Sunday, September 8, 2024
spot_img
spot_img
HomeSejarahKim HoSi Pendekar PengelanaKarya NC HouBagian 03
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Related Posts

Featured Artist

Kim HoSi Pendekar PengelanaKarya NC HouBagian 03

vlobalcybernews.com  -Telaga ini air nya sangat jernih saking jernihnya ikan ikan yang berenang dan berkejaran terlihat dengan jelas, dan ditepi telaga tumbuh bunga bunga teratai berwarna merah.

Dari sela sela akar pohon muncul sekawanan kelinci berwarna putih yang berlarian, di atas cabang cabang pohon juga hinggap berbagai jenis burung berwarna warni.

Kim Ho sangat gembira, timbul hasratnya untuk kembali mencoba memainkan suling cendana.
“Fuuh!..Fuuuh!..”
“Waduuuh, Suling yang baik, kenapa engkau belum bisa aku mainkan!”
Kim Ho kembali mencoba berkali kali namun tetap saja gagal.

“Wah!.. benar kata Bu Bengi Lo Jin melalui tulisan nya, aku harus giat berlatih Tee-Liong-Khi-Kang sampai sempurna baru dapat aku memainkan suling ini”

Rasa lapar mulai terasa, setelah memakan Hiat-Ko (Buah darah) yang membuat dirinya keracunan Kim Ho belum makan apapun, ikan ikan emas yang berenang di telaga sungguh menggoda Kim Ho, “Hhhm.. sungguh sedap dan nikmat kalau dibuat ikan bakar!” pikiran Kim Ho sudah membayangkan harum dan gurihnya ikan bakar.

Kim Ho lalu melepaskan semua pakaiannya, karena di bukit ini dia hanya seorang diri jadi tidak perlu malu.
sambil berlari Kim Ho melompat kedalam telaga “Byuurrr!..”
Kim Ho mulai menyelam ke dalam dasar telaga, ternyata kedalaman telaga ini lebih dari lima meter, karena airnya sangat jernih, saat dilihat dari permukaan terlihat dangkal.

Karena air telaga yang sangat jernih membuat tidak membuat mata perih Kim Ho dapat melihat dengan jelas sekawanan ikan yang berenang,
” Wuuush!..” Kim Ho sambil berenang berusaha menangkap ikan emas, “Uuups!” seekor ikan emas berhasil di tangkap, akan tetapi karena tubuh ikan sangat licin ikan tersebut kembali dapat meloloskan diri.

Kim Ho tidak berputus asa terus menerus akan tetapi dia kembali gagal.
akhirnya Kim Ho berenang ke tepi telaga, mengambil Suling-Cendana nya, “Hei..sulingku kau belum dapat kubunyikan, tapi kuharap kau dapat membantuku menangkap ikan!” Kim Ho kemudian kembali melompat kedalam telaga menyelam mengejar ikan emas, seekor ikan emas yang besar dan gemuk berenang melintas di depan Kim Ho, “Craaaap!…” dengan satu gerakan menusuk tubuh ikan emas itu sudah tertembus oleh Suling-Cendana. Kembali Kim Ho berenang dan menombak dua ekor ikan emas lagi, Kim Ho berenang ke tepi Kolam dengan membawa hasil tangkapan tiga ekor ikan emas yang gemuk.

Kim Ho melepaskan tiga ekor ikan dari Suling cendana, sesuatu hal ajaib dibuktikan oleh suling cendana, walaupun dibawa berenang dan dipakai untuk menombak ikan, suling cendana ini sama sekali tidak basah dan darah ikan juga tidak ada yang menempel, Suling-Cendana tetap kering dan tetap menyebarkan aroma wangi nya.
“Terima kasih ya,.. Sulingku, terima kasih Lo Cienppwe Bubeng Lojin yang sudah meninggalkan suling dan kitab yang bermanfaat!”
Kim Ho kemudian menghadap ke arah utara bersujud tiga kali memberi penghormatan kepada Thian yang memberikan anugrah dan melindungi dirinya.

Kim Ho kemudian mengumpulkan ranting ranting kering untuk dijadikan kayu bakar. dan memukulkan dua buah batu untuk menimbulkan api berkali kali Kim Ho mencoba tapi tak juga berhasil menimbulkan api.
Tanpa di sengaja Suling Cendana yang diselipkan di dalam bajunya terjatuh ke batu
“Praak!” beradunya Suling Cendana pada batu menimbulkan percikan bunga api yang cukup besar dan menyambar daun-daun dan ranting kering menimbulkan api.

Melihat kenyataan ini Kim Ho sangat gembira, rupanya Suling Cendana bukanlah Suling biasa akan tetapi adalah sebuah Suling ajaib yang ditinggalkan oleh Bu Beng Lojin kepada dirinya.
Sebenarnya Suling Cendana memang terbuat dari kayu cendana akan tetapi kayu cendana yang sudah berubah menjadi fosil sehingga kerasnya melebihi dari besi baja pilihan.
Karena merasa penasaran Kim Ho mencoba memukulkan Suling Cendana ke sebuah batu besar.
“Praaak!..” Batu sebesar badan kerbau itu hancur seperti terkena ledakan.

Kim Ho terbelalak kaget, tujuannya hanya ingin menciptakan percikan bunga api, akan tetapi karena memukul terlalu keras membuat batu gunung hancur berkeping keping.
“Waaauw…Suling Cendana kau memang ajaib!..terima kasih Lo Cienpwe Bu Beng Lojin!”
Kim Ho berteriak gembira.

Ranting ranting kayu sudah menjadi bara, sudah saatnya Kim Ho mulai membakar ikan, aroma yang ditimbulkan sangat harum dan sedap.
Kim Ho dengan lahap menghabiskan tiga ekor ikan emas besar itu, setelah itu tiduran di bawah pohon raksasa.
Sejak saat itu Kim Ho semakin giat berlatih ilmu pernafasan Tee-Liong-Khi-Kang setelah enam bulan berlatih, Kim Ho sudah dapat membunyikan suling Cendana dan memainkan lagu syair mentertawakan dunia.

Tanpa disadarinya ilmu pernafasan Tee-Liong-Khi-Kang bukan hanya semata mata untuk bisa meniup Suling Cendana, akan tetapi Tee-Liong-Khi-Kang (ilmu pernafasan naga Bumi) adalah ilmu pernafasan untuk membangkitkan dan mengendalikan tenaga Sin-Kang (Tenaga Sakti) apa lagi secara tidak sengaja Kim Ho memakan Hiat-Ko (Buah darah) yang mengandung kekuatan energi IM (dingin) dan terpatuk ular KIm-Pai-Coa yang mengandung kekuatan energi YANG (panas) tanpa disadarinya dua kekuatan energi berlawanan ini berubah menjadi SINKANG (tenaga sakti) alamiah yang tersimpan dan dapat dikendalikan setelah giat berlatih Tee-Liong-Khi-Kang.

Tanpa disadarinya Kim Ho telah memiliki kekuatan tenaga sinkang yang besar dan seandainya jago silat biasa yang berlatih membutuhkan waktu paling sedikit selama dua puluh tahun baru mencapai tingkat kekuatan sinkang yang dimiliki Kim Ho saat ini, akan tetapi Kim Ho yang masih anak anak dan awam dalam ilmu silat sama sekali tidak menyadari, dan sangat giat berlatih Tee-Liong-Khi-Kang agar dapat meniup Suling Cendana dengan baik dan merdu.

Waktu berjalan dengan sangat cepat, tidak terasa sudah satu tahun lamanya Kim Ho tinggal di dalam Gua Fosfor dan giat berlatih melatih Tee-Liong-Khi-Kang dan membaca Kitab wejangan Kong Hu Cu yang terdapat dalam kitab Ngo-Keng dan kitab Si-Shu.

Pada suatu pagi, saat Kim Ho keluar dari Gua Fosfor melalui terowongan yang tertutup akar pohon. Kim Ho mendengar suara orang yang sedang berbicara. “Sungguh aneh kenapa ada orang?” pikir Kim Ho karena sudah selama setahun lamanya tidak pernah melihat manusia lain,dari balik akar pohon Kim Ho melihat dua orang sedang bertengkar.

Dua orang pria paruh baya berbadan kekar berambut awut awutan yang wajahnya di tumbuhi cambang dan brewok tebal.
“Suheng menurut peta yang berhasil kita rampas, sudah benar inilah tempatnya!”

“Benar kentutmu!..susah payah kita menuruni jurang hanya menemukan telaga kecil ini!.. Mana ada harta karun!”

“kalau tidak percaya mari kita lihat sama sama lagi gambar petanya !”
ucap pria paruh baya brewokan yang mengeluarkan sebuah gulungan kertas.

“ini adalah gambar pegunungan Thai San dari puncak Burung merak dan turun ke ngarai cemara dan dari ngarai cemara kita turun ke bawah bukit emas dan ini lah tempat nya bukit emas yang dilingkari di peta ini!”
ucap laki laki paruh baya brewokan kepada suhengnya.

“Hei sute!.. didalam gambar peta memang hanya tergambar satu buah bukit, akan tetapi coba kau lihat di sekeliling kita ada puluhan bukit dan yang mana adalah bukit emas? aku merasa ini bukanlah bukit emas akan tetapi bukit pohon raksasa, di sekeliling bukit ini hanya ada pohon raksasa tidak ada apa apanya lagi selain telaga kecil ini!”
ucap laki laki brewokan yang di panggil Suheng.

