Monday, June 16, 2025
HomeSejarahKaisar Dinasti Yuan, Kubilai Khan Mengerahkan Pasukannya yang Terdiri Dari Dua Ratus...
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Related Posts

Featured Artist

Kaisar Dinasti Yuan, Kubilai Khan Mengerahkan Pasukannya yang Terdiri Dari Dua Ratus Ribu Tentara

globalcybernews.com – Seluruh kerajaan dan rakyat Jepang berpendapat kejadian tersebut adalah berkat Dewi Matahari (Amaterasu-ōmikami), yang mengutus Kamikaze (harfiah berarti Dewa Angin, red.) untuk melindungi Jepang. Maka seluruh negeri Jepang pun, atas segala perlindungan Dewa menggelar kegiatan berdoa kepada Dewata. Pasukan Yuan yang gagal mengulang kembali ekspedisi militernya yang kedua menyerang Jepang, dan lagi-lagi angin topan bertiup, kapal dikaramkan dan korban jiwa tak terhitung banyaknya, pasukan Yuan yang tak terkalahkan hingga ke seluruh dataran Eropa dan Asia itu, akhirnya sejak saat itu mereka membatalkan niatnya menaklukkan Jepang. “Kamikaze” itu pun dijadikan sebagai simbol kemenangan yang diraih Jepang berkat perlindungan dari Sang Pencipta.

Waktu bergulir hingga 1944, dalam Perang Pasifik Jepang berada di bawah angin, dan demi melawan kekuatan AL Amerika yang begitu perkasa, sejumlah pesawat Jepang dimuat dengan bom berkekuatan besar, serta diisi dengan bahan bakar penuh, lalu dimulailah serangan bunuh diri. Laksamana AL Jepang, Takijirō Ōnishi adalah orang pertama yang mengemukakan metode perang tersebut, dan menamakan operasi serangan bunuh diri tersebut: Serangan Khusus Kamikaze, dengan harapan memanggil Dewi Matahari, agar membebaskan Jepang dari bencana kemusnahan.

“MEREKA DATANG MENYABUNG NYAWA”

Pada Oktober 1944, perang laut terbesar dalam sejarah yakni perang laut Teluk Leyte, meletus. Waktu itu total tonase bruto armada kapal perang sekutu di kawasan ini mencapai 1,33 juta ton, seluruh harta yang dimiliki AL Jepang waktu itu hanya sekitar 730.000 ton, AL Jepang mau tidak mau harus mempertaruhkan segalanya. Dan AS pun menantikan kesempatan ini, mengerahkan perang laut dan udara, untuk menghancurkan AL Kekaisaran Jepang hingga tuntas.

Ini adalah duel perang yang tidak terlalu banyak kekhawatiran, AS telah mencapai kemenangan strategis terlebih dahulu. Satu-satunya yang membuat orang AS merinding adalah, munculnya pasukan Kamikaze Jepang ini. Ketika pasukan udara AL Amerika berusaha menghadang pesawat Jepang, mereka terkejut di saat Pasukan Kamikaze tidak melakukan manuver menghindar, melainkan malahan tanpa ragu terus menerjang ke arah kapal induk, hingga detik-detik terakhir itu, pasukan AS baru menyadari bahwa musuh-musuh mereka itu datang menyongsong kematian.

Sepanjang perang laut di Teluk Leyte itu, pasukan Kamikaze telah menenggelamkan dua unit kapal induk dan empat unit kapal perusak milik AS. Pada 13 Desember 1944, kapal jelajah USS Nashville mendapat serangan pasukan Kamikaze, sebanyak 133 orang tentara AL Amerika tewas, kapal ini memiliki makna penting karena merupakan kapal laksamana yang dikomandoi oleh jenderal bintang lima, Douglas MacArthur. Laksamana Muda AL, Wilson Brown menggambarkan pemandangan tersebut: “Ini adalah pemandangan yang sama sekali bertentangan dengan filosofi Barat kita, kami menyaksikan setiap pesawat Kamikaze itu menerjang ke bawah, kami lupa bahwa kami adalah korban, kami hanya berpikir, apa sebenarnya yang dipikirkan oleh orang-orang yang berada di udara itu?

MENGAPA MENJADI ANGGOTA KAMIKAZE, & MAU MATI DENGAN SUKARELA?

