globalcybernews.com -Penaklukan Mekah terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-8 Hijriyah. Allah memberikan kemenangan besar kepada kaum muslimin justru pada saat mereka tengah menunaikan ibadah shaum. Lima hari sebelum Ramadhan berakhir.
Rasulullah ﷺ mengirim Khalid bin Walid beserta 30 penunggang kuda untuk menghancurkan berhala-berhala Uzza di Nakhlah. Berhala ini milik Quraisy dan Bani Kinanah.
Khalid merobohkannya, kemudian kembali. Namun Rasulullah ﷺ bertanya, “Apakah engkau melihat sesuatu?”
“Tidak,” jawab Khalid
“Kalau begitu, engkau belum benar-benar merobohkannya. Kembali lagi ke sana dan robohkan!” demikian sabda Rasulullah ﷺ.
Dengan perasaan bergejolak, Khalid kembali sambil menghunus pedang. Namun, ketika sampai di tujuan, Khalid dihadang seorang wanita berkulit hitam tanpa baju yang menggeraikan rambut. Orang-orang menjerit melihat tingkah wanita. Khalid segera menebasnya sampai mati. Ketika ia kembali ke Mekkah, Rasulullah ﷺ bersabda, “Dulu aku mengira kalau-kalau Uzza akan disembah selama-lamanya di negeri kalian ini.”
Selain itu Amr bin Ash juga diutus untuk menghancurkan berhala Suwa’ milik Bani Hudhail di Ruhath.
Ketika Amir bin Ash tiba di sana, penjaga Suwa’ bertanya, “Apa maumu?”
“Aku diperintahkan Rasulullah ﷺ untuk menghancurkan Suwa”
“Engkau tidak akan sanggup!” jawab penjaga sambil melotot.
“Mengapa?” tanya Amr bin Ash geram.
“Karena engkau akan dihalangi!” seru penjaga dengan yakin.
“Hingga detik ini, engkau masih juga berada dalam kebatilan!” seru Amr bin Ash gemas.
“Celakalah engkau. Apakah engkau pikir berhala itu bisa mendengar dan melihat?”
Kemudian Amr bin Ash menghancurkan Suwa’ sampai berkeping-keping.
Setelah itu, ia bertanya kepada penjaga,
“Bagaimana menurut pendapatmu?”
“Kalau begitu, aku pasrah kepada Allah”, jawab penjaga.
Sa’ad bin Zaid beserta duapuluh pasukan diutus Rasulullah ﷺ untuk menghancurkan Manat. Berhala itu dulunya milik suku Aus, Khazraj, Ghassan, dan lainnya. Di tempat itu juga muncul dukun wanita berkulit hitam yang bertelanjang sambil mengutuk Sa’ad. Sa’ad membunuhnya dan menghancurkan berhalanya.
Sungguh tak layak berhala disembah, karena Allah Maha Kaya. Dialah yang memiliki kerajaan bumi dan langit beserta bintang- bintang, bulan-bulan, asteroid-asteroid, komet-komet, dan segala yang ada di alam semesta ini.
Ancaman Hawazin dan Tsaqif
Kini kaum Muhajirin sudah tenang. Mereka dapat kembali ke rumah mereka dan dapat berhubungan lagi dengan keluarga mereka di Mekah yang sekarang telah memeluk islam. Hati semua orang sudah yakin bahwa islam telah meraih kemenangan.
Namun setelah limabelas hari fathu mekah, tiba tiba tersiar berita yang membuyarkan semua harapan perdamaian.
Kabilah Hawazin dan Tsaqif yang tinggal di pegunungan tidak jauh dari Mekah sudah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kaum Muslimin.
Pasukan Hawazin dipimpin oleh Malik bin Auf. Ia membawa serta semua harta, wanita, dan anak-anak. Seorang tua bijaksana yang sudah buta, Duraid bin Ash Shima bertanya, “Mengapa sampai harus membawa wanita, harta, dan anak-anak?”
“Aku ingin setiap prajurit menjadi bersemangat karena tak ingin istri, anak, dan hartanya dirampas jika mereka kalah,” jawab Malik bin Auf.
“Wahai Malik, tidak pantas engkau membawa penduduk Hawazin ini ke tengah pasukan. Bawalah mereka pulang dan bertahanlah di tempat kita tinggal yang aman dan terlindung. Setelah itu hadapilah orang-orang Muslim dengan pasukan inti. Jika engkau menang, keluarga dan hartamu tetap aman. Jika engkau kalah, setidaknya harta dan keluargamu tetap terlindung.”
Namun Malik tidak mau mendengar suara bijak ini. Ia bahkan mengusir Duraid dan berkata, “Aku tidak mau lagi nama Duraid bin Ash Shima disebut-sebut!”
Tanggal enam Syawal tahun 8 Hijriyah Rasulullah ﷺ meninggalkan Mekah dengan 12 ribu pasukan termasuk 2 ribu orang Mekah yang memeluk Islam. Menjelang petang muncul seorang penunggang kuda ia melaporkan bahwa Hawazin membawa seluruh harta dan ternak mereka.
Rasulullah ﷺ tersenyum dan bersabda,“Itu adalah harta rampasan milik orang-orang muslim besok hari, jika Allah menghendaki.
Jumlah pasukan yang besar itu membuat sebagian prajurit muslim berkata dengan bangga,“Kali ini kita tidak mungkin bisa dikalahkan.”
Sebuah pernyataan yang keliru dan mengakibatkan bencana.
Ketika Rasulullah ﷺ mendengar gerakan musuh di Thaif, beliau mengirim mata-mata yaitu seorang sahabat bernama Abdullah Bin Abu Hadrod al Aslamy.
Abdullah melakukan pengintaian dan membenarkan persiapan musuh. Sebagai persiapan, Rosulullah ﷺ meminjam 100 baju perang dan perangkat senjata kepada Sufyan bin Umayyah yang saat itu belum masuk Islam
آللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيّدنَآ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيّدنَآ مُحَمَّد
Bersambung…
Red