
Global Cyber News.Com. -Masyarakat Jawa di Singapura adalah salah satu kelompok etnis yang memiliki peranan penting dalam membentuk budaya dan dinamika sosial di negara tersebut. Kedatangan masyarakat Jawa ke Singapura dimulai sejak abad ke-19, ketika banyak orang Jawa yang datang sebagai buruh atau pedagang yang bekerja di pelabuhan Singapura. Seiring berjalannya waktu, mereka mulai menetap dan berbaur dengan komunitas lokal lainnya.
Pada awalnya, masyarakat Jawa di Singapura umumnya bekerja di sektor-sektor seperti pertanian, konstruksi, dan perdagangan. Namun, seiring dengan modernisasi, mereka pun mulai terlibat dalam berbagai bidang lain, seperti pendidikan, pemerintahan, dan seni. Walaupun telah banyak mengalami proses asimilasi budaya, masyarakat Jawa Singapura masih memegang erat tradisi dan adat istiadat mereka, seperti penggunaan bahasa Jawa, perayaan hari-hari besar Jawa, dan pelestarian kuliner khas Jawa.
Di sisi sosial, masyarakat Jawa di Singapura dikenal sebagai kelompok yang sangat menjaga kekeluargaan dan kerukunan antar sesama. Banyak dari mereka yang membentuk komunitas yang saling mendukung, baik dalam hal ekonomi, sosial, maupun budaya. Mereka juga aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan, dengan mayoritas beragama Islam, mengikuti ajaran Islam yang telah lama menjadi bagian integral dari kehidupan mereka di tanah Jawa.
Aspek Budaya dan Tradisi Jawa Singapura
Meskipun hidup di tengah masyarakat multietnis, masyarakat Jawa di Singapura tetap mempertahankan banyak aspek budaya mereka. Beberapa tradisi penting yang masih hidup, antara lain:
- Bahasa Jawa: Meskipun bahasa Melayu adalah bahasa utama yang digunakan di Singapura, banyak masyarakat Jawa yang masih mempertahankan bahasa Jawa, terutama dalam keluarga dan komunitas mereka.
- Kuliner: Makanan tradisional Jawa seperti nasi liwet, sate, tempe, dan gado-gado masih sering ditemukan dalam perayaan atau acara komunitas.
- Upacara dan Perayaan: Masyarakat Jawa juga merayakan perayaan seperti Sekaten, Slametan, dan berbagai tradisi keagamaan yang memperkaya warna budaya di Singapura.
- Kesenian: Kesenian tradisional Jawa seperti gamelan, wayang kulit, dan tari-tarian Jawa tetap dilestarikan dalam beberapa komunitas, meskipun jumlah penggemarnya tidak sebanyak dulu.
Peran dalam Masyarakat Singapura
Masyarakat Jawa Singapura, meskipun minoritas, memiliki kontribusi yang signifikan dalam perkembangan ekonomi dan budaya negara tersebut. Mereka seringkali menjadi bagian dari sektor-sektor pekerja yang penting dan memiliki pengaruh dalam menjaga keragaman budaya. Selain itu, mereka juga aktif dalam berpartisipasi dalam kegiatan sosial, budaya, dan keagamaan yang mendukung keharmonisan antar kelompok etnis di Singapura.
Melansir dari geografi.my, Tahukah anda bahawa masyarakat Jawa telah menjadi sebahagian daripada Singapura sejak abad ke-14? Masyarakat Jawa berhijrah ke Singapura dalam beberapa gelombang. Ia bermula sejak zaman Majapahit apabila Singapura (dahulunya dikenali sebagai Tumasik) menjadi sebahagian daripada kerajaan tersebut. Pada era kolonial British, penghijrahan besar-besaran berlaku, terutama sebagai tenaga buruh dalam sektor perladangan dan pelabuhan.
Menurut census 2010, terdapat 88,646 orang berketurunan Jawa di Singapura dan menurut Joshuareport.org jumlah warganegara Singapura beretnik Jawa pada hari ini adalah 95,000 jiwa. Walaupun kebanyakan mereka telah berasimilasi dengan budaya Melayu, masih ramai yang mengekalkan tradisi Jawa seperti pencak silat, gamelan, serta makanan tradisional seperti nasi ambeng dan tempe.
Beberapa individu berketurunan Jawa memainkan peranan penting dalam mengekalkan budaya mereka, antaranya Suryakencana Omar, yang aktif dalam komuniti Javanese Association of Singapore (JAS). Selain itu, legenda Puteri Radin Mas Ayu, seorang puteri Jawa yang makamnya terletak di Telok Blangah, menjadi simbol kuat hubungan sejarah antara Jawa dan Singapura.
Warisan budaya ini membuktikan bahawa masyarakat Jawa kekal sebagai bahagian penting daripada kepelbagaian budaya di Singapura.
Red