
Jacob Ereste :
Global Cyber New.Com. -Lingkaran spiritual yang terpusat pada etika, moral dan akhlak manusia mahami bahwa etika merupakan modal awal menempuh jalan spiritual yang harus diterapkan untuk mengatur perilaku sehari-hari dari perspektif tertib sosial yang baik dan bagus sehingga bisa diterima oleh setiap orang atau tatkala bercampur gaul dengan warga masyarakat yang lebih luas sifatnya. Sedangkan moral adalah pedoman untuk setiap orang agar dapat diterima dengan baik dalam perspektif agama yang mengatur tata cara bercampur gaul dengan warga masyarakat yang lebih luas. Sebab melalui etika yang baik orang lain akan menaruh kepercayaan serta penghormatan karena tampilan etika yang dapat diterima dengan senang hati oleh orang lain.
Melalui etika pun, setiap orang dapat meningkatkan kualitas hidup dan mempermudah untuk meningkatkan kesejahteraan dalam arti luas untuk diperoleh guna memenuhi kebutuhan diri sendiri maupun keluarga, bahkan mungkin pula dapat dinikmati juga oleh orang lain.
Etika yang baik dapat menghindari konflik. Misalnya etika dalam forum diskusi tidak elok untuk memonopoli durasi pembicaraan tanpa kesediaan untuk mendengar juga pendapat atau sekedar komentar dari orang lain. Maka itu, untuk menakar sikap dan sifat egois orang dapat melihat ketika yang bersangkutan berbicara di depan umum. Tak sedikit diantaranya yang berapi-api menggebu seakan tengah meniup api revolusi yang harus segera dilakukan, sehingga pihak lain kehilangan momentum dan kesempatan untuk mengungkapkan juga pendapat maupun saran serta usulan yang patut dan perlu diketahui juga oleh orang banyak.
Etika yang baik dalam forum atau suatu pertemuan, harus memiliki persediaan ekstra untuk mendengar pendapat hingga saran atau sekedar komentar dari orang lain. Karena semua yang sudah berkenan hadir dalam pertemuan biasanya pun hendak menyampaikan pendapat atau saran yang dia miliki, karena memang tidak cukup baik untuk diketahui sendiri.
Begitulah etika yang selalu bersanding dengan moralitas sebagai landasan sifat dan sikap dari perilaku untuk selalu berbuat baik, mulai dari tampilan hingga perlakuan terhadap orang lain yang ditegakkan oleh pemahaman dari ajaran dan tuntunan agama sehingga lebih bernuansa religius lantaran ditegakkan dari perspektif agama yang taat dan patuh dalam menjaga hubungan yang baik dengan berbagai pihak, tanpa harus memperlakukan secara berbeda dengan terhadap orang lain.
Seperti moralitas yang selalu terjaga, akan bertugas sebagai pengontrol terhadap perilaku yang baik, tidak boleh berperilaku buruk terhadap siapapun.
Karena itu, prinsip dasar moralitas adalah kewajiban untuk memberi penghormatan terhadap hak serta martabat orang lain yang tidak boleh direndahkan sedikit pun. Karena nilai kemuliaan seorang manusia merupakan harga diri, martabat yang tidak boleh direndahkan sedikitpun oleh siapapun. Etika itu dapat dipahami seperti adat istiadat yang sudah dibangun secara turun-temurun dalam komunitas atau lingkungan suatu masyarakat yang bersandar pada hukum dan tata cara adat setempat yang bisa jadi tidak berlaku dalam lingkungan masyarakat yang lain, meskipun secara geografis dan historis sangat mungkin memiliki hubungan dan keterkaitannya dengan masyarakat tetangga yang berada di sebelahnya. Karena itu dalam upacara perkawinan secara adat acap dilakukan dengan kompromi, misalnya mengikuti tatanan masyarakat adat yang biasanya dominan dikehendaki oleh pihak mempelai wanita sebagai pihak yang merasa akan kehilangan salah satu anggota keluarganya, karena akan segera diboyong dan menetap dalam lingkungan keluarga dari pihak mempelai laki-laki.
Umumnya dalam adat istiadat yang meliputi kebiasaan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari jenis dan model pakaian, tata cara makan dan menu sajian hingga cara melakukan interaksi dengan warga masyarakat yang lain patut dijaga sebagai bagian dari jati diri. Dari adat istiadat yang kuat dipegang sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi identitas dari sebuah komunitas yang berkepribadian tinggi. Karena itu, adat istiadat yang tetap hidup lestari dapat menjadi fondasi budaya dalam lingkungan kawasan wilayah yang lebih luas. Karena antara adat istiadat yang satu dengan adat istiadat yang lain akan terseleksi menjadi pilihan yang paling tepat dan terbaik untuk dijadikan acuan bersama. Maka itu, adat istiadat dapat terus diubah serta diseleksi seiring dengan kebutuhan dan perkembangan jaman bersama perubahan sosial dari pertautan masyarakat yang terus membaur membentuk komunitas baru.
Dalam konteks inilah strategi kebudayaan perlu mendapat perhatian dari Kementerian Kebudayaan untuk dapat dijadikan pertahanan dan ketahanan nasional yang tidak kalah strategis membangun bangsa dan negara yang kukuh dan kuat dari terpaan jaman yang terus bergerak dan berubah menuju tatanan dunia yang baru. Strategi kebudayaan bangsa dan negara Indonesia, idealnya beranjak dari akar adat istiadat suku bangsa Indonesia yang beragam dan majemuk. Karena seleksi alam akan memberikan pilihan yang terbaik dan jitu untuk menjawab tuntutan dan tantangan jaman.
Banten, 29 April 2025
Red