“Sudah benar suheng menurut peta ini dari ngarai cemara terus turun kearah selatan menemukan sebuah bukit kecil!”

Dua orang laki laki brewokan ini masih saja memperdebatkan posisi bukit emas, tanpa mereka sadari tiba tiba tiba melayang turun seorang kakek tua berbaju putih dari atas ngarai cemara.

“Ha ha ha!.. sepasang kucing goblok sedang berdebat, kalau kalian tidak dapat melihat petunjuk peta lebih baik peta itu berikan kepada Lohu!”

Dua orang pria brewokan menoleh terbelalak terkejut melihat seorang kakek tua yang rambut dan cambangnya semua berwarna putih dan mengenakan baju serba putih.
tidak salah lagi kakek berbaju serba putih ini adalah Pek-In-Tosu (Tosu Awan Putih) seorang tokoh sesat yang terkenal sangat kejam.

Cin-An-Suang-Hauw (Sepasang Hariamau dari Cin An) juga adalah pemimpin perampok yang sangat terkenal di kota Cin An, akan tetapi berhadapan dengan datuk sesat Pek In Tosu mereka sama sekali tidak berani bertingkah gegabah, walau Pek In Tosu sudah memanggil julukan mereka berdua sepasang macan menjadi sepasang kucing.

Cin An Shuang Hauw walaupun berpenampilan menyeramkan dua orang ini menjurah kepada Pek-In-Tosu memberi penghormatan.
“Maafkan kami tidak mengetahui kehadiran Lo Cienpwe disini!”

“Tidak usah berbasa basi, cukup kalian serahkan peta itu dan aku akan mengampuni nyawa kalian!”
Bentak Pek-In-Tosu dengan sorot mata mencorong, membuat Cin-An-Shuang-Hauw bergidik ngeri.

“Peta ini hanya peta biasa tempat penyimpanan harta hasil rampokan, tentu saja tidak menarik perhatian Lo Cien pwe!”
Ucap Si laki laki brewok sengaja menutupi keberadaan peta wasiat yang dimilikinya.

“Ha..ha..ha.. kalian dua ekor kucing goblok yang sudah bosan hidup berani beraninya membohongi aku!..Bukankah peta itu adalah hasil merampok kalian terhadap Kim-Liong-Piawkiok ( jasa pengawalan barang naga mas) yang membawa barang purbakala yang di temukan di Kota Si-An dan akan dibawa ke kota raja Shun-Tian( sekarang Bei Jing) atas perintah kaisar Cu-Thi ( Kaisar dinasti ming 1402 – 1424)

Cin-An-Shuang Hauw terkejut betapa Pek-In-Tosu sudah mengetahui peta apa yang mereka bawa bahkan mengetahui dari mana mereka merampoknya.
peta harta karun dari makam kaisar Chin yang bersusah payah mereka dapatkan tentu saja mereka tidak rela menyerahkan begitu saja kepada Pek-In-Tosu.

Mereka berdua berusaha melarikan diri dengan berlari ke bibir jurang sempit yang berseberangan dengan sebuah bukit.

“Wuush!..” tiba tiba Pek In Tosu sudah berada di bibir jurang mengirimkan dua pukulan.
Sepasang Harimau Cin An terjengkang kebelakang sejauh empat tombak, memuntahkan darah segar, tidak berhenti sampai di situ Pek Im Tosu kembali melancarkan pukulan mematikan, “Daaar!..” pukulan berkekuatan tenaga sinkang ini kalau mencapai sasaran pasti akan meremukan tubuh Sepasang Harimau Cin An.

Akan tetapi sebuah bayangan melesat menyambut serangan mematikan dari Pek In Tosu.
“Praaak!” sepasang tangan Pek In Tosu ditangkis oleh sepasang tangan bocah berusia sebelas tahun.
Pek In Tosu tergetar akan tetapi tubuh Kim Ho terlempar sejauh lima tombak berguling guling ditanah.
Akan tetapi segera dapat bangkit berdiri dan kembali berlari ke arah Pek In Tosu sambil berteriak,
“Lo Cienpwe jangan bunuh mereka!.. ampunilah mereka!”

Pek In Tosu terbelalak kaget, karena di dunia ini sangat jarang orang yang dapat menerima pukulan Pek In Ciang nya, akan tetapi bocah ini tidak apa apa bahkan bisa langsung bangkit dan berlari mencegahnya membunuh Cin An Suang Hauw.
“Lo Cien Pwe aku mohon jangan membunuh orang disini, apa lagi Lo Cienpwe adalah seorang Tosu yang tentu saja lebih mengerti akan larangan agama untuk salimg membunuh!” teriak Kim Ho yang sudah berani mencegah Pek In Tosu membunuh Cin An Suang Hauw.
Bukan hanya Pek In Tosu yang terbelalak kaget, Cin An Suang Hauw juga melotot kaget, setelah selamat dari maut.

“Bocah aneh siapa kau? kenapa tiba tiba kau bisa muncul mencegah Lo Hu membunuh dua ekor kucing garong ini !”
Tanya Pek In Tosu dengan nada Heran.

“Aku bernama Kim Ho, anak petani dari dusun Liong Bun Cun, secara tidak sengaja aku terjatuh ke bukit ini, dan sudah selama setahun aku tinggal disini tanpa pernah bertemu dengan manusia lain, hari ini aku gembira dapat berjumpa dengan sesama manusia, akan tetapi betapa kecewanya aku mendapatkan kenyataan manusia manusia pertama yang aku temui setelah terkurung disini, sekarang hendak saling membunuh!” Ucap Kim Ho dengan berani dan berkata kata dengan jujur polos apa adanya.
Pek In Tosu tertegun mendengar ucapan polos dari Kim Ho, demikian juga dengan Cin An Suang Hauw yang telah menganggap Kim Ho sebagai dewa penyelamat mereka.

“Sin-Tong!..benar benar anak ajaib!.. baiklah Sin-Tong aku tidak akan membunuh mereka atas permintaanmu, akan tetapi mereka harus menyerahkan peta secara suka rela kepadaku!” Ucap Pek In Tosu yang kagum melihat sikap berani dan polos dari Kim Ho

Cin An Shuang Hauw yang baru saja selamat dan berterima kasih sekali kepada Kim Ho, dua orang perampok kejam ini terharu berlutut di depan Kim Ho
“Terima kasih Sin-Tong kau sudah menyelamatkan kami!”
dari balik bajunya Pria Brewok ini mengeluarkan gulungan kertas kepada Kim Ho.

Kim Ho mengambil gulungan kertas tersebut kemudian menyerahkan kepada Pek In Tosu “Ini peta nya Lo Cien Pwe yang baik dan lepaskaah mereka pergi!”.

Pek In Tosu tertawa tawa gembira memperhatikan gambar dan tulisan yang ada pada peta
tiba tiba Kim Ho.berkata dengan nada datar.
“Peta itu adalah peta palsu Lo cien pwe!”

Mendengar ucapan Kim Ho dahi Pek In Tosu berkerut sampai kedua alisnya terangkat tinggi hampir mencapai anak rambut.
“Mengapa kau bisa mengatakan kalau peta ini palsu?” Tanya Pek In Tosu yang semula gembira dan kini berganti keheranan mendengar Kim Ho mengatakan peta ini adalah peta palsum

“Mendengar percakapan kalian tadi peta ini adalah benda purbakala yang ditemukan di makam kaisar Qin, apakah Lo Cienpwe tidak pernah baca buku sejarah, bukankah di jaman dinasti Qin kitab kitab catatan sejarah masih ditulis diatas bilah bambu dan kayu, sebagian lagi ditulis diatas kain sutra dan kulit hewan, dimasa dinasti Qin belum menggunakan kertas!”

Ucapan polos tapi masuk akal dari Kim Ho membuat Pek In Tosu sadar kalau peta ini adalah peta palsu, begitu juga Cin An Suang Hauw yang hampir saja mati karena peta itu, dan ucapan dari Kim Ho benar benar masuk akal dan menyadarkan mereka semua.

Tiba tiba Pek In Tosu tertawa terbahak bahak wajah yang semula kecewa kini tampak bahagia “Ha..ha..ha..aku sudah tidak peduli lagi dengan peta palsu ini!..aku sudah menemukakan harta karun yang lebih berharga!.. Harta karun itu adalah Kau!”
Pek In Tosu menunjuk Kim Ho,
membuat Kim Ho kebingungan.

“Ya..kaulah harta karun itu Sin-Tong …Kau adalah anak ajaib yang akan menjadi muridku ha..ha..ha!”
Tiba tiba Pek In Tosu meraih Kim Ho dan membopong nya berlari melompati jurang jurang sempit.

“Lepaskan aku Lo Cien Pwe!..tolong lepaskan aku, aku masih suka tinggal di bukit ini!”
teriiak Kim Ho menjerit dan merasa ngeri dibawa lari dengan sangat cepat melompati jurang jurang curam yang penuh dengan batu batu runcing.
akan tetapi Pek In Tosu sama sekali tidak memperdulikan teriakan Kim Ho yang masih di bopong nya dan dibawa lari begitu saja.

Bersambung.

Red

Latest Posts