
by Radic Kalimanjaro
GlobalCyberNews.Com -Ketika media mainstream telah dikoptasi oleh penguasa dan oligarki, media sosial (medsos) menjadi ruang alternatif bagi masyarakat kritis untuk bersuara. Medsos bukan sekadar tempat berbagi informasi, tetapi juga medan perlawanan dan solidaritas bagi mereka yang tak lagi terwakili dalam pemberitaan resmi.
Di era digital, kekuatan informasi tidak lagi dimonopoli oleh segelintir elit. Masyarakat kini bisa mengabarkan sendiri ketidakadilan yang mereka alami, menyuarakan protes, dan membangun jaringan solidaritas tanpa harus bergantung pada media arus utama. Dari isu pelanggaran HAM, ketimpangan ekonomi, hingga korupsi pejabat, semua bisa diangkat dan diviralkan untuk menekan penguasa.
Sejarah telah membuktikan bahwa medsos dapat menjadi alat perubahan. Gerakan #BlackLivesMatter di Amerika Serikat, Arab Spring di Timur Tengah, hingga berbagai aksi solidaritas di Indonesia, semuanya lahir dari keberanian masyarakat dalam menggunakan medsos untuk mengorganisir gerakan. Ketika media mainstream bungkam atau berpihak pada kekuasaan, suara rakyat tetap bisa menggema melalui platform digital.
Namun, perlawanan di medsos harus dilakukan dengan cerdas dan strategis. Informasi yang disebarkan harus berbasis fakta agar tidak mudah diserang dengan tuduhan hoaks. Selain itu, membangun solidaritas berarti tidak hanya berhenti pada viralitas semata, tetapi juga harus diterjemahkan ke dalam aksi nyata.
Di tengah represi dan propaganda, medsos adalah alat yang masih bisa kita manfaatkan untuk melawan ketidakadilan. Kita tak boleh diam ketika kebenaran dikubur oleh kekuasaan. Jika media telah menjadi corong oligarki, maka medsos harus menjadi suara rakyat!
Red