GllobalCyberNews.Com – Sejumlah kajian menunjukkan bahwa jatuhnya jet tempur F-18 milik Amerika Serikat, dalam serangan udara ke Yaman, bisa meruntuhkan klaim keunggulan udara AS, dan kemampuan mereka menghadapi serangan rudal dan drone Yaman.
Dalam beberapa hari terakhir, pesawat-pesawat serbu Angkatan Laut AS, bersama jet-jet tempur Inggris, beberapa kali menyerang sejumlah lokasi di Yaman.
Sebaliknya, pasukan Yaman, memberikan pembalasan tegas atas serangan tersebut, dan berulangkali menghujani armada tempur AS dan sekutu-sekutunya seperti Inggris dan Prancis, di Laut Merah, dengan rudal dan drone.
Komando Pusat Amerika Serikat, CENTCOM, mengumumkan, hari Sabtu (21/12/2024) jet-jet tempur AS menyerang gudang-gudang rudal, dan pusat kendali serta pusat komando militer Yaman.
Selain itu, CENTCOM juga mengklaim serangan tersebut dilakukan untuk membalas serangan pasukan Yaman, ke armada tempur AS, dan kapal-kapal dagang.
Poin pentingnya adalah setelah serangan udara bersama AS dan Inggris tersebut, CENTCOM hari Minggu (22/12) mengabarkan salah satu jet tempur F-18 Super Hornet, miliknya tertembak jatuh saat menyerang Yaman.
Angkatan Bersenjata AS mengklaim, jet tempur AL Amerika Serikat ini ditembak oleh kawan sendiri saat terbang di Laut Merah, dan kedua pilot pesawat selamat, namun seorang pilot lainnya terluka.
Menurut klaim CENTCOM, jet tempur ini ditembak oleh rudal sistem pertahanan udara anti-rudal kapal perang USS Gettysburg, yang merupakan bagian dari satuan tugas kapal induk USS Harry S. Truman, milik AS, dan ini merupakan kesalahan tembak.
Serangan AS pada Sabtu malam ke Yaman, yang mengakibatkan sebuah jet tempur F-18 yang bernilai 70 juta dolar, tertembak jatuh adalah operasi pertama satuan tugas kapal perang USS Harry S. Truman, sejak pertama kali masuk kawasan.
Pada saat CENTCOM mengaku bahwa jatuhnya jet tempur F-18 disebabkan oleh kesalahan tembak kawan sendiri, orang-orang Yaman, menjelaskan kejadian tersebut secara berbeda.
Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman, Brigjen Yahya Saree, dalam pernyataannya mengabarkan keberhasilan pasukan Yaman menggagalkan serangan AS dan Inggris ke negara itu.
Ia menuturkan, “Kami berhasil menggagalkan serangan koalisi AS dan Inggris, ke negara kami dengan menyerang kapal induk USS Harry S. Truman, dan sejumlah kapal perang lainnya. Operasi ini dilakukan dengan menggunkan delapan rudal, dan 17 drone.”
Menurut keterangan Brigjen Yahya Saree, upaya kapal-kapal perang AS, untuk menyerang drone-drone serta rudal Yaman, telah menyebabkan tertembak jatuhnya sebuah jet tempur F-18 milik AS.
Ia menambahkan, “Kapal induk USS Harry S. Truman, terpaksa mundur ke arah utara Laut Merah, lokasi awal kapal tersebut, setelah menjadi sasaran serangan pasukan Yaman. Mundurnya kapal induk AS ini dilakukan setelah lebih dari sekali menjadi target serangan rudal, serangan laut, dan serangan drone Yaman.”
Poin penting dari tertembak jatuhnya jet tempur F-18, AS ini adalah bahwa akibat serangan luas orang-orang Yaman ke kapal-kapal perang AS dan Inggris, di Laut Merah, pada dasarnya sistem-sistem komando dan kendali AS, serta sistem pertahanan udara dan anti-rudal negara itu mengalami kebingungan.
Pada saat yang sama, ketika kapal-kapal AS dan Inggris, berusaha menangkis rudal serta drone-drone Yaman, sistem pertahanan udara kapal perang USS Gettysburg, sebagaimana diklaim AS, melakukan kesalahan dengan menembak jet tempur F-18.
Masalah ini menunjukkan bahwa klaim keunggulan mutlak Amerika Serikat, dalam menghadapi serangan-serangan rakyat Yaman, saat ini menjadi sangat diragukan.
Di sisi lain, peristiwa ini menjadi titik balik dalam perlawanan efektif Yaman, terhadap serangan-serangan AS ke negara itu. Orang-orang Yaman belajar dari peristiwa ini bahwa mereka sekarang mampu mengorganisir secara lebih baik serangannya ke kapal-kapal perang AS sehingga akan menjadi tantangan besar bagi Washington dalam melacak rudal serta drone drone Yaman .
Dikutip dari : parstoday.ir