GlobalCyberNews.Com -Nikmat Tuhan itu bisa dalam beragam bentuk, mulai dari makan yang enak, ko meski makanan itu sendiri sebetulnya biasa-biasa saja, sampai tidur yang enak, walau tempatnya bukan di hotel yang mewah. Sebab banyak makanan yang dinggap paling enak, tapi tidak bisa dimakan, karena memang tidak bisa dimakan, tapi ada juga yang tidak boleh dimakan. Cerita tentang makan enak ini, pun sempat menjadi perenungan yang mendalan, sehingga menemukan nilai-nilai spiritualnya yang dalam dan menyentuh hati, tentang cinta kasih Tuhan yang sangat penyayang dalam sifat kebesaran dan Kemaha-kuasaan-Nya.yang tiada terhingga.
Bagi siapa saja yang tidak bisa memakan satu jenis makanan tertentu misalnya — seperti dendeng daging Menjangan yang paling lezat itu, karena sudah tidak lagi melumatnya dengan sempurna. Tapi bagi mereka yang tidak boleh — akibat akan mengganggu jesehatannya — seperti kolesterol, memang sungguh malang. Jadi hakekat antara bisa dan tidak boleh dapat dipahami umumnya oleh mereka yang telah berumur, lantaran harus menjaga diri agar tubuh tidak terganggu kenyamanan dan kesehatannya.
Bagi mereka yang bisa — tapi tidak boleh memakan sejumlah jenis makanan misalnya — karena bisa sangat membahayakan tubuh dan kesehatan — seperti makan makanan yang berkolesterol tinggi, karbohidrat berat serta gula dan sebagainya akibat diabetes, darah tinggi dan penyakit lainnya akibat tidak berfungsi organ yang terkait dengan proses pencernaan.
Itulah sebabnya banyak orang sepakat mengatakan bahwa sehat dan kesehatan itu erat terkait dengan anugrah Tuhan, seperti mereka yang selalu bersyukur dan memohon do’a agar dapat diberi umur yang panjang. Sebab kematian itu berada di luar kemampuan manusia untuk memperpanjang usia dari diri sendiri. Maka dalam konteks, kekuasaan Tuhan yang tidak terhingga itu tidak sedikitpun dapat disangsikan. Artinya, muatan nilai spiritualitas dalam diri kita — sebagai manusia — sungguh tidak terkira banyak dan sumber aspirasi yang mampu mendekatkan diri lebih dekat dengan Tuhan.
Betapa indah dan sangat membahagiakan nikmat sehat itu yang telah dianugerahkan oleh Tuhan, minimal seperti kenyamanan kita menggunakan kendaraan yang bisa bebas menggunakan bahan bakar minyak pertalite maupun pertamax sesuka hati untuk disesuaikan dengan kemampuan dana yang tersedia. Artinya, kebebasan untuk dapat mengkonsumsi semua makanan apapun yang halal, merupakan karunia atau bahkan layak disyukuri sebagai anugerah yang tidak dapat dinikmati oleh semua orang.
Sehingga nikmat sehat itu termasuk kesehatan tubuh untuk bergerak bebas, meski tidak lagi harus selincah atlet melakukan olah raga di lapangan atau arena olah raga. Sebab tidak sedikit mereka yang masih berusia relatif muda pun, sudah terganggu gerak tubuhnya, meski hanya sekedar untuk berjalan secara normal-normal saja. Dan sebagai seorang penulis — yang telah melebihi takaran waktu menggunakan mata untuk membaca dan menulis — harus tetap rendah hati bersyukur setelah puluhan tahun menggunakannya, walau sekarang agak sedikit berkurang daya kecepatannya untuk menangkap bola yang dilempar dengan keras. Atau sekedar menangkis pukulan dalan pelatihan bela diri untuk sekedar ikut menjaga kebugaran tubuh agar tidak loyo mengikuti irama usia yang semakin renta.
Dari perspektif lain, nikmat sehat yang perlu disyukuri itu bukan sekedar ekspresi terima kasih pada limpahan rahmat dan karunia dari Allah, sebab yang tidak kalah penting adalah menyadari dan memahami sifat pemurah dari Tuhan yang pantas dan patut untuk ditauladani oleh manusia sebagai khalifah-Nya yang paling mulia di muka bumi.
Mauk, 8 Desember 2024
Red