Thursday, May 29, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
HomeUncategorised*Mengenang Kisah Peristiwa 27 Tahun Silam Yang Terkait Dengan 27 Juli 1996*
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Related Posts

Featured Artist


*Mengenang Kisah Peristiwa 27 Tahun Silam Yang Terkait Dengan 27 Juli 1996*

Jacob Ereste :

Global Cyber News.Com. -Ketika Presiden Soeharto lengser keprabon pada 21 Mei 1998 — setelah 32 tahun berkuasa — usia kawan penulis ketika itu sedang dipuncak kematangan idealismenya. Ia pun tak hanya menjadi saksi sejarah reformasi 1998 itu berproses hingga mencapai puncak eforia kemenangan menumbangkan kezaliman, tapi juga sebagai pelaku yang selalu aktif di semua komunitas aktivis maupun mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia.

Setidaknya, jauh sebelum itu kawan penulis yang ikut menjadi tokoh penggerak kaum buruh melalui Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) yang dipimpin Dr. Muchtar Pakpahan — ketika itu belum mendapatkan gelar Profesor dari Universitas Kristen Indonesia, Jakarta — telah berperan besar dalam membangun suasana mimbar bebas di halaman Kantor PDIP jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, hingga terjadi peristiwa 27 Juli 1996 yang juga dikenal dengan sebutan peristiwa Kuda Tuli itu.

Posisi kantor SBSI yang berada di Tebet Timur Dalam ketika itu, menjadi satu-satunya ormas non- PDIP yang secara terbuka dan transparan mendukung gerakan perlawanan partai politik baru yang sedang jadi bulan-bulanan rezim penguasa untuk menggulingkan Megawati sebagai pemimpin partai yang menjadi simbol perlawanan rakyat.

Kerusuhan pun terjadi di berbagai wilayah dan tempat serta daerah. Di Jakarta sendiri mulai dari jalan Diponegoro, Salemba, Kramat dan sepanjang jalan Pemuda banyak gedung dan kendaraan yang terbakar. Pemerintah pun membuat korban sejumlah aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) dijadikan legitimasi untuk melakukan tindakan kekerasan lebih lanjut. Sementara sejumlah tokoh — sebelumnya — seperti Sri Bintang Pamungkas, Muchtar Pakpahan dan kawan aktivis lainnya sudