globalcybernews.com -Serdang Bedagai – Untuk memperkuat Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis), BPJS Kesehatan Cabang Lubuk Pakam mengadakan mentoring spesialis bagi penanggung jawab Prolanis di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai, Kamis (12/09) di Balai Pertemuan Serdang Bedagai. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan kasus atau bertambah parahnya penyakit kronis (Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi) di masyarakat khususnya peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Serdang Bedagai.
Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta program JKN yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
Tujuan Prolanis yaitu untuk mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75 persen peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi sesuai panduan klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit. Aktifitas dalam Prolanis meliputi aktifitas konsultasi medis/edukasi, Home Visit, reminder, aktifitas klub dan pemantauan status kesehatan.
Kepala BPJS Kesehatan Cabang Lubuk Pakam, Zoni Anwar Tanjung dalam sesi diskusi dan tanya jawab kegiatan tersebut mengatakan, kegiatan mentoring spesialis ini dilakukan dalam rangka monitoring dan evaluasi pelayanan primer yang dilakukan pihaknya, agar terjadi saling berbagai pengetahuan antara dokter spesialis kepada FKTP pengelola Prolanis.
Zoni berujar, FKTP merupakan ujung tombak pelayanan bagi peserta JKN. Karenanya peningkatan kompetensi dokter penanggungjawab Prolanis di FKTP dalam menangani kasus peserta Prolanis perlu dilakukan untuk dapat didiskusikan dengan dokter spesialis penyakit dalam yang memiliki keahlian kompetensi di bidang tersebut.
Zoni mengharapkan agar dokter yang menangani pasien peserta Prolanis dapat menyelenggarakan pelayanan secara efektif, dengan memeriksakan tekanan darah dan gula darah puasa bagi peserta Prolanis. Dia juga menghimbau agar tenaga kesehatan di FKTP dapat memanfaatkan aplikasi Mobile JKN Faskes untuk meningkatkan kunjungan peserta Prolanis ke FKTP.
“Kami berharap dengan pelaksanaan mentoring spesialis ini dokter Prolanis dan petugas yang bertanggung jawab secara khusus mengelola program Prolanis dapat lebih memahami tata laksana penanganan pasien peserta JKN dengan penyakit kronis Diabetes Melitus dan Hipertensi di FKTP sehingga penyakit kronis tersebut dapat terkendali dan dapat menurunkan angka rujukan di FKTP. Diharapkan pula Fasiltas Kesehatan pengelola Prolanis dapat melakukan identifikasi peserta terdaftar sesuai tingkat severitas penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi yang diderita pasien peserta JKN,” ucap Zoni.
Adapun dokter spesialis yang dihadirkan untuk memberikan mentoring, dr. Mukhammad Faried, Sp.PD mengungkapkan, prevalensi atau jumlah keseluruhan penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di sebuah wilayah penyakit Diabetes Melitus secara nasional masih cukup tinggi sebagaimana data yang dihimpun oleh Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni). Kepada peserta kegiatan dari FKTP, Amaluddin menyampaikan perihal faktor-faktor resiko Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi serta penatalaksanaan dan terapi yang diberikan untuk jenis penyakit tersebut.
“Untuk Pengelolaan DM Tipe 2 Secara Komprehensif di Tingkat primer kita harus mengetahui gejala DM tipe 2 tersebut dimana terdapat beberapa keluhan klasik sebagai gejala untuk mengidentifikasi pada tahap awal yaitu diantaranya mudah merasa lapar, sering merasa haus, sering buang air kecil, dan berat badan meningkat. Diagnosa Diabetes Melitus dapat ditegakkan melalui pemeriksaan gula darah dimana dianjurkan pada pemeriksaan darah secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena, sedangkan kondisi hipertensi yaitu tekanan darah 140/90 milimeter hydrargyrum (mmHg) atau lebih pada usia 18 tahun keatas dan dapat dilihat faktor resikonya,” jelasnya. (am/bpjskes-kclbp)
Red