by Riski Ariani
globalcybernews.com -Di tengah perkembangan zaman yang pesat, masih ada anggapan kuno yang menyatakan bahwa tugas perempuan hanyalah mengelola urusan domestik.
Beberapa orang percaya bahwa pendidikan tinggi dan karier tidak penting bagi wanita, karena pada akhirnya, peran mereka akan selalu terikat pada dapur dan keluarga.
Namun, perubahan zaman membawa angin segar, di mana semakin banyak perempuan yang tampil dan menunjukkan bahwa mereka dapat mematahkan stigma tersebut.
Faktanya, perempuan tidak hanya terampil dalam mengelola rumah tangga, tetapi juga unggul dalam berbagai bidang profesional.
Kehebatan perempuan semakin terlihat, dengan banyak dari mereka yang aktif berkontribusi dalam masyarakat dan menangani berbagai isu sosial yang kompleks.
Salah satu contoh wanita yang menginspirasi adalah Tri Rismaharini, yang kini mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Timur.
Tentu saja, nama Tri Rismaharini sudah tidak asing lagi, terutama bagi masyarakat Jawa Timur. Mengingat sosok inspiratif ini telah mengabdikan dirinya dalam dunia pemerintahan selama bertahun-tahun.
Keberhasilannya dalam memimpin Kota Surabaya selama dua periode, menunjukkan dedikasi dan komitmennya untuk mengubah wajah kota, terutama dalam hal infrastruktur, lingkungan, dan layanan publik.
Ia tidak hanya berhasil membawa perubahan fisik, tetapi juga menciptakan rasa memiliki di kalangan warga Kota Pahlawan. Dengan pendekatan yang inklusif, Risma sukses memberdayakan dan mengajak masyarakat untuk terlibat aktif dalam pembangunan kota.
Layaknya RA Kartini yang dengan berani melawan stereotip gender: perempuan hanya berkutat di sumur, dapur, dan kasur, Risma juga menjadi teladan bagi perempuan di Surabaya, Jawa Timur, bahkan di Indonesia. Di mana ia benar-benar membuktikan bahwa kepemimpinan yang efektif tidak mengenal batasan gender.
Keberadaannya di ranah pemerintahan bukan hanya sekadar ‘mengisi posisi kosong’, tetapi juga simbol harapan bagi generasi mendatang, bahwa perempuan bisa dan harus berperan aktif dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi kehidupan banyak orang.
Fyi, nama Risma mulai melejit saat ia memperkenalkan “lelang elektronik,” atau yang lebih dikenal sebagai sistem e-procurement.
Melalui e-procurement, Risma menunjukkan komitmennya untuk memberantas korupsi yang mengakar dalam sistem birokrasi pemerintahan.
Ia menyadari bahwa tanpa sistem yang transparan, Pemkot Surabaya akan terjebak dalam praktik-praktik haram yang menghambat pembangunan.
Risma berfokus pada pentingnya efisiensi dalam pengelolaan anggaran, terutama ketika sumber daya yang ada terbatas.
Ia percaya bahwa dengan memanfaatkan teknologi, Pemkot Surabaya bisa mempercepat proses pembangunan, sekaligus meminimalisir potensi penyimpangan.
Program ini bukan hanya sekadar upaya untuk menghemat biaya, tetapi juga sebuah langkah strategis untuk memaksimalkan penggunaan dana yang ada demi kepentingan masyarakat.
Hasilnya, anggaran yang dihemat dapat dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur yang lebih baik, seperti jalan dan drainase. Dengan demikian, e-procurement bukan hanya solusi untuk masalah saat ini, tetapi juga investasi untuk masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan.
Ya, sejatinya pemimpin yang ideal adalah sosok yang tidak hanya memahami, tetapi juga merespons kebutuhan masyarakatnya dengan tepat.
Seorang pemimpin harus mampu menciptakan kebijakan yang memfasilitasi kemajuan, bukan justru menciptakan hambatan.
Dalam konteks ini, kita perlu seorang pemimpin yang berpikir jauh ke depan, mengantisipasi tantangan yang akan datang, dan menyiapkan solusi yang inovatif.
Dan melihat prestasi serta dedikasi Tri Rismaharini, tidak diragukan lagi bahwa dia memiliki visi yang jelas untuk Jawa Timur. Bersama Gus Hans, keduanya menawarkan sinergi yang kuat untuk memimpin wilayah ini.
Keduanya memiliki rekam jejak yang menunjukkan komitmen terhadap kesejahteraan rakyat, sehingga menjadi pilihan tepat bagi warga Jawa Timur yang menginginkan perubahan nyata dan berkelanjutan. (*)
Red