Thursday, November 21, 2024
HomeOpiniJacob Ereste :Menggapai Puncak Kebahagiaan Dengan Kesadaran Moral dan Spiritual
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Related Posts

Featured Artist

Jacob Ereste :Menggapai Puncak Kebahagiaan Dengan Kesadaran Moral dan Spiritual

globalcybernews.com  -Lima dimensi kebahagiaan yang mendorong setiap orang untuk meraihnya, kata Kamarudin Hidayat untuk “Testimoni Seorang Sahabat” dalam kesaksiannya untuk buku “Inner Journey, Selangkah Lebih Dalam” yang disusun Ruy Pamadiken, tahun 2020.

Kelima dimensi itu bisa ditempatkan secara hirarki dari atas ke bawah, bisa juga dilihat sebagai lima lingkaran yang saling berhubungan dalam garis lingkaran yang bertemu pada irisan yang sama. Kelima dimensi itu ialah : (a) physical happines, rasa senang dan bahagia ketika kebutuhan fisik terpenuhi. Ini berkaitan dengan jiwa nabati dan hewani untuk makan, minum. Sex merupakan agenda dari jiwa nabati dan hewani agar badan selalu sehat. Kebahagiaan ini lebih dekat dengan materi yang datang dan pergi. Lebih dari itu, durasi physical happiness sifatnya pendek. Bahkan ketika yang bersangkutan sakit berat atau sudah memasuki usia lanjut, physical happiness bisa berkurang atau bahkan menghilang.

Kemudian aesthetical happines (b) adalah perasaan bahagia, damai, tenteram ketika bisa menikmati dan menghayati dimensi seni dan keindahan. Sehingga dapat segera dibayangkan, betapa kering dan membosankan jika seseorang tidak memiliki apresiasi dan penghayatan tentang keindahan. Maka sepatutnya berbahagialah orang Indonesia yang memiliki keindahan alam yang penuh pesona dan mengagumkan. Meski tidak banyak orang yang bisa menikmatinya dengan penuh kebahagiaan sebagai karunia Tuhan.

Intelektual happiness (c) adalah dimensi kebahagiaan yang memiliki.kotelasi dengan intelektual. Dari pengalaman kecil ketika mampu menjawab teka-teki silang dengan benar, meski tanpa hadiah sudah bisa merasa senang dan mampu menimbulkan rasa kebahagiaan.

Persis seperti tulisan artikel yang kita buat dapat termuat dalam media massa, rasa hati yang senang tak mungkin dipungkiri. Lalu berikutnya adalah (d) moral gappiness adalah kebahagiaan saat merasakan diri kita bermakna bagi orang lain berkat jasa atau kontribusi yang mampu diberikan kepada orang lain secara tulus hingga mereka pun merasa senang dan bahagia.

Ketika seseorang yang memiliki kekayaan, ilmu dan pengetahuan yang luas, semua itu diperlukan — sebagai manusia yang sehat dalam pengertian rohani — akan menjadi sangat bermakna jika dapat didedikasikan untuk melayani dan membantu orang lain. Karena itu, semakin banyak anak kebaikan yang dilakukan, maka akan semakin intens moral happiness yang kita nikmati.

Sebagai pamungkasnya (e) spiritual happiness dirumuskan Komaruddin Hidayat sebagai jenjang kebahagiaan yang bersifat spiritual, dan sungguh diakui tidak gampang untuk dijelaskan. Kecuali bagi mereka yang pernah merasakan dan mengalami sendiri pengalaman spiritual tersebut. Namun bagi semua orang yang telah mengalami, memahami dan menyadari betapa nikmatnya kebahagiaan physical, kebahagiaan aesthetical dan kebahagiaan intellectual serta kebahagiaan moral pasti meyakini bahwa tempat bergantung dan tempat kembali — kelak ke akherat — pada akhirnya kepada Tuhan juga sebagai pencipta dan memiliki tinggal alam semesta dan seisinya.

Katanya, pada saat yang sama semua sumber kebahagiaan akan sirna, lenyap kecuali Tuhan sebagai “sangkan paraning dumadi”. Karena semua makhluk ada dari dan karena Tuhan. Lantaran keyakinan, perasaan, kepasrahan hanya kepada Tuhan bisa diberikan. Karena Tuhan akan memberikan ketenangan dan kepastian arah dan makna terhadap keempat kebahagiaan lainnya.

Yang pasti, kelima bentuk kebahagiaan itu tidak harus dilihat secara vertikal dan tidak juga perlu dianggap terpisah antara kebahagiaan yang satu dengan kebahagiaan yang lain. Ibaratnya semacam bilik-bilik dalam satu bangunan rumah yang saling terkoneksi antara yang satu dengan yang lain. Sehingga kita bisa masuk ke bilik yang satu atau bilik yang lain dengan bebas dan leluasa, sesuai dengan hasrat dan kepentingan yang kita perlukan pada saat yang mungkin juga berbeda. Tapi semuanya tetap terhubung dalam kesadaran moral dan spiritual.

Banten, 25   Oktober 2024

Red

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts