itu, harapan muncul dan tampilnya para wali spiritual seperti yang digagas GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) yang dikomando Eko Sriyanto Galgendu dan kawan-kawan, patut didukung dengan cara dan kemampuan masing-masing. Misalnya dengan cara membuat kelompok kajian, paguyuban atau komunitas diskusi mengenai hal ikhwal spiritual dari beragam bilik agama dengan model caranya yang terbaik untuk menuju pada keharibaan Tuhan.
Banten, 19 Juli 2022
Red.