
GlobalCyberNews.Com -Sjamsuddin Sjafei, yang juga dikenal sebagai Syamsuddin Syafei, adalah sosok penting dalam dunia seni Indonesia, yang lahir pada 15 Mei 1915 di Kutaradja, Aceh. Ia merupakan seorang aktor, penulis lakon dan skenario, dramaturg, serta sutradara yang berperan besar dalam perkembangan teater dan film di Indonesia. Sjamsuddin adalah ayah dari Pipit Sandra dan kakek dari Kiki Rizky Amelia.
Kehidupan Awal dan Pendidikan
Lahir dalam keluarga yang memiliki latar belakang beragam—ayahnya seorang saudagar dan ulama Minangkabau, sementara ibunya berasal dari Tamiang, Aceh Timur—Sjamsuddin mengalami masa kecil yang kaya akan pengaruh budaya dan agama. Hal ini membentuk dasar kreativitas dan dedikasinya terhadap seni.
Karir di Dunia Teater dan Sandiwara
Pada tahun 1936, Sjamsuddin memimpin kelompok teater amati bernama Toneel Club Diamond Star di Kutaradja. Di bawah kepemimpinannya, kelompok ini berhasil menciptakan dan mementaskan sejumlah naskah, termasuk Darah Aceh dan Silungkang 1926, yang mengangkat cerita roman dan sejarah Aceh.
Memasuki era pendudukan Jepang, pada tahun 1942, Sjamsuddin mendirikan Kelompok Sandiwara Fudji Yama. Meskipun kelompok ini sempat mengadakan pertunjukan hingga ke Bukittinggi, pemerintah Jepang membubarkannya karena pertentangan dengan politik mereka.
Tahun 1943 menandai berdirinya Kelompok Sandiwara Ratu Asia di Padang Panjang, yang didirikan bersama Zubir Said dan rekan-rekannya. Kelompok ini kemudian sepenuhnya dipimpin oleh Sjamsuddin, melanjutkan tradisi seni teater yang berpengaruh.
Kontribusi dalam Film
Setelah Indonesia merdeka, Sjamsuddin Sjafei tidak hanya aktif dalam teater tetapi juga dalam dunia film. Ia menulis skenario dan menyutradarai beberapa film penting, termasuk Belenggu Masyarakat dan Debu Revolusi, yang keduanya mencerminkan pemikirannya tentang masyarakat dan revolusi.
Sjamsuddin Sjafei meninggalkan warisan yang mendalam dalam dunia seni
Red