Globalcybernews.com, Balesono
Musim panen adalah salah satu momentum yang sangat ditunggu oleh para petani. Banyak persiapan yang dilakukan oleh para petani untuk menyambut musim panen.
Seperti halnya di Desa Balesono Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung yang menggelar tradisi khusus dan biasa disebut dengan Methik Pari pada Ahad (18/8/2024) yang bertempat di balai wisata area persawahan Desa Balesono. Kegiatan ini dimulai pukul 06.00 WIB dengan diawali khotmil qur’an dan selanjutnya dilakukan kenduri bersama.
Kegiatan Methik Pari yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Balesono tersebut dihadiri oleh Kepala Desa Balesono, Perangkat Desa Balesono, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta warga desa/petani.
Kepala Desa Balesono, Basiran dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas panen yang didapatkan.
“Terimakasih atas antusias petani Balesono terhadap kegiatan methik pari atau ider-ider pari ini. Pemerintah Desa beserta perangkat dan BPD sudah memikirkan jauh hari untuk melaksanakan tradisi methik pari atau ider-ider pari. Hari ini terlaksana bertepatan dengan HUT RI ke-79 sekaligus melaksanakan tradisi methik pari. Alhamdulillah antusias petani sangat baik terhadap kegiatan ini,” ungkapnya.
Selain mensyukuri yang melimpah, tradisi methik pari ini bertujuan untuk melestarikan budaya jawa sekaligus sebuah ikhtiar agar selanjutnya tanaman terbebas dari hama, dan panen yang melimpah.
“Semoga dengan ikhtiar ini, kedepannya petani Balesono diberikan panen yang baik dan melimpah,” tambahnya.
Saat diwawancarai awak media, Kepala Desa Balesono Basiran menjelaskan mengenai filosofi dari Methik Pari. Methik Pari ini merupakan tradisi sejak nenek moyang dimana ketika akan melaksanakan panen maka akan melaksanakan methik pari atau ider-ider pari. Zaman dahulu kegiatan methik pari ini dibarengi dengan kenduri, hiburan tayub, dibuatkan jenang yang diproses sendiri memakai kawah.
“Zaman sekarang padi itu kan banyak terkena hama, solusinya ya cuma satu yaitu diobati atau dipupuk. Mungkin karena tradisi methik pari itu mulai hilang. Maka ini kita lestarikan dengan harapan mudah-mudahan kedepannya panennya baik, tanahnya subur.” (REG)
Red.