
globalcybernews.com -Bangunan Pesanggrahan bergaya Belanda yang berdiri di tengah-tengah desa Munduk merupakan desa tua yang berada di lereng gunung lesung yang sebagain besar wilayahnya ber munduk-munduk. Kawasan ini sudah terkenal sejak zaman Hindia Belanda sebagai pusat penghasil Kopi terbaik, bahkan sebelum ditetapkannya Banjar Munduk sebagai Desa Munduk oleh Punggawa Distrik Banjar pada tahun 1892 masyarakat desa Munduk sudah biasa mengekspor kopi ke Negeri Belanda dan Jerman melalui pelabuhan laut di Desa Temukus dan angkutan barang dari Desa Munduk menuju pelabuhan menggunakan gerobak yang ditarik kerbau. Oleh sebab itu pada zaman tersebut Munduk memiliki nilai yang cukup tinggi di mata pemerintah zaman itu.
Bahkan Pada tahun 1901 pemerintah Belanda mendirikan bangunan Pesanggrahan di Banjar Uma. istilah Pesanggarahan merupakan sebutan bagi rumah peristirahatan atau penginapan, biasanya milik pemerintah.
Semenjak adanya pesanggrahan, jalan raya di Desa Munduk mulai diperkeras dengan batu pecah, kerikil, dan batu split. Selain itu, sejak saat itu, yaitu sekitar tahun 1925 warga di Munduk mulai ada yang memiliki kendaraan. Keberadaan pesanggarahan merupakan tonggkak baru kemajuan desa ini, terbukti pada saat itu pemerintah membangun jaringan perpipaan air minum dengan sumber air berasal dari Sungai Gelar untuk memenuhi kebutuhan pesanggarahan. Semenjak itulah krama Desa Munduk secara swadaya menyambung jaringan perpipaan ke arah barat desa dengan membuat titik-titik keran lengkap dengan permadian.
Bahkan menurut catatan peneliti independen sugi lanus, pada 8 September 1927 tokoh besar peraih nobel sastra asal India Rabindranath Tagore pernah menginap di pesanggarahan ini, pasca lawatannya mengelilingi pulau Bali.
Pada zaman pendudukan Jepang, pesanggrahan tersebut oleh pihak jepang dijadikan tempat tentara jepang dan ditempat itu pula pernah tinggal seorang mantri kesehatan Jepang yang bernama Kitamura. Saat revolusi mempertahankan kemerdekaan Negara Republik Indonesia, pasaggrahan tersebut dijadikan tangsi militer (KNIL) oleh pihak Belanda, sedangkan para pejuang dari Desa Munduk (veteran) bergerilya di pinggir desa seperti di Banjar Penyabangan, Banjar Tanah Miah, Banjar Tengemel, dan Banjar Bedolan sampai dengan penyerahan kedaulatan Negara Indonesia oleh Belanda sekitar tahun 1950.
Kini desa Munduk di kenal sebagai desa wisata yang menyediakan akomodasi wisata seperti home stay, guest house dan restoran. Selain itu, warga lokal juga banyak menjadi pemandu tamu asing yang berlibur di Munduk.
Red