
GlobalCyberNews.Com -Jalur kereta api ini menghubungkan wilayah Thailand dan Burma yang dibangun oleh Kekaisaran Jepang pada tahun 1943 untuk mendukung pasukannya dalam kampanye Burma Perang Dunia II.
Ketika tentara Kekaisaran Jepang berhasil merebut wilayah Burma dari Inggris, mereka dihadapkan pada kesulitan dalam mengirim pasukan dan logistik perang ke Burma.
Jalan mudah satu satunya hanya lewat jalur laut di Semenanjung Melayu dan Selat Malaka yang kebetulan pada saat itu telah dikuasai oleh kapal selam milik tentara Sekutu yang berhasil menang dalam Pertempuran Midway.
Oleh karena itu tentara Kekaisaran Jepang terpaksa membangun jalur tranportasi darat yang harus melalui jalur berbukit di hutan belantara yang ekstrim.
Karena sulitnya medan yang dilalui, pasokan makanan dan obat2an untuk para pekerja sangat sulit untuk didapat, sehingga banyak pekerja yang mati kelaparan atau dibunuh oleh tentara Jepang.
Pilihan tentara Jepang pada saat itu lebih baik para pekerja yang sakit dibunuh daripada menjadi beban dalam proyeknya tersebut.
Karena banyak pekerja yang tewas, tentara Kekaisaran Jepang akhirnya merekrut para pekerja dari wilayah yang dikuasainya, termasuk wilayah Indonesia.
Dalam perekrutan pekerja dari wilayah Indonesia, tentara Kekaisaran Jepang bekerjasama dengan tokoh tokoh penting dan pejabat daerah.
Pada awalnya rekrutmen romusha merupakan kebijakan rasional yang bertujuan memobilisasi jutaan penganggur untuk merehabilitasi dan membangun Pulau Jawa.
Namun disaat tentara Jepang mulai terdesak oleh tentara Sekutu pada perang Pasifik atau Perang Dunia 2, kebijakan rasional tersebut berubah menjadi perbudakan yang kejam, salah satunya adalah mengirim para Romusha ke Burma untuk dipekerjakan membangun jalur kereta api yang telah memakan banyak korban.
Tak ada angka pasti berapa jumlah romusha asal Jawa yang tewas.
The Silenced Voices of History” David Boggett menulis, dari 200.000-500.000 romusha asal Jawa yang dikirim ke Burma, hanya sekitar 70 ribu yang masih hidup dan pulang ke Indonesia dengan selamat ketika perang berakhir.
Banyak romusha melarikan diri. Bagi mereka yang sial, bisa saja tewas di perjalanan atau di tangan tentara Jepang.
Sedangkan yang bernasib baik bisa kembali ke daerah asal atau tempat aman ketika perang berakhir. (historia.id).
Foto
Sebagian dari para mantan Romusha yang berhasil pulang dengan selamat setelah dikirim oleh tentara Kekaisaran Jepang untuk bekerja di jalur kereta api maut Burma.
Para mantan Romusha tersebut diwawancarai dan difoto oleh Fotografer Jan Banning pada tahun 2001- 2003.
Dikutip dari : wikipedia.org.historia.id
Red