
globalcybernews.com-Tentara Inggris datang ke Indonesia sebagai pemenang perang dunia II. Mereka bertujuan untuk melucuti tentara Jepang yang kalah perang. Inggris juga diberi mandat untuk memulihkan, apa yang disebut pihak sekutu, ‘ketertiban’ di Indonesia. Artinya mereka akan mengembalikan Indonesia pada jajahan Belanda, seperti pada era sebelum perang.
•
Orang-orang Belanda atau Netherlands Indies Civil Administration (NICA), ikut membonceng masuk kembali ke Indonesia bersama tentara Inggris tanggal 25 Oktober 1945. Hal ini memancing kemarahan rakyat Indonesia.
•
Berbagai ketegangan terjadi. Insiden awal terjadi tanggal tanggal 18 September 1945 saat sekelompok orang Belanda mengibarkan bendera merah putih biru di atas Hotel Yamato. Rakyat ramai-ramai merobek warna biru dan mengibarkan bendera merah putih.
•
Hal ini diperparah oleh aksi tentara Inggris membebaskan paksa sejumlah orang Belanda yang ditahan rakyat Surabaya.
•
Tanggal 27 Oktober, sebuah pesawat Dakota menyebarkan pamflet dari Mayor Jenderal Hawthorn, Panglima Divisi ke-23. Isinya dalam waktu 2×24 jam, rakyat Surabaya harus menyerahkan senjata pada pasukan Inggris. Jika tidak, akan ditembak di tempat.
•
Ketegangan segera meningkat. Rakyat Surabaya tak sudi menuruti perintah Inggris. Pertempuran demi pertempuran antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR), bersama masyarakat, melawan tentara Inggris terjadi sejak 28 Oktober.
•
Sebagai pemenang perang dunia, Inggris tak menyangka akan mendapat perlawanan sengit dari rakyat Indonesia. Bayangkan, tentara Jerman saja yang nyaris menaklukkan dunia mereka kalahkan. Namun siapa sangka di Surabaya, Inggris justru mendapat perlawanan habis-habisan hingga tentara Inggris menyebutnya sebagai neraka atau Inferno di Timur Jawa.
Red.