Apakah sebenarnya yang berada di dalam benak Pasukan Khusus Kamikaze? Jika mengira di dalam benak mereka ada semangat berkorban ala bushido (kode etik kesatriaan Jepang, red.), atau mereka telah dibutakan oleh doktrin militerisme Jepang, maka kita hanya bisa melihat konsepsi keliru yang ditimbulkan sebagai akibat pandangan sejarah usang kita. Itu bukanlah fakta sejarah. Padahal hanya fakta yang dapat memandu kita, untuk bisa melangkah keluar dari kosep sejarah yang tidak menyelesaikan masalah, dan dengan sungguh-sungguh merenungkan bangsa kita sendiri, serta merenungkan kehidupan kita sendiri.

Terhadap sekumpulan orang yang menjadi bom manusia, yang mengikatkan dirinya pada kabin pesawat setelah minum secangkir sake, orang-orang dengan sendirinya akan beranggapan mereka adalah kelompok ekstremis yang tergila-gila pada fanatisme bahkan brutal. Tidak benar. Fakta yang kejam adalah para anggota Kamikaze, mayoritasnya adalah lulusan perguruan tinggi ternama seperti University of Tokyo dan Kyoto University. Lewat surat wasiat yang mereka tinggalkan, kita bisa mendapati sebenarnya adalah sekelompok pemuda berbakat yang terdidik dengan baik dan menguasai karya klasik.

Pertama, ada suatu fakta mendasar yang mudah ditemukan, yaitu pada saat AL Jepang membentuk pasukan Kamikaze, awalnya mereka ditentang oleh para komandan dan pejuang pasukan udara jepang di garis depan. Bicara soal bushido, mereka mendambakan berperang, mendambakan semangat berkorban jiwa raga bagi Kaisar Jepang, yang tidak kalah dibandingkan dengan siapapun, tidak hanya ditentang oleh para pilot senior berpengalaman yang berharga, para perwira baru lulusan akademi militer pun tidak bersedia menjadi anggota Kamikaze, maka dari itu konsep yang tadinya ada di benak kita bahwa pasukan Kamikaze itu berasal dari semangat bushido Jepang, adalah pemahaman yang keliru. Big Data juga telah mengarahkan Wikipedia mengatakan begitu, ikut-ikutan berbuat kesalahan. Lalu apakah para anggota tersebut telah dibutakan oleh militerisme Jepang?

Sejak masa Restorasi Meiji, dunia pendidikan Jepang sangat terbuka, seharusnya orang-orang dengan pendidikan seperti ini tidak akan semudah itu dibutakan. Mengapa para elite intelektual masyarakat yang top itu mau menjadi anggota Kamikaze untuk mati dengan sukarela?

SIMBOL BUDAYA DIMANFAATKAN OLEH POLITIK SEKULER

Alasannya sebenarnya sederhana, karena suatu jenis bunga yang mematikan, yakni bunga sakura. Yah! Hal ini menarik.

Kita lihat sejumlah contoh nyata: Hachiro Sasaki, seorang mahasiswa dari Tokyo Imperial University (sekarang University of Tokyo, red.), tewas pada April 1945. Dia adalah seorang penganut Marxisme. Sangat cerdas, bisa membaca buku karya Engels dalam bahasa aslinya, bahasa Jerman. Ia beranggapan: Perang ini adalah perang terhadap kapitalisme yang diwakili oleh AS dan Inggris, jika dirinya mati dalam perang ini, ia akan mati dan berubah menjadi bunga sakura yang gugur, juga demi idealisme dan membela rakyat Jepang, bukannya demi Kaisar Jepang.

Minoru Wada, mahasiswa Tokyo Imperial University, gugur pada Juli 1945, daftar bacaannya meliputi karya sastra dan filosofi arus utama, ia adalah penganut liberalisme, dan menentang militerisme. Bunga sakura yang berguguran adalah kehidupannya, simbol yang melebur dalam patriotisme, Kaisar Jepang hanya suatu simbol lain yang tidak begitu penting baginya.

