Wednesday, February 5, 2025
HomeNasionalMANUSIA DIPERSIMPANGAN NILAI KEBAIKAN DAN ESENSI KEBENARAN
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Related Posts

Featured Artist

MANUSIA DIPERSIMPANGAN NILAI KEBAIKAN DAN ESENSI KEBENARAN

Penulis : Andi Salim

Global Cyber News.Com|Jika kita merenungkan mengenai tujuan penciptaan manusia, tentu akan mengkaitkannya dengan berbagai hikayat tentang latar belakang penciptaannya serta peran dan fungsinya sejak diciptakan hingga saat ini. Dengan memahami tujuan penciptaan manusia, akan menjadikan seseorang yang tidak saja akan menghargai antar sesama manusia, namun mampu menjadi pelestari dan pelindung habitat lainnya, seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan serta habitat yang mengikat kelangsungan kehidupan itu sendiri. Apalagi sekedar meributkan kodratnya yang terlahir sebagai laki-laki atau perempuan, sebab masih banyak kesadaran lain yang bisa ditemukan jauh melebihi dari persoalan gender tersebut.

Keberadaan manusia yang dilengkapi dengan lima indera atau panca indera, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba sentuhan, dan pengecap rasa, menjadikan sarana ini begitu potensial bagi fungsi dan peranannya terhadap faktor lingkungan disekitarnya. Namun melalui panca indera tersebut manusia mempelajari serta menemukan segala sesuatu hingga mempengaruhi karakteristik mendasar, termasuk cara berpikir, merasakan sesuatu, dan bertindak dari apa yang ditangkapnya melalui panca indera yang dimilikinya, hingga setiap manusia mempunyai watak dan sifat yang berbeda-beda pula. Sehingga dari panca indera serta watak dan sifatnya itu, manusia menggunakan akal dan pikirannya untuk bertindak dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginannya.

Melalui keinginannya itu, maka setiap manusia menjalankan peranan dan fungsi kemanusiaannya baik bagi dirinya sendiri, atau pun terhadap kepentingan lain yang menunjang keberlangsungan hidupnya serta menelusuri dan memanfaatkan alam semesta ini. Termasuk menjalani takdirnya sebagai manusia dengan menjalankan landasan prinsip perikemanusiaan, agar jiwa seseorang merasakan bahwa antara manusia dan manusia lainnya memiliki koneksitas yang terikat untuk mengangkat, mempertahankan sekaligus membedakan jiwa manusia itu yang memiliki kodrat lebih tinggi daripada jiwa binatang pada umumnya. Sehingga manusia mampu menjaga dan melestarikan habitat alam disekitarnya agar tetap berkesinambungan secara terus menerus. Sebab hanya cara inilah yang menghindarkan manusia dari kepunahannya.

Komponen manusia yang terdiri dari Jiwa dan Raga, tentu saja merupakan bagian yang terpenting dari cara untuk mengetahui nilai dan esensi kemanusiaannya. Kata jiwa yang sering disebut Roh / Ruh manusia dimana fungsinya untuk menghidupkan seseorang atau setiap manusia agar memiliki nyawa, oleh karenanya, jiwa juga diartikan sebagai seluruh kehidupan batin manusia yang terdiri dari perasaan, pikiran, angan-angan, dan lain sebagainya. Sedangkan raga, merupakan bentuk jasad atau tubuh manusia yang memiliki ciri khas untuk dapat dibedakan antara manusia dengan binatang yang memliki nyawa layaknya manusia, dimana walau dengan fungsi raga serta postur tubuh yang cenderung sederhana, namun optimalisasi fungsi-fungsi organ tubuhnya yang memungkinkan manusia menjadikannya sarana efektif dalam menjalankan tujuan kehidupannya termasuk pada upaya kelestarian lingkungan dan alam semesta ini.

Hingga pada hakikatnya setiap individu manusia memiliki kelebihan atas naluri perasaannya melalui koneksitas antara fungsi jiwa dan raganya yang mampu menangkap perkaitan suatu objek atau peristiwa terhadap perasaan / naluri yang dimilikinya tersebut. Sehingga manusia mampu menerima perasaan sedih, gembira, kecewa, atau faktor lain seperti keindahan, kecemasan, ketakutan, bahkan kenyamanan yang apa yang ditangkapnya melalui indera dan ketinggian akal pikirannya. Dimana akal dan pikiran manusia itu terpusat pada sistem kendali dari apa yang disebut fungsi otak manusia. Tentu saja otak ini merupakan salah satu organ yang berpengaruh sangat vital. Struktur otak terdiri atas beberapa bagian, dimana setiap bagian otak memiliki tugas dan fungsinya tertentu untuk mempengaruhi sistem kerja guna mengendalikan berbagai organ tubuh.

Kemampuan berpikir manusia serta fungsi jiwanya dalam mengolah pikiran, perasaan, penginderaan serta intuisi untuk membedakan unsur rasional yang meliputi pikiran dan perasaan, serta irasional yang meliputi khayalan dan intuisi guna mengenal dirinya sendiri serta keterkaitannya terhadap alam semesta ini, yang mana manusia mampu memerankan fungsi substansialnya ( Inti), aksidentalnya (perubahan) serta kondisional (penyesuaian). Sehingga ketika manusia hanya menggunakan fungsi aksidental maupun kondisionalnya, sudah barang tentu manusia tidak bedanya layaknya hewan. Oleh karena manusia tidak menggunakan fungsi substansial layaknya fitrah kemanusiaannya. Pada sisi inilah manusia membutuhkan keyakinan dan peranan agama sebagai cara untuk mengolah prilakunya menjadi budi pekerti yang baik, hingga pada akhirnya membentuk kolektifitas prilaku dan berbudi pekerti sebagai pembentuk tradisi / budaya.

Dari cara manusia berkeyakinan atau beragama inilah setiap individu akan menjalani ritualitas dan spiritualitasnya. Dimana agama / keyakinan itu mempunyai 2 aspek utama yaitu aspek eksoterik (bungkus) dan aspek esoteris (isi). Dalam aspek eksoterik itu lebih menekankan kepada aspek ritual yang disebut sebagai peribadatan. Sementara dalam aspek esoteris lebih menekankan kepada nilai nilai moral dan spritual yang disebut sebagai esensi peribadatan. Sehingga para penganut esoteris sering terlihat menjadi fleksibel dalam menjalankan tradisi serta ritual dengan menjaga kearifan budaya lokalnya. Berbeda dengan penganut eksoterik yang lebih kaku dan cenderung memaksakan aspek ritual untuk mempertahankan keaslian dari mana agama dan tradisi itu berasal. Maka tak heran jika para penganut keduanya memiliki kecenderungan yang saling bertentangan antara satu dengan lainnya.

Sebagai makhluk sosial manusia sering ingin menunjukkan kesempurnaan identitas dan jati dirinya. Hal itu terlihat manakala manusia menjalin hubungan individunya dalam sebuah komunitas serta bagaimana cara mereka menjalin interaksi antar sesamanya dalam berbagai kegiatan. Hubungan ini merupakan inti dari sebuah jalinan sosial yang terjadi diantara mereka ditengah lingkungannya masing-masing yang tidak terikat oleh suatu pola tertentu. Namun perlu disadari bahwa interaksi sosial tersebut menciptakan berbagai prinsip hidup hingga membentuk berbagai pemikiran dan tujuan yang berbeda. Prinsip hidup sangat penting bagi kehidupan manusia, sebab dari prinsip hidup itulah manusia menjadi bermartabat dengan perilaku hidupnya yang berdasar hati nurani untuk menjunjung tinggi kebenaran dan kebaikan, serta mempertahankan harga diri, derajat serta kehormatannya. Termasuk untuk memilih apakah mendahului sisi kebenaran ataupun malah berpijak pada kebaikan bagi kehidupannya.

Red.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts