
by Radic Kalimanjaro
GlobalCyberNewsCom -Kemiskinan dan kebodohan bukan sekadar masalah sosial, tetapi bisa menjadi alat efektif bagi penguasa untuk mempertahankan dominasi mereka. Ketika rakyat hidup dalam kemiskinan, mereka terjebak dalam perjuangan bertahan hidup sehari-hari. Kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan kesehatan menjadi prioritas utama, sehingga mereka tidak memiliki waktu dan energi untuk memikirkan perlawanan terhadap sistem yang menindas.
Kondisi itu menciptakan ketergantungan terhadap penguasa yang memberikan bantuan, baik dalam bentuk subsidi maupun program sosial lainnya. Dengan demikian, rakyat mudah dikendalikan karena mereka takut kehilangan bantuan yang diberikan.
Sementara itu, kebodohan memperkuat efek dari kemiskinan. Pendidikan yang rendah atau sistem pendidikan yang tidak kritis menjadikan masyarakat lebih mudah menerima narasi yang disebarkan oleh penguasa tanpa mempertanyakannya.
Kurangnya pemahaman politik, ekonomi, dan hak-hak sipil membuat rakyat tidak sadar bahwa mereka sedang dieksploitasi. Propaganda melalui media yang dikendalikan oleh elite berkuasa semakin memperkuat ilusi bahwa sistem yang ada sudah berjalan sebagaimana mestinya dan bahwa kemiskinan adalah tanggung jawab individu, bukan akibat kebijakan struktural yang tidak adil.
Kombinasi kemiskinan dan kebodohan menciptakan masyarakat yang pasif dan mudah dimanipulasi. Penguasa yang ingin bertahan dalam sistem yang tidak demokratis akan terus mempertahankan status quo ini dengan cara membatasi akses terhadap pendidikan berkualitas dan membiarkan ketimpangan ekonomi tetap berlangsung.
Tanpa kesadaran dan pengetahuan yang cukup, rakyat akan terus terjebak dalam siklus kemiskinan dan ketidakberdayaan, menjadikan mereka alat yang sempurna bagi kelanggengan kekuasaan.
Red