Ichizo Hayashi, mahasiswa Kyoto Imperial University, ia adalah seorang umat Kristen dan tewas pada April 1945. Dalam buku hariannya ia menghubungkan kematiannya dengan bunga sakura, dan bukannya berkorban demi Kaisar Jepang. Kematian dipandangnya sebagai pengaturan Tuhan, bukan misi demi Kaisar Jepang.

Baik penganut Marxisme, liberalisme, atau umat Kristen, semua membenci militerisme, juga tidak menjadikan Kaisar sebagai Dewa atau objek yang dihormati. Walhasil, tragis, akhirnya semua mati demi militerisme dan juga kaisar. Sampai mati mereka masih beranggapan, mereka hanya mati demi bunga Sakura yang mematikan itu. Mengapa demikian? Inilah kekuatan simbol budaya yang mengerikan.

Bunga sakura di tengah masyarakat pertanian tradisional Jepang, mekar pada saat mulai musim semi dan musim tanam tiba, melambangkan kelangsungan kehidupan, dan cinta yang romantis; Yasukuni Jinja adalah tempat bagi jiwa kebangsaan, tradisi, dan pahlawan; disana dipenuhi bunga sakura yang bermekaran, dan di mana-mana terdapat pahatan bunga sakura; di kuil-kuil juga bermekaran bunga sakura. Semuanya ini adalah adat, tradisi, dan kepercayaan yang tertanam dalam-dalam di sanubari setiap orang Jepang.

Namun simbol budaya ini secara perlahan dimanfaatkan oleh politik sekuler, maka telah menjadi semacam kekuatan menakutkan yang tidak mudah dilacak: Bunga sakura pada seragam tentara, kancing, dan terukir pada pedang tentara. Puisi yang menggambarkan peperangan, lukisan yang menggambarkan penaklukan negara Manchukuo (wilayah timur laut Tiongkok yang pernah dikuasai dan dijadikan negara boneka oleh Jepang pada 1932-1945, Red.) adalah bunga sakura. Bunga sakura di hati kaum muda, adalah idealisme, cinta, dan kehidupan, namun mereka tidak sadar telah menyatu dengan militerisme yang jahat dan kekuasaan kaisar. Dalam proses ini banyak sekali penulis, atau musisi, maupun politisi yang telah ikut berpartisipasi dalam konspirasi yang mendistorsi simbol bunga sakura, dan merampungkan militerisme pada bunga sakura yang merupakan simbol keindahan. Kaum muda adalah orang yang memiliki tanggung jawab sosial dan rasa patriotisme, rela berkorban jiwa raga demi makna kehidupan yang diwakili bunga sakura, justru telah menjadi bagian dari komplotan sekaligus korban kekuatan jahat yang sejatinya tidak mereka setujui.

Menilik kembali sejarah, kadang kala kita akan merasa takut sampai berkeringat dingin!

Melodi lagu daerah yang cinta Provinsi Jiangxi telah berubah menjadi “10 Rides of Red Army” (lagu komunis, red.); lagu opera cinta “Bai Ma Diao” yang jatuh cinta dengan Provinsi Shaanxi utara, telah berubah menjadi “The East is Red” (lagu komunis, red.); pada Olimpiade 2008, Zhang Yimou membangun arena perlombaan dan Forbidden City dengan nuansa merah yang seolah menutupi cakrawala, seluruh dunia mengibarkan bendera merah, dan di saat menyambut obor Olimpiade, di tengah penilaian estetika dan suara sorak sorai, kita telah menerima hal-hal yang mungkin tidak terlalu kita sukai.

Kekuatan jahat yang melakukan penyusupan terhadap gen budaya kita, adalah semacam pengaruh terhadap kode sumber pemikiran manusia, serta telah menjadi semacam hal yang nebyusup secara halus, yang ada di mana-mana, dan tidak mudah ditepiskan.

Ketika saya menyaksikan petani yang kehilangan tanahnya, pada saat sedang melawan kezaliman, justru menyanyikan: “Bangkitlah! Orang-orang yang tidak ingin diperbudak! (lagu kebangsaan RRT, Red.)”, hati saya serasa hancur!

Sejarah pada hari ini, pasukan khusus Kamikaze: Iblis telah menggelar malam hari, tetapi tidak mampu menghalangi Anda dalam menceritakan cahaya terang; iblis telah menguasai aula, apa daya Anda telah menyalakan sebatang dupa di hati.

Red

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts