globalcybernews.com Berpikir positif itu sungguh baik efeknya bagi psikologis dan kejiwaan setiap orang yang melakukannya, kata Sri Eko Sriyanto Galgendu dalam diskusi rutin informal bersama Joyo Judhantoro di Sekretariat GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia), Jl. Juanda No. 4 A, Jakarta Pusat, 16 Agustus 2024. Karena berpikir positif itu minimal tidak membuang energi dan menguras pikiran untuk memikirkan banyak hal lain yang lebih positif buat menjaga sikap kemandirian yang teguh guna membangun nalar sehat serta relasi yang lebih luas, ungkapnya yang mengacu pada pada pilihan sikap dirinya sendiri, sehingga bisa membangun hubungan yang lebih luas bisa melampaui bidang pekerjaan yang ditekuninya sehari-hari sebagai pengusaha kuliner.
Wawasan luas yang dimilikinya sungguh mampu melintasi wilayah beragam tokoh dan agama hingga kalangan intelektual serta pejabat pemerintah dan sejumlah petinggi dari berbagai angkatan maupun pihak kepolisian.
Sebagai sahabat dan kerabat dekat Presiden Joko Widodo pun– jauh sebelum menjadi Walikota Solo — Sri Eko Sriyanto Galgendu telah mendapat julukan khusus dari Susuhunan Paku Buwono XII dengan sebutan Sri Eko Sapta Wijaya — juga menerima wasiat dari Gus Dur untuk terus melanjutkan perjuangan GMRI membangun perdamaian serta persaudaraan antar umat di dunia untuk masa depan peradaban yang damai.
Dalam perspektif filosofis, hidup ini katanya seperti bermain catur. Jadi, dapat segera dipahami dalam dunia politik serta bisnis, sikap tega memposisikan seseorang sebagai bemper harus dijauhi dan dicegah. Itulah sebabnya dia enggan menerima berbagai jabatan dan tawaran yang memberinya peluang untuk berkiprah dalam bidang usaha maupun politik. Penolakan itu bukan tanpa dasar. Tapi yang unik, semua sikap pilihannya selalu mengacu pada vibrasi spiritual, sehingga banyak tawaran yang dia tolak, sulit untuk dipahami banyak orang, termasuk mereka yang terbilang dekat dengan dirinya.
Itulah manajemen wangsit, ujar Wowok Prastowo, asisten pribadinya pada suatu ketika, saat menyoal berbagai peluang dan kesempatan yang terbuka maupun yang ditawarkan oleh rekan maupun relasinya yang cukup luas.
Peluang dan kesempatan yang dia tolak itu, alasannya karena tidak sesuai dengan bisikan hatinya. Agaknya, sikap serupa inilah yang dimaksud oleh Wowok Prastowo, sebagai manajemen wangsit yang bertumpu pada kemampuan laku spiritual yang telah tekuni hampir 30 tahun sampai sekarang.
Sebab laku spiritual mengacu pada kata batin, bukan atas dasar analisis pikiran. Jadi semua keputusan, termasuk bisnis dominan berasal dari bisikan hati, bukan atas dasar perintah otak.
Pendapat senada dibenarkan oleh Joyo Yudhantoro yang mempunyai perhatian khusus terhadap gonjang ganjing politik di Indonesia yang dia rasa semakin kasar dan fulgar menunjukkan ambisi kekuasaan dalam berbagai bentuk, tak cuma dalam kerakusan ekonomi, tetapi juga ambisi politik melanggengkan kekuasaan. Bagi dia, semua itu telah melampaui batas, dan harus segera dihentikan jika tidak mau menghadapi kekacauan dan kegaduhan yang harus dibayar mahal.
Sebab menurut Joyo Yudhantoro semua elemen bangsa dan penyelenggara negara sudah rusak dan hancur, tidak karu-karuan. Maka itu dia sepakat dengan konklusi Sri Eko Sriyanto Galgendu harus segera diperbaiki melalui jalan spiritual. Sebab hanya melalui spiritual yang memperbaiki etika, moral dan akhlak yang rusak, kata penyandang gelar Pemimpin Spiritual Nusantara ini. Sebab nilai-nilai etika, moral dan akhlak itulah yang hilang dan rusak dalam mengelola negara dan bangsa ini, tandasnya yang diamini Joyo Yudhantoro yang juga melihat perilaku dalam membangun jebakan politik sungguh sangat kejam dengan menggunakan sandera sebagai bargaining power guna membuat lasan menjadi lemah, tidak berdaya. Sebab di dalam jurus politik saling sandera dan menyandera itu, rakyat menjadi korban yang harus menanggung rugi berlipat ganda.
