Saturday, August 2, 2025
HomeSejarahHarga Mahal yang Harus Dibayar Jenderal Besar AH
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Related Posts

Featured Artist

Harga Mahal yang Harus Dibayar Jenderal Besar AH

globalcybernews.com – 30 September atau G30S PKI tak berhasil merenggut nyawa Abdul Haris Nasution atau AH Nasution.

Tapi, peristiwa yang terjadi 20 tahun setelah kemerdekaan Indonesia itu merenggut nyawa putri kecilnya, Ade Irma Suryani, dan Ajudan terbaiknya, Lettu CZI Pierre Andries Tendean.

AH Nasution sebenarnya merupakan target utama para penculik G30S PKI yang dikomandani oleh Letkol Untung dari Komando Balation I resimen Cakrabirawa.

AH Nasution merupakan Jenderal TNI sekaligus tengah menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan Indonesia ke-12.

AH Nasution sedang beristirahat di rumah ketika pasukan penculik G30S PKI yang dipimpin oleh Lettu. Dul Arief mengepung rumahnya.

Sebelum alarm pagi berbunyi untuk membangunkan orang seisi rumah, pasukan Lettu Dul Arief berhasil membekuk para penjaga rumah AH Nasution yang masih mengantuk.

15 orang prajurit di bawah komando Dul Arief langsung memaksa masuk ke dalam rumah AH Nasution. Seperti mendapat firasat buruk, Istri AH Nasution, Johanna Sunarti, mendengar bahwa pintu rumah mereka dibuka paksa.

Johanna langsung bangun dari tempat tidur dan membuka pintu kamar, benar saja, di melihat para pasukan Cakrabirawa sudah siap menembak ke arah kamarnya.

Johanna sigap menutup pintu dan berteriak memberitahu sang Jenderal. Masih tak percaya, AH Nasution berusaha untuk memeriksanya sendiri, tepat ketika dia membuka pintu, para prajurit tak kenal ampun itu lantas menembakkan timah panas.

Tak lengah, Nasution segera tiarap. Johanna pun segera membanting pintu dan menguncinya.

prajurit itu mulai ganas dan gerah, mereka mulai menghujani pintu kamar Nasution dengan peluru. Namun, Johanna tak gentar, dia menahan pintu itu sekuat tenaga sambil menyuruh suaminya untuk segera menyelamatkan diri melalui pintu lain di samping kamar tidur mereka.

Nasution pun berlari ke halaman rumahnya menuju dinding yang memisahkan halamannya dengan Kedutaan Besar Irak. Dia kemudian melompat dan bersembunyi di sana hingga puku 06.00 WIB.

Anehnya, pasukan Cakrabirawa tiba-tiba saja berhenti mengejar Nasution.

Ada harga mahal yang harus dibayar Nasution atas keselamatannya dari penculikan pasukan Cakrabirawa, yaitu nyawa putri bungsunya, Ade Irma Nasution dan nyawa sang Ajudan, Lettu CZI Pierre Andries Tendean.

Usut punya usut, di saat kondisi genting tersebut, Ajudan AH Nasution, Lettu CZI Pierre Andries Tendean mengambil aksi heroik untuk menyelamatkan atasannya pasca dibangunkan oleh putri sulung Nasution, Yanti Nasution.

Yanti membangunkan Pierre usai dirinya mendengar suara tembakan dan keributan yang luar biasa. Pierre pun dengan sigap segera berlari ke bagian depan rumah.

Di depan rumah dia kemudian ditangkap oleh gerombolan G30S PKI yang dipimpin oleh Pembantu Letnan Dua (Pelda) Djaharup.

Suasana yang gelap membuat gerombolan G30S PKI tidak dapat melihat dengan jelas wajah Pierre Tendean dan bertanya apakah dirinya adalah A.H. Nasution, tanpa ragu, dia menjawab bahwa dialah Jenderal Nasution, meskipun dirinya tahu apa risikonya.

Di sisi lain, Ade Irma terkena tembakan pasukan Cakrabirawa saat sedang membabi buta menembak seisi rumah Nasution. Ade Irma yang saat itu berada dalam pelukan adik Nasution, Mardiah terkena tiga tembakan timah panas saat berusaha lari ke tempat yang aman.

Saat itu, Ibunya sedang membantu sang Ayah untuk melarikan diri. Usai berhasil menyelamatkan suaminya Johanna bergegas menggendong putrinya yang terluka.

Tanpa rasa takut, dia berjalan ke arah ruang tengah dengan membawa Ade Irma yang sudah bersimbah darah dan langsung menghubungi Dokter.

Tak kenal ampun, Lettu Dul Arief terus menanyakan di mana keberadaan AH Nasution. Dengan berani dan tak gentar, dia menyampaikan ke Dul Arief bahwa suaminya sedang berada di luar kota dua hari terakhir.

Sebelum meninggal, Ade Irma Suryani sempat dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat. Namun, nyawanya tidak tertolong. Gadis kecil tak berdosa ini meninggal pada 6 Oktober 1965 atau 6 hari setelah tertembak pada peristiwa G30S PKI.

Nasution terus bersembunyi di halaman tetangganya sampai pukul 06:00 dan dia kembali ke rumahnya dalam keadaan patah pergelangan kaki.

Nasution kemudian meminta kepada ajudannya yang lain untuk membawanya ke Departemen Pertahanan dan Keamanan karena dia pikir dia akan lebih aman berada di sana.

Nasution kemudian mengirim pesan kepada Soeharto yang sedang berada di markas Kostrad, mengatakan kepadanya bahwa dia masih hidup dan aman.

Hal itu Nasution lakukan pasca mengetahui bahwa saat dirinya menjadi incaran peristiwa G30S PKI, Soeharto telah mengambil alih komando TNI AD.

Masih dalam keadaan kesakitan, Nasution memerintahkan Soeharto untuk mengambil langkah-langkah seperti mencari tahu keberadaan presiden, menghubungi panglima angkatan laut R.E. Martadinata, komandan korps marinir R. Hartono serta kepala kepolisian Soetjipto Joedodihardjo, dan mengamankan Jakarta dengan menutup semua jalan yang mengarah ke sana.

Saat itu, Nasution tidak meminta Soeharto untuk melibatkan Angkatan udara, karena dia menilai bahwa Panglima Omar Dhani yang mengepalai TNI AU saat itu adalah simpatisan G30S PKI.

Soeharto segera mengintegrasikan perintah tersebut ke dalam rencananya untuk mengamankan kota. Singkat cerita, berkat arahan AH Nasution, Soeharto dibantu dengan pasukan yang dipimpin oleh Sarwo Edhie Wibowo, Jakarta dengan cepat berhasil diamankan dari para pasukan G30S PKI.

Pak Nas meninggal dunia pada 6 September 2000 saat pada usia 81 tahun di Jakarta. Sebelum meninggal, Nasution sempat mengalami stroke dan kemudian Koma.

Sebagai salah satu dari 3 Jenderal Besar TNI dan Pahlawan Nasional Indonesia, Nasution dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

Red

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts