Wednesday, October 9, 2024
spot_img
HomeSejarah2 APRIL 1595, PELAYARAN COURNELIS DE HOUTMAN MEMBAWA BELANDA MENJAJAH NUSANTARA
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Related Posts

Featured Artist

2 APRIL 1595, PELAYARAN COURNELIS DE HOUTMAN MEMBAWA BELANDA MENJAJAH NUSANTARA

Di abad 15 M, aktivitas perdagangan orang-orang Eropa ke Asia terputus karena jalur perdagangan di laut tengah dipersulit oleh Turki Utsmani. Hal itu terjadi setelah kota Konstantinopel jatuk ke tangan Sultan Mahmud II sehingga yang orang-orang Eropa sulit berdagang di wilayah kekuasaanya.

Maka dimulailah gerakan eksplorasi samudra yang disebut The Age Reconnaisance, yaitu upaya mencari jalur jalan lain menuju Asia. Semangat itu akhirnya mengantar orang-orang Eropa menemukan dunia baru sekaligus mendapat pengetahuan mendalam tentang kemaritiman, terutama tekhnologi pembuatan kapal yang mampu mengarungi samudra.

Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda adalah empat negara Eropa yang berlomba menaklukan lautan di Asia. Hasrat menaklukan samudra dipicu oleh kisah-kisah petualangan Marcopolo. Selain itu misi Gold, Gospel dan Glory yang di amanatkan oleh negaranya menjadi misi dan motivasi untuk menemukan dunia baru.

Rempah-rempah Asia sejak lama menjadi daya tarik orang-orang Eropa. Karena aroma rempah itulah, Cornelis de Houtman tahun 1592 pergi ke Lisboa membawa misi para saudagara Amsterdam untuk mencari informasi tentang tempat yang banyak rempah-rempahnya.

Dari Lisboa, de Houtman mendengar kabar tentang Hindia Timur dari buku Itinerario yang ditulis Jan Huygen van Linschoten saat kembali dari Timur jauh bersama orang portugis. Dari informasi itu mencuat nama Sunda Kalapa sebagai tempat untuk mendapatkan rempah-rempah.

Rencana mencari kepulauan rempah-rempah pun disusun. Dua tahun kemudian yaitu tahun 1594, berdiri perseroan Compagnie van Verre yang bertujuan untuk mendukung ekspedisi ke timur. Perusahaan tersebut dibentuk oleh sembilan orang, yaitu Hendrik Hudde, Reinier Pauw, Pieter Hasselaar, Arent ten Grootenhuis, Hendrik Buyck, Syvert Sem, Jan Poppen, Jan Karel dan Dirck van Os.

Mereka mengumpulkan uang sebanyak 276.000 gulden sebagai modal membeli barang dagangan, membangun kapal dan merekrut orang. Cornelis de Houtman ditunjuk sebagai pemimpin ekspedisi, ia berperan sebagai oppercommies of opperkoopman atau kepala bagian pembelian.

Pada 2 April 1595, dari Amsterdam bertolak empat buah kapal yang masing-masing bernama Amsterdam, Hollandia, Mauritius dan Duyfken berlayar ke laut lepas dipimpin oleh Cornelis de Houtman

Arie Saksono dalam De Eerste Expeditie naar INDIË menuliskan De Houtman berada di Kapal Mauritius yang diawaki oleh 84 orang membawa 200 muatan yang masing-masing beratnya 2 ton. Kapal Hollandia diawaki oleh 85 orang dengan 200 muatan.

Lalu Kapal Amsterdam diawaki oleh 59 orang dengan 100 muatan. Dan Kapal Duyfken adalah kapal intai tipe kapal pinas yang cocok untuk perairan dangkal, diawaki oleh 20 orang dengan 25 muatan. Sebuah catatan menulis bahwa keempat kapal ini dipersenjatai dengan 100 meriam

Ekspedisi mereka disebut The Far East land (pelayaran ke Timur Jauh). Pelayaran itu sebetulnya kurang persiapan matang. Beberapa minggu di laut lepas, persediaan makanan menipis, para anak buah kapal mulai terkena sariawan. Pertengkaran terjadi antara kapten kapal dengan saudagar memperburuk keadaan, bahkan mengakibatkan beberapa orang terbunuh dan dipenjara di dalam kapal.

Pada 18 September 1595 armada tiba di Madagaskar. Namun disana mereka terkena wabah penyakit, mengakibatkan banyak yang mati. Enam bulan lamanya ekspedisi itu tertahan. Mereka yang meninggal dikuburkan. Sehingga di Teluk Madagaskar terdapat tempat yang disebut kuburan Belanda. Baru pada 2 Maret 1596 armada de Houtman dapat bertolak dari Madagsakar.

Pada l 5 Juni 1596 tiba di Pulau Enggano, Sumatera bagian selatan. Tujuan utama mereka adalah ke Pelabuhan Sunda Kelapa seperti yang ditulis oleh van Linschoten. Namun penduduk Enggano tidak mengenal Sunda Kelapa yang saat itu sudah menjadi Jayakarta. Pada 22 Juni 1596 armada de Houtman akhirnya mendarat di Pelabuhan Banten.

Saat itu, de Houtman melihat Banten sebagai kota pelabuhan yang besar dan ramai. Banyak saudagar dari Jawa, Cina, Bengali, Gujarat, Arab, Persia, Turki yang berdagang di pasar Banten. Bahkan orang Portugis dan Inggris sudah ada di Banten. Inggris malah mendirikan loji di Banten.

Kedatangan Belanda awalnya disambut baik oleh penduduk Banten yang terbiasa dengan kedatangan orang asing. Namun tidak bagi orang Portugis yang menganggapnya sebagai saingan. Namun prilaku kasar pelaut Belanda kepada pribumi menyebabkan mereka dimusuhi.

Saat Belanda datang, Banten sedang dalam masa transisi pemerintahan, penguasa Banten yang bernama Sultan Maulana Muhammad yang berusia 25 tahun wafat tahun 1596 M dalam peristiwa penyerangan ke Palembang.

Karena gugur di palembang Sultan Maulana Muhammad diberi gelar Prabu Seda ing Palembang. Putranya yang bernama Abul Mufakhir Mahmud Abdul Kadir baru berusia 5 tahun. Sehingga tahun 1596 ditunjuklah Mangkubumi Jayanagara sebagai wali pemerintahan Banten.

Houtman bersama 8 pengawalnya menghadap Mangkubumi Jayanegara untuk melakukan transaksi dagang. Jayanegara mengajukan syarat-syarat yang cukup tinggi. Houtman diharuskan membayar di muka uang pelabuhan sebanyak 10.000 gulden.

Selain itu de Houtman tidak boleh bertransaksi langsung dengan penduduk, harus melalui sang mangkubumi. Houtman juga harus membayar ratusan gulden ke syahbandar pelabuhan ketika barang di muat ke kapal.

Syarat itu ditolak dengan angkuh oleh de Houtman. Akibatnya fatal, dia dan pengiringnya ditawan karena dianggap menghina dan merendahkan penguasa Banten. Beberapa hari kemudian para awak kapal Belanda menyadari bahwa de Houtman telah ditawan.

Pada 5 September 1596 terjadilah pertempuran antara armada Belanda yang ingin membebaskan de Houtman dengan Banten. Meriam pun ditembakan dari kapal Belanda. Akhirnya pertempuran dihentikan untuk mencegah kerusakan di pelabuhan. Dengan membayar denda 4.500 gulden de Houtman dapat dibebaskan.

Armada De Houtman menyingkir ke arah timur. Tanggal 13 November 1596, De Houtman mendarat di pelabuhan Jayakarta. Aneka logistik yang ditawari pedagang di Jayakarta dibeli dengan harga jauh lebih murah dibanding di Banten. Bahkan mereka juga membeli air minum yang berasal dari Kali Ciliwung yang saat itu masih sangat bersih dan sehat.

Tanggal 16 November 1596, kapal Hollandia dikunjungi oleh Bupati Jayakarta. Esok harinya mereka berlayar ke timur. Namun baru saja berlayar satu jam di Teluk Jakarta, lambung kapal Amsterdam robek berlubang terkena karang.

Setelah diperbaiki, pada 2 Desember 1596 Ekspedisi de Houtman berlabuh di Pelabuhan Sedayu Jawa Timur. Namun baru 3 hari disana, mereka diserang oleh pasukan Bupati Sedayu, yang kemudian memaksa armada angkat sauh melanjutkan pelayaran ke arah timur.

Dari Catatan De eerste Expeditie naar Indie, pada tanggal 5 Desember 1596 armada de Houtman tiba di Pulau Madura. Namun karena trauma diserang seperti di Sedayu, mereka menyerang duluan. Menyebabkan kapal kapal Amterdam yang sudah rusak semakin parah kondisinya. Tanggal 11 Januari 1597 kapal Amsterdam akhirnya dibakar.

Pada 28 januari 1597 armada de Houtman tiba di Bali dan diterima dengan baik. Namun karena awak kapalnya tinggal sedikit dan tidak mampu berlayar dengan 4 kapal, maka Houtman memutuskan untuk membakar 1 kapal lagi yang tingkat kebocorannya sudah parah.

Di Bali, Houtman dapat membeli barang kebutuhannya. Akhirnya tanggal 26 Februari 1597 De Houtman memutuskan pulang kembali ke Belanda melalui pantai selatan Jawa. Saat itu, anak buahnya banyak yang jatuh sakit.

Pada 11 Agustus 1597, setelah mengarungi lautan selama 6 bulan akhirnya armada de Houtman tiba di Belanda. Awak kapal yang tersisa saat itu hanya berjumlah 90 orang. Walaupun ekspedisi pertama membawa kerugian namun telah dijadikan pengalaman untuk membuka jalur pelayaran bagi ekspedisi berikutnya.

Antara tahun 1598 dan 1601, sebelum VOC berdiri, tercatat 12 ekspedisi yang datang ke nusantara dengan total 65 kapal. Perusahaan tersebu diantaranya: Compagnie van Verre (Perusahaan dari Jauh), De Nieuwe Compagnie (Perusahaan Baru), De Oude Compagnie (Perusahaan Lama), De Nieuwe Brabantse Compagnie (Perusahaan Brabant Baru) dan De Verenigde Compagnie Amsterdam (Perhimpunan Perusahaan Amsterdam). (berbagai sumber)

Di kutip dari ; jernih.co

Latest Posts