Dimensi spiritual atau cahaya spiritual yang sangat semakin mendesak perlu untuk menerangi jagat guna menata kembali kerusakan yang disebabkan oleh etika, moral dan akhlak kemuliaan manusia yang mengemban amanah khalifah di muka bumi diabaikan.
Jadi penyebab utama kerusakan etika, moral dan akhlak mulia manusia Indonesia hari ini, akibat karena keluar dari pagar spiritual yang bisa menjaga diri setiap orang agar dapat menakar kemampuan hingga hak orang lain yang boleh atau hak yang tidak boleh dirampas secara semena-mena hanya atas dasar kekuasaan.
Akibat dari keluarnya manusia dari bingkai spiritual, telah nyata perbuatannya banyak melampaui batas. Padahal, semua tindakan kebijakan hingga perbuatan yang dilakukan harus ditakar dalam dimensi spiritual. Maka itu, nilai spiritualitas yang dimiliki oleh setiap orang harus dijaga dan terus menerus dikembangkan agar sampai sesat atau menyesatkan orang lain serta diri sendiri.
Dimensi dan kecerdasan spiritualitas itu mampu untuk memagari diri guna memiliki jati diri yang sejati dalam bimbingan illahi rabbi. Hanya dengan begitu kepribadian yang luhur memiliki daya tahan dari semua bentuk cobaan dan godaan — seperti harta dan jabatan yang selalu diorientasikan pada kekuasaan.
Dalam segenap sikap dan perbuatan memang harus senantiasa dalam kontrol yang ketat oleh spiritualitas yang sesungguhnya dimiliki oleh setiap manusia yang patuh dan taat menjaga sifat dan sikap ilahiah bawaan sejak lahir yang perlu dipelihara untuk terus dapat dikembangkan menjadi kekuatan kepribadian yang tangguh dan teruji dari beragam cobaan serra bujuk rayu yang menyesatkan.
Bisikan batin, kata Sri Eki Sriyanto Galgendu adalah penuntun utama dari daya pikir, insting maupun firasat yang suci dan murni bersemayam di dalam jiwa. Maka itu kesehatan jiwa berada diatas kesehatan raga. Artinya, semua tingkah dan laku harus dilakukan dengan niat yang ikhlas dan tulus, tidak dikotori oleh niat buruk yang tidak terpuji atau perbuatan yang tercela, sehingga jangan hasil dari tingiah dan laku itu tidak menjadi cercaan dan kebencian bagi banyak orang, karena bukan saja tidak sesuai dengan bisikan hatinya, tapi juga merugikan orang lain.
Oleh karena itu, sikap memohon maaf tidak segampang bisa setiap orang berikan, karena memang harus dibarengi oleh bukti nyata rasa sesal dan sungguh tak hendak mengulangi perilaku bejat itu.
Diskusi singkat yang cukup padat ini, berlangsung menjelang malam dengan imbuhan dan sampiran beragam masalah lain yang tak kalah hangat menjadi tajuk bincang warga masyarakat luas, seperti masalah IKN (Ibu Kota Nusantara) yang ikut menyita perhatian orang banyak. Bahkan, topik Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) secara serentak pun ikut menjadi topik yang hangat untuk tetap dipantau guna menakar pelaksanaan demokrasi di negeri ini.
Sementara hakikat dari peringatan HUT RI ke-79 di IKN, Kalimantan Timur maupun HUT RI ke-79 di Istana Negara Merdeka, Jakarta, tak sempat dibahas serius bersama Sri Eko Sriyanto Galgendu bersama Joyo Yudgantoro, lantaran terpukau dari laporan Sidang Tahunan yang menyebut permohonan maaf Presiden Joko Widodo diucapkan berulang kali, hingga layak menjadi topik bahasan dari perspektif ilmu psikologis.
Pecenongan, 16 Agustus 2024
Red