Saturday, October 12, 2024
spot_img
spot_img
HomeSejarahKisah Rasulullah ﷺBagian 131
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Related Posts

Featured Artist

Kisah Rasulullah ﷺBagian 131

globalcybernews.com  -Setahun Perjanjian Hudabiyah

Tidak terasa setahun sudah berlalu sejak perjanjian Hudaibiyah disepakati. Rasulullah ﷺ segera memanggil para sahabat agar siap-siap berangkat melakukan umratul qadha atau umroh pengganti.

Seruan itu disambut dengan penuh semangat. Kali ini 2000 sahabat berangkat dengan mengenakan pakaian ihram. Mereka tidak membawa senjata kecuali pedang yang disarungkan. Namun Rasulullah ﷺ tetap waspada terhadap penghianatan, karena itu beliau memerintahkan Muhammad bin Maslamah memimpin 100 pasukan berkuda untuk berangkat mendahului rombongan haji.

Kaum muslimin berangkat ke Mekah dengan hati penuh rindu untuk berthawaf di sekeliling Ka’bah.

Kaum Muhajirin sudah terlalu lama menunggu untuk melihat lagi tempat mereka dilahirkan. Mereka ingin lagi menghirup udara tanah suci yang harum dengan penuh rasa hormat dan syahdu. Mereka ingin menyentuh bumi suci yang penuh berkah tempat Rasulullah ﷺ dilahirkan dan tempat Wahyu pertama diturunkan.

Sesuai dengan perjanjian Hudaibiyah, ketika orang-orang Quraisy mengetahui kedatangan Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya mereka segera keluar dari Mekah. Penduduk Mekah mendirikan tenda- tenda di bukit-bukit sekitar Mekah dari bukit Abu Qubais atau dari Hiro. Mereka melihat dengan penuh rasa ingin tahu bekas kawan-kawan mereka yang dulu pernah mereka usir.

Umrah Qadha
Begitu Ka’bah terlihat kaum muslimin serentak berseru, “Labaik, Labaik!”
Di depan Ka’bah Rasulullah ﷺ membiarkan lengan kanan atasnya terbuka sambil mengucapkan, “Ya Allah berikanlah rahmat kepada orang yang hari ini telah memperlihatkan kemampuan dirinya.”
Kemudian beliau menyentuh Hajar Aswad (batu hitam) dan berlari-lari kecil. Setelah menyentuh Rukun Yamani di sudut selatan, beliau melakukan perjalanan biasa sampai kembali menyentuh Hajar Aswad, kemudian berlari-lari lagi berkeliling sampai tiga kali dan selebihnya berjalan biasa. Setiap kali beliau berlari, 2000 sahabat ikut berlari-lari, setiap kali Rasulullah ﷺ berjalan mereka pun serentak ikut berjalan.

Semua ini sangat mempesona orang-orang Quraisy, hilanglah anggapan mereka bahwa Rasulullah ﷺ dan sahabatnya adalah orang-orang yang lemah dan dalam keadaan sulit.

Gerak kaum muslimin di umrah Qadha itu menunjukkan siapa golongan yang mulia.
Bukanlah disebut mulia orang yang berumah besar dan bermobil mewah.
Orang yang mulia adalah orang yang membangun umat, membuka selubung
kebodohan, memberi peringatan, menuntut hak yang terampas, memberi ingat dari lalai. Itulah orang yang mulia, meski tempat tinggalnya hanya gubuk buruk dan pakaiannya hanya baju bertambal”

Setelah selesai thawaf, beliau melakukan Sa’i antara Shafa dan Marwah. Setelah selesai melakukan Sa’i, sementara hewan-hewan kurban berada di Marwah, beliau berkata, “Di sinilah tempat menyembelih hewan qurban dan setiap tempat di Mekah dapat dijadikan tempat untuk menyembelih hewan qurban.”

Kemudian beliau menyembelih hewan qurban dan mencukur rambut di Marwah. Demikian pula kaum muslimin, mereka melakukan seperti apa yang beliau lakukan. Setelah itu, beliau mengutus orang- orang agar pergi ke Ya’jaj untuk menggantikan orang-orang yang

telah diberi tugas menjaga persenjataan, agar mereka dapat melaksanakan manasik umroh. Mereka kemudian datang dan melaksanakan manasik.

Rasulullah ﷺ tinggal di Mekah selama tiga hari. Pagi-pagi pada hari keempat orang-orang musyrik mendatangi Ali dan berkata, “Katakanlah kepada sahabatmu agar meninggalkan tempat kami, karena waktunya sudah habis.”
Maka Nabi ﷺ pun keluar meninggalkan Mekah dan singgah di Saraf.
Ketika hendak keluar meninggalkan Mekah mereka diikuti oleh putri dari Hamzah yang berjalan sambil memanggil, “Paman ……! Paman ……!”
Kemudian ia dihampiri dan diambil oleh Ali.
(sesampai di Madinah) Ali, Ja’far dan Zaid berebut untuk mengurusnya. Namun Nabi ﷺ memutuskan bahwa yang berhak untuk mengurusnya adalah Ja’far, karena istri Ja’far adalah saudara dari ibu putri Hamzah tersebut (saudara perempuan ibu sama kedudukannya dengan ibu)

Islamnya Khalid bin Walid
Dalam masa 3 hari di Mekkah, Rasulullah ﷺ menerima lamaran seorang wanita bernama Maimunah. Usianya 26 tahun. la adalah Bibi Khalid bin Walid. Rasulullah ﷺ ingin sekali mengundang orang-orang Quraisy dalam pesta pernikahannya. Namun orang-orang itu menolak dan meminta beliau bersama para sahabatnya keluar dari Mekah karena waktu yang disepakati telah habis. Maka, Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya pun berangkat pulang.

Perbuatan kaum muslimin yang menjauhi minuman keras, tidak berbuat maksiat dan tidak rakus dalam hal makan minum membuat hati Khalid bin Walid sangat tertarik. Ditambah lagi bibinya sendiri telah menikah dengan Rasulullah ﷺ. Khalid berkata kepada kawan-kawannya, “Sekarang sudah nyata bagi orang yang berpikiran sehat bahwa Muhammad bukan tukang sihir, juga bukan seorang penyair. Apa yang dikatakannya adalah firman Tuhan alam semesta ini. Setiap orang yang mempunyai hati nurani berkewajiban menjadi pengikutnya.”

Ikrimah bin Abu Jahal ngeri mendengarnya. Dia langsung berkata, “Khalid, bukankah para pengikut Muhammad telah melukai ayahmu, juga membunuh paman dan sepupumu? Demi Allah, aku tidak akan masuk Islam dan berkata-kata seperti itu!”

آللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيّدنَآ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيّدنَآ مُحَمَّد

Allaahumma sholli ‘alaa sayyidinaa Muhammad wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad.

Bersambung….

Red

Latest Posts