
Global Cyber News.Com. -Mitos bahwa nama Betawi berasal dari kata kasar “mambet tai” atau “bau tahi” memang terdengar mencolok dan sering dikaitkan dengan kisah jenaka seputar pengepungan Bastion Hollandia oleh tentara Mataram pada tahun 1628. Cerita ini mencuat dalam laporan-laporan Belanda seperti yang ditulis Joan Nieuhoff dalam bukunya Die Gesantschaft Der Ost Indischen Geselschaft, serta narasi-narasi lokal seperti Babad Tanah Jawa dan Babad Dipanegara. Bahkan di peta masa lampau, konon ada wilayah bernama “Gang Tahi”.
Namun, mengandalkan narasi ini sebagai asal-usul etimologis nama Betawi adalah keliru secara historis dan linguistik. Istilah seperti mambet tai hanyalah bentuk jarwa dhosok atau plesetan bunyi, yang meski menarik dari segi folklor, tidak bisa dijadikan dasar ilmiah. Dalam bahasa Belanda sendiri ada istilah Iets uit zijn duim zuigen artinya “mengisap dari ibu jari sendiri”, atau dengan kata lain, mengarang bebas.
Penelusuran yang lebih kredibel menunjukkan bahwa nama Betawi sudah digunakan jauh sebelum peristiwa Bastion Hollandia. Tradisi lisan Cirebon melalui syair perang prajurit Mataram menyebut nama Batawi atau Betawi dalam liriknya saat hendak berperang ke Batavia tahun 1628. Ini menunjukkan bahwa penyebutan Betawi sudah dikenal dan digunakan secara resmi bahkan oleh masyarakat Nusantara sendiri.
Syair tradisional yang menjadi bagian dari kesenian Angklung Bungko ini menyebut:
“Prang ning Batawi”
(Perang di Betawi)
Penting pula dicatat bahwa sumber tertulis tertua lain, seperti Testament Nyi Inqua tahun 1644 dan buku botani Belanda tahun 1888 yang menyebut Gulingin Betawi, memperkuat bukti bahwa Betawi bukanlah istilah baru atau hasil dari ejekan spontan terhadap prajurit Mataram.
Kesimpulan: Nama Betawi tidak berasal dari kata “mambet tai”, melainkan sudah dikenal secara historis sebagai bentuk lokal dari Batavia nama yang diberikan oleh VOC untuk menggantikan Sunda Kelapa. Mitos “bau tahi” hanyalah bagian dari humor sejarah yang populer namun tidak sahih dari sudut pandang ilmiah.
Red