Friday, January 24, 2025
HomeNewsDHD 45 Sumut Kunjungi Museum PDRI: Kagumi Peran Sumbar dan Sumut Selamatkan...
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Related Posts

Featured Artist

DHD 45 Sumut Kunjungi Museum PDRI: Kagumi Peran Sumbar dan Sumut Selamatkan Kedaulatan RI dari Kepunahan

GlobalCyberNews.Com  -Lima Puluh Kota – Guna membangkitkan nilai perjuangan mempertahankan eksistensi Republik Indonesia, Dewan Harian Daerah Badan Pembudayaan Kejuangan (DHD) 45 Sumatera Utara melakukan kunjungan ke sejumlah situs bersejarah di Sumatera Barat, Senin dan Kamis (21-23/1/25). DIpimpin oleh Ketua Umum Mayjen TNI (Purn) M Hasyim, napak tilas kebangsaan DHD 45 Sumut ini dimulai dari Museum Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Nagari Koto Tinggi, Kabupaten Lima Puluh Kota.

Mayjen TNI (Purn) M. Hasyim didampingi Sekretaris Umum Dr H Eddy Syofian MAP, Bendahara Umum Ir Vivi Savitri, Kabid Sosbud Elyuzar Siregar SH MHum dan Bidang Infokom Ir Zulfikar Tanjung.

Keberhasilan PDRI dalam menyelamatkan kedaulatan RI yang nyaris hilang akibat Agresi Militer Belanda II, menjadi fokus napak tilas kebangsaan DHD 45 Sumut, sekaligus menggali semangat perjuangan rakyat Sumatera Barat yang berkolaborasi penuh tanpa pamrih dengan pemerintahan darurat untuk mempertahankan keberlangsungan republik.

Museum PDRI, yang diresmikan oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon pada 19 Desember 2024, menjadi pusat perhatian dalam kunjungan ini.

Museum ini menyimpan berbagai dokumen, foto, dan artefak bersejarah yang merekam perjuangan heroik rakyat Sumatera Barat bersama PDRI di bawah kepemimpinan Syafruddin Prawiranegara.

“Keberadaan museum ini menjadi pengingat bahwa Indonesia nyaris kehilangan kedaulatannya. Tanpa keberanian PDRI mengambil alih kendali pemerintahan secara darurat, republik ini mungkin tidak lagi ada,” ujar M. Hasyim di sela-sela kunjungannya.

PDRI resmi berdiri di Halaban (daerah Limapuluh Kota) pada tanggal 22 Desember 1948. Kabinet PDRI adalah Kabinet Perang, dengan Mr. Syafruddin Prawiranegara sebagai Ketua merangkap Menteri Pertahanan, Menteri Penerangan, dan Menteri Luar Negeri (ad interim); Selanjutnya Mr. Teuku Mohammad Hasan (Wakil Ketua merangkap Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Agama) dan lainnya.

Melalui siaran RRI Bukittinggi, keberadaan PDRI dikumandangkan ke seluruh dunia, menunjukkan bahwa Republik Indonesia masih berdiri meskipun Presiden Soekarno dibawa oleh Belanda ke tempat pengasingan di Berastagi Sumatera Utara bersama Sutan Sjahrir dan Haji Agus Salim berikut beberapa pimpinan RI, sedangkan wakil presiden Muhammad Hatta, Mr Asaat, Ali Sastroamidjojo dan lain-lain diangkut ke Bangka

Rakyat Sumbar dan Sumut: Pilar Perjuangan

Selain mengunjungi museum, rombongan DHD 45 Sumut juga menyambangi rumah-rumah penduduk yang pernah menjadi markas gerilya PDRI. Salah satunya sudah menjadi cagar budaya yaitu Kantor PDRI yang dulu di Kecamatan Gunuang Omeh. Di sini rombongan diterima Camat Gunuang Omeh Yulianto S Sos, Sekcam Maswarni SSos dan Kasi PPM Eri Suherman.

Rumah-rumah sederhana di pedesaan ini menjadi saksi bisu bagaimana PDRI mengendalikan pemerintahan secara bergerilya dengan dukungan penuh masyarakat setempat.

Ketua Umum DHD 45 Sumut menegaskan bahwa keberhasilan PDRI tak lepas dari peran rakyat Sumatera Barat yang rela berkorban demi mempertahankan republik.

“Masyarakat Sumbar bukan hanya memberikan tempat berlindung, tetapi juga menyediakan logistik, informasi, bahkan nyawa mereka untuk melindungi PDRI dari serangan Belanda,” jelasnya.

Sementara itu, Sekum Dr H Eddy Syofian memgatakan di Sumatera Utara rakyat juga memainkan peran penting dalam melindungi keselamatan Presiden Soekarno dan para pemimpin lainnya yang ditawan Belanda.

Tekanan yang terus-menerus dari rakyat Sumut terhadap Belanda mempersulit penjajah untuk menjalankan agendanya di wilayah itu.

Dukungan RRI dan Diplomasi Internasional

Museum PDRI juga menampilkan rekaman peran strategis Radio Republik Indonesia (RRI) Bukittinggi dalam menyebarluaskan keberadaan PDRI. Melalui siaran radio, bergerilya pesan-pesan diplomasi dikirimkan ke dunia internasional, meyakinkan negara-negara seperti India dan Mesir untuk mendukung perjuangan Indonesia.

“Dukungan internasional yang berhasil diraih ini menjadi titik balik penting dalam perjuangan diplomasi, yang akhirnya memaksa Belanda untuk mengakhiri agresi militer dan kembali ke meja perundingan,” tambah M. Hasyim.

Dalam kunjungan ini, rombongan DHD 45 Sumut menyatakan kebanggaannya atas keberanian dan pengorbanan rakyat Sumatera Barat dan Sumatera Utara.

Perjalanan napak tilas ini diharapkan dapat menghidupkan semangat bela negara yang menjadi dasar perjuangan PDRI.

“Sejarah ini mengajarkan bahwa kedaulatan hanya dapat dipertahankan melalui kolaborasi tanpa pamrih antara pemerintah dan rakyat. Semangat ini harus terus kita jaga untuk menghadapi tantangan bangsa ke depan,” tutur M. Hasyim.

Kunjungan DHD 45 Sumut ini menegaskan bahwa perjuangan mempertahankan kedaulatan RI pada masa lalu adalah bukti nyata cinta masyarakat Sumbar dan Sumut terhadap Republik Indonesia, JSN 45, dan empat konsensus nasional.

Dari jejak-jejak sejarah yang ditampilkan di Museum PDRI, tampak jelas bahwa keberadaan republik ini tidak terlepas dari perjuangan bersama seluruh elemen bangsa.

Dari museum ini tergambar jelas nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para pelaku PDRI, yang semestinya menjadi inspirasi bagi generasi muda saat ini.

Para pemimpin PDRI adalah contoh nyata dari kepemimpinan tanpa pamrih yang mengedepankan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau kelompok.

Setelah menerima mandat dari Presiden Soekarno melalui radiogram yang dikirim dari Yogyakarta, mereka tidak hanya menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab tetapi juga menolak godaan untuk menjadikan PDRI sebagai pemerintahan permanen.

Padahal, secara de facto dan de jure, PDRI telah memiliki kekuatan penuh: kendali atas wilayah, pengakuan internasional, dan legitimasi kepemimpinan. Namun, mandat tersebut mereka emban hanya untuk satu tujuan, yaitu memastikan kedaulatan Republik Indonesia tetap utuh.

Keikhlasan mereka terbukti ketika, setelah perjuangan panjang mempertahankan kedaulatan di tengah gerilya, mereka secara sukarela mengembalikan mandat itu kepada Presiden Soekarno pada tahun 1949, begitu pemerintahan kembali normal.

Sikap ini mencerminkan jiwa besar dan semangat kebangsaan yang sejati, serta membuktikan bahwa perjuangan mereka tidak didorong oleh ambisi pribadi, tetapi oleh kecintaan mendalam terhadap republik.

Rakyat Sumatera Barat dan Sumatera Utara

Tanpa dukungan mereka, baik logistik, perlindungan, maupun informasi, PDRI tidak akan dapat berfungsi. Rakyat di dua wilayah ini menunjukkan semangat gotong royong yang luar biasa untuk melindungi pemerintahan darurat dan para pemimpinnya.

Kisah pengembalian mandat ini menjadi teladan tentang pentingnya integritas dan pengabdian kepada negara. Mereka menunjukkan bahwa perjuangan tidak hanya tentang mempertahankan kedaulatan, tetapi juga tentang menempatkan nilai-nilai moral dan etika sebagai dasar setiap keputusan.

Bagi generasi muda, PDRI adalah pelajaran nyata bahwa semangat 45 bukan hanya sekadar slogan, tetapi panduan hidup yang harus diwujudkan dalam tindakan nyata untuk membangun dan mempertahankan bangsa tanpa ada pamrih atau kepentingan pribadi. Ini adalah warisan terbesar yang harus terus dijaga dan diwariskan ke generasi mendatang.

Red

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts