globalcybernews.com -“Banyak penganut agama Nasrani yang membaca puisi dan cerita-cerita dari Arab, mempelajari agamanya (Nabi) Muhammad dan pemikir-pemikir (Muslim). Semua itu bukan untuk menyanggahnya (Islam), tetapi mempelajari bagaimana mereka dapat mengekspresikan diri dengan lebih elegan seturut kebudayaan Arab. Di mana lagi kita sekarang mendapati seseorang membaca teks-teks berbahasa Latin tentang Kitab Suci (Nasrani)?” tutur Alvaro.
Alvaro adalah penduduk Andalusia beragama Nasrani pada abad kesembilan. Ia menceritakan tentang kondisi para pemuda Nasrani di Andalusia yang hidup sezaman dengannya. Kalimat itu dikutip Hedi Ben Aicha dalam artikelnya untuk “The Journal of Library History” (1986).
Tak hanya Alvaro, Peter the Venerable (meninggal 1156), seorang kepala biara di Cluny, Prancis menuliskan catatan perjalanannya.
Pada 1142 ia ke Andalusia untuk mengunjungi biara Cluniac yang dilengkapi perpustakaan dengan ragam koleksi berbahasa Arab.
Ia kembali ke Prancis dengan memboyong sejumlah naskah tentang Islam. Inilah pertama kalinya Alquran diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.
Untuk menjalankan proyek penerjemahan ini, Peter membentuk sebuah tim yang dibantu seorang pakar bahasa Arab bernama Robert of Ketton.
Bukan hanya Alquran, naskah-naskah tentang sejarah kehidupan Rasulullah SAW juga dialihbahasakan dari Arab ke Latin.
Ia dengan lugas mengkritik tulisan-tulisan orang Kristen yang baginya terlalu melenceng dalam memandang Islam, sosok Nabi Muhammad, dan Alquran.
Lain lagi dengan pengakuan orientalis Prancis, Gustave Le Bon, dalam bukunya “La Civilisation des Arabes”.
Ia menuliskan “Masyarakat Muslim Arab suka sekali menghiasi lingkungannya. Rumah, masjid, istana, dan taman pada masa itu berdiri dengan megah dan indah.”
Menurutnya, karakteristik masyarakat Muslim Arab pada era keemasan begitu imajinatif, cerdas, dan fantastis. Hal itu bisa dilihat dari bangunan-bangunan indah pada masanya.
Tak hanya fisik bangunan indah, ia juga menuliskan kekagumannya atas pencapaian para ilmuwan Muslim, “Seandainya buku-buku dari perpustakaan Cordoba tidak dibakar, niscaya manusia sekarang sudah bisa melakukan penjelajahan antar galaxy.”
Jejak pengakuan itu tak bisa terhapuskan karena berserak dalam berbagai karya literasi yang mereka tulis sendiri. Eropa begitu mengagumi Islam dan berhutang budi yang tak akan terbayar selamanya.
Eropa tak akan seperti yang kita lihat hari ini, bila Islam tak pernah berada di sana selama 8 abad lamanya.
Mirisnya, tak banyak generasi muda Muslim yang memahami sejarahnya sendiri. Mempelajari apa yang pernah Islam wariskan untuk kemajuan peradaban dunia akan membuat siapa saja bersyukur menjadi seorang Muslim.
Nantikan series “Jejak Islam di Bumi Eropa” produksi Pro U Media yang akan tayang pada bulan Desember 2022 ini. Saya akan menuturkan kisahnya, dengan menghadirkan bintang tamu founder GenSa, Edgar Hamas.
Red