globalcybernews.com -Rasulallah Melarang Hidup Meminta-minta
Ketika kaum muslimin yang hijrah ke Habasyah tiba kembali ke Madinah, sekali lagi Rasulullah ﷺ melihat beberapa dari mereka biasa hidup enak tanpa bekerja. Maklum selama di Habasyah, mereka hidup dari pemberian-pemberian Najashi yang baik budi. Di Madinah, sebagian mereka bahkan hidup dari zakat. Maka Rasulullah ﷺ pun menganjurkan agar mereka mau bekerja.
“Orang miskin itu bukanlah orang yang tidak mendapatkan satu atau dua suap makanan, akan tetapi orang miskin adalah orang yang tidak mempunyai harta kekayaan dan merasa malu meminta-minta kepada orang lain secara paksa,” demikian nasihat Rasulullah ﷺ kepada orang-orang itu.
Ajaran yang dibawa Rasulullah ﷺ adalah ajaran kebesaran jiwa. Tidak boleh ada orang hidup dari jerih payah orang lain, walaupun hidupnya sendiri dihabiskan untuk beribadah di masjid. Alasannya tidak ada orang yang lebih utama dibandingkan orang lain selain karena amal dan pekerjaannya.
Sebaliknya Rasulullah ﷺ juga melihat ada orang yang menghimpun harta kekayaan dari rampasan perang dengan perasaan khawatir hartanya itu akan habis jika disedekahkan. Maka Rasulullah ﷺ melarang melakukan penimbunan harta dan mengharuskan mereka bersedekah kepada orang yang miskin dan sengsara.
“Tidaklah benar-benar beriman kepada Allah orang yang mati dalam keadaan kenyang, sementara itu tetangganya kelaparan,” demikian sabda beliau.
“Barangsiapa yang mempunyai kelebihan belanja maka ia harus menyisihkan bagi orang yang tidak cukup belanjanya. Barang siapa yang mempunyai kelebihan harta maka sisihkanlah kepada orang yang kekurangan. Barangsiapa yang tidak memiliki kepedulian terhadap orang-orang Islam maka ia bukan dari golongan mereka.”
Ajaran ini mengguncangkan hati para hartawan, bahkan ada yang mau menyerahkan seluruh hartanya. Namun Rasulullah ﷺ juga mencegah tindakan berlebihan seperti itu dengan bersabda, “Simpanlah sebagian hartamu karena sebaik-baik sedekah adalah pemberian orang kaya”.
Muru’ah adalah harga diri. Salah satu yang termasuk muru’ah adalah menjaga diri agar jangan memberatkan orang lain, harus belajar cukup dengan apa yang ada, belajar menahan susah dan derita, jangan menggantungkan harapan selain kepada Allah. Seperti disebut dalam pepatah Arab “Anjing kurap yang mencari makan lebih mulia dari singa besar dalam kandang”.
Kekuatan Keyakinan Rasulullah
Rintangan demi rintangan terus diatasi Rasulullah ﷺ. Beliau terus berusaha memperbaiki kehidupan islami yang sedang dibangun bersama pengikutnya. Salah satu rahasia besar kesuksesan beliau adalah keyakinan yang amat kuat kepada Allah.
Suatu ketika dalam perang Dzatur riqa di tengah perjalanan yang begitu melelahkan, pasukan muslimin menemukan sebuah pohon rindang. Para sahabat meminta Rasulullah ﷺ beristirahat di bawah pohon itu, sementara mereka sendiri berpencar mencari tempat berlindung dari sengatan matahari. Rasulullah ﷺ menggantungkan pedangnya di pohon tersebut dan tertidur.
Tiba-tiba muncullah seorang musyrik. Dengan cerdik ia berjalan tenang seolah-olah dirinya merupakan bagian dari pasukan muslim. Ditujunya tempat Rasulullah ﷺ berteduh, lalu dengan cepat ia mengambil pedang Rasulullah ﷺ dan menodongkannya ke dada beliau.
“Apakah engkau takut kepadaku?” kata orang itu.
“Tidak,” jawab Rasulullah ﷺ tegas dan tenang.
Orang itu merasa heran karena sudah pasti sesaat lagi ia akan menusukkan pedangnya ke dada Rasulullah, “Lalu siapa yang bisa menghalangi dari tindakanku?” “Allah!”
Seketika itu juga, orang musyrik itu gemetar, pedangnya terlepas dan tanpa daya ia duduk di hadapan Rasulullah ﷺ. Dengan tangkas, beliau segera mengambil kembali pedangnya dan mengacungkannya ke dada orang itu.
“Sekarang siapa yang bisa menghalangi dari diriku?” tanya Rasulullah ﷺ.
Orang itu menjawab,
“Jadilah sebaik-baik orang yang menjatuhkan hukuman.”
Beliau bersabda,“Kalau begitu bersaksilah bahwa tiada ilah selain Allah dan bahwa aku adalah Rasulullah.”
“Aku berjanji kepadamu untuk tidak memusuhimu dan tidak akan bergabung bersama orang-orang yang memusuhimu,” kata orang itu.
Beliau memanggil para sahabatnya dan menceritakan apa yang telah terjadi. Beliau sama sekali tidak memarahi orang itu. Bahkan beliau melepaskan orang itu yang kemudian pulang dan berkata kepada kaumnya, “Aku baru saja menemui orang yang paling baik.”
Keyakinan Rasulullah ﷺ berasal dari kekuatan cinta kepada Allah. Beliau berdoa,
“Ya Allah aku memohon dan meminta agar aku selamanya mencintai-Mu dan mencintai orang yang cinta kepada-Mu serta mencintai pekerjaan yang dapat membawa aku untuk
mencintai-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta kepadaMu itu lebih daripada aku mencintai diriku dan keluargaku dan lebih dari rinduku pada air yang tawar pada kala panas”.
آللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيّدنَآ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيّدنَآ مُحَمَّد
Allaahumma sholli ‘alaa sayyidinaa Muhammad wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad.
Bersambung…
Red