
Perspektif Islamophobia
Oleh : Andy Kodrat
Pemerhati Sosial Politik, dan Ormas
GlobalCyberNews.Com –Islamphobia adalah pemahaman dalam sebuah situasi terkait keyakinan terhadap salah satu agama tertentu yang dapat memicu kesalahan dalam mengartikan kontekstual implementasi sosial kemasyarakatan, hal ini dapat menimbulkan sebuah kondisi hingga memaksa seseorang individu maupun kelompok dalam sebuah pemahaman yang keliru demi sebuah kepentingan di segala aspek kehidupan sosial kemasyarakatan tertentu atau dalam sebuah negara.
Sementara Liberalisme adalah sebuah konsep pemikiran idealisme yang mengusung sebuah kebebasan tanpa batas dalam segala aspek kehidupan masyarakat terkait keyakinan beragama, sosial, hukum hingga politik yang dilakukan dan cenderung menjadi kebebasan tanpa batas bahkan mengesampingkan nilai-nilai norma yang disepakati bersama dan menjadi konsensus secara umum.
Mengutip dari sebuah platform internet yang saat ini ramai, bahwa:
Liberalisme dalam Islam adalah pemikiran yang menjunjung kebebasan individu dalam beragama, tetapi tetap dalam batasan ajaran Islam.
Ciri-ciri pemikiran Islam liberal:
1). Terbuka dan inklusif
2). Menerima ijtihad kontekstual
3). Menekankan kebebasan pribadi
4). Membebaskan diri dari struktur sosial-politik yang menindas
5). Menjembatani masa lalu dengan masa sekarang
6). Melawan Theokrasi
7). Mendukung Demokrasi
8). Membela hak-hak perempuan
9). Membela hak-hak non-Muslim
10). Membela kebebasan berpikir
Sementara akar pemikiran Islam Liberal adalah:
Theologi Rasional Islam yang dikembangkan oleh Mu’tazilah dan para filsuf pada masa keemasan Islam Refleksi Ibnu Taimiyah terhadap Tradisi Islam dan situasi baru yang dihadapinya.
Pengaruh pandangan hidup Barat Perpaduan antara paham modernisme dan posmodernisme
Kritik terhadap pemikiran Islam Liberal:
Sering memanfaatkan Radikalisme yang terjadi di sebagian kecil kaum Muslimin
Mengambil hasil kajian orientalis, metodologi kajian agama lain, ajaran HAM versi Humanisme Barat, falsafah sekularisme, dan paham lain yang berlawanan dengan Islam.
Kondisi konflik pemahaman terkait Islamophobia menimbulkan usulan Gerakan Anti Islamophobia pada sidang umum PBB 15 Maret 2022 yang lalu, dan usulan tersebut justru disampaikan oleh perwakilan negara yang lazim disebut negara ke-3 atau negara berkembang namun pemikiran para tokoh dan ahli nya banyak menjadi fenomena di dunia internasional yang ternyata negara tersebut banyak di diami oleh keturunan asli pemimpin umat Islam yaitu Rasulullah Saw yang bergelar Sayyid atau Syarief, banyak pemikir dan filsuf/ulama muslim berdomisili disana, adalah seorang tokoh politikus Pakistan bernama Munir Akram yang melakukan protes di sekaligus mengusulkan konsep Gerakan Anti Islamophobia secara lantang dalam sidang umum tahunan Majelis PBB, jadi pada dasarnya Gerakan Anti Islamophobia atau yang salah satu tokoh politik nasional sekaligus sejarawan nasional kita alm. Babe Ridwan Saidi katakan Combat to Islamphobia itu menjadi sebuah antitesa dari Liberalisme yang salah tafsir dan kebablasan, dan itu usulan murni dari perwakilan muslim dunia bukan menjadi produk dari zionis Liberal walaupun yang mengesahkan dan menyetujui usulan tersebut adalah sebuah lembaga internasional yang berlabel Liberal yaitu United World Nation sekalipun, hal ini yang harus digaris bawahi dan menjadi perhatian kita sebagai umat muslim, masalah nya adalah what next, bagaimana kita memahami dan mengimplementasikan program PBB ini dalam kehidupan sosial kemasyarakatan di negara kita tercinta.
(Posko ASPIRASI Pati-26, Selasa Pahing 18/02/’25)
Red