Penulis : Andi Salim
Global Cyber News.Com|Syair lagu melayu “Ikan Dalam Kolam” yang saat ini viral, tentu tidak sekedar lantunan dendang dari sebuah lagu yang nikmat untuk didengar. Namun dibalik itu terdapat nasehat bagi seseorang bila ingin mendapatkan gadis yang berkarakter pendiam. Dimana pendekatan dan caranya pun harus melalui upaya yang berbeda pula, sekaligus agar seseorang tidak menyamaratakan perlakuan perlakuan pendekatan itu agar menarik simpati darinya. Sebab antara gadis pendiam dengan janda lincah atau pun seorang dara yang lincah memiliki sifat yang jauh berbeda. Mereka yang memiliki karakter pendiam cenderung lebih sulit didekati ketimbang seorang janda atau dara lincah yang sering ingin memancing perhatian dari seorang pria.
Syair lagu Ikan dalam kolam ini sering dinyanyikan dua hingga tiga kali dalam pengulangannya. Lyrik dan Syairnya pun semakin menyentuh bila disimak lebih dalam. Syarir dan lyriknya berbunyi sebagai berikut :
~Bila ingin melihat ikan di dalam kolam
~Tenangkan dulu airnya sebening kaca
~Bila mata tertuju pada gadis pendiam
~Caranya tak sama menggoda janda lincah.
Reff :
~Jangan, jangan dulu
~Janganlah di ganggu
~Biarkan saja biar duduk dengan tenang.
~Senyum, senyum dulu
~Senyum dari jauh
~Kalau dia senyum tandanya hatinya mau.
Betapa setiap bait lagu ini menyisipkan nasehat bagi seseorang agar tidak terburu-buru apalagi menjadi gegabah dalam mendapatkan seorang gadis pendiam. Selain itu, mereka yang pendiam biasanya merupakan pendengar yang baik, kekuatan lain dari seorang yang pendiam adalah mereka memiliki kemampuan untuk mengobservasi sesuatu secara baik pula. Bahkan melalui karakter itu mereka dapat menyelami beberapa hal, yang tidak disadari orang lain yang sangat berbeda dari mereka yang terlalu banyak bicara. Seseorang yang pendiam memiliki rasa empati yang tinggi dan merupakan seorang pendengar sejati. Sifatnya yang sering mengamati apa saja yang ada di sekitarnya. Inilah mengapa seorang pendiam itu acap kali berprilaku sebagau observer.
Tentu saja menjadi tidak mudah berbagi cerita dengan mereka yang tergolong pada jenis ini. Seorang pendiam bahkan sering menjadi pusat perhatian, terutama bagi lawan jenisnya. Pada syair lagu “Ikan Dalam Kolam” itu pun menggambarkan bahwa seseorang harus memiliki ketenangan dari air yang jernih, artinya dalam mendekati seorang gadis pendiam akan menjadi sulit ditengah keramaian, apalagi menggunakan kesempatan itu untuk merayunya yang mana waktu-waktu yang demikian justru menjadi momen bagi dirinya dalam mengamati keadaan disekitarnya. Sehingga tak jarang bila hal itu dilakukan, justru seseorang akan di cap sebagai pihak yang mengganggu konsentrasinya.
Maka pesan pada syair “Senyum senyum dulu, senyum dari jauh, kalau dia senyum tandanya hatinya mau” merupakan langkah yang ampuh sekaligus peluang untuk mendeteksi ketertarikannya terhadap seseorang yang mencoba mendekatinya. Maka bila dirinya membalas senyum seseorang tersebut, itulah tanda bahwa seseorang bisa berpeluang untuk mendapatkan kesempatan dalam mendekatinya, walau masih banyak tahapan-tahapan yang harus pula dipenuhi setelah itu. Oleh karena karakter dari seorang gadis pendiam sering lebih menyukai faktor kenyamanan, intelektualitas dan kesopanan dari seorang pria bila ingin mendapatkan dirinya. Inilah yang menjadi seleksi ketat bagi seorang pria dalam mendekati karakter khusus dari sosok seorang gadis pendiam.
Pesan lagu ini sebenarnya bisa saja kita ambil secara objektif, bahwa momentum pilpres kali ini harus lebih selektif dalam melakukan pendekatan terhadap masyarakat. Tentu saja banyak pihak yang secara akrobatik melakukan kampanye secara terbuka layaknya mendekati gadis atau janda lincah sebagaimana yang terdapat didalam syair lagu diatas. Termasuk menyanjung-nyanjung sosok capres yang akan ditawarkan pun menjadi cara yang tidak asing ditelinga publik. Namun apakah masyarakat masih tertarik dengan strategi yang demikian. Tentu saja jawabannya bahwa tidak semua menyukai cara usang semacam ini. Sebab bagaimana pun, dibutuhkan suasana ketenangan dalam melancarkan aksi kampanye yang tidak semata-mata menyampaikan program serta latar belakang capres yang akan dipilih guna mendapatkan simpatik masyarakat.
Maka bersenyumlah pada setiap permulaannya. Sebab senyum adalah bagian yang baik agar seseorang bisa diterima oleh banyak kalangan, sekalipun khalayak ramai memiliki karakter yang berbeda-beda pula. Bagaimana pun dari “Senyum-senyum dulu, walau senyum dari jauh” tentu bila senyum itu dibalas, tandanya masyarakat tidak menjadi keberatan dengan kehadiran seseorang dalam menyampaikan kesan dan pesannya, walau masih banyak tahapan yang harus dipenuhi guna mendapatkan simpatik atau dukungan atas visi dan misi apa yang disampaikan oleh para politikus tersebut. Sehingga cara ini dianggap elok dan elegan sekaligus pendekatan yang jitu untuk mendapatkan “Gadis Pendiam” yang penulis ilustrasikan sebagai masyarakat yang berprilaku obsever bagi sosok seorang kontestan Capres 2024 yang akan dipilihnya.
Harus diakui bahwa uang bukanlah segalanya bagi masyarakat pemilih khususnya kalangan intelektual dan para akademisi yang cenderung lebih objektif dalam menilai siapa calon yang akan dipilihnya. Semakin tinggi tingkat intelektual yang dimiliki seseorang, tentu saja semakin banyak variabel-variabel penilaian yang menjadi syarat ketertarikan mereka pula. Menyamaratakan antara pemilih tradisional dan rasional adalah menjadi kecacatan berpikir dari seseorang dalam menyampaikan visi dan misi politiknya. Seorang politikus sejati harus pandai membedakan hal ini sebagaimana pesan lagu “ikan dalam kolam” diatas. Dimana bila seseorang ingin mendapatkan gadis pendiam, caranya tak sama dengan menggoda janda atau gadis lincah tentunya. Demikian akhir dari tulisan ini. Semoga nasehat ini bermanfaat.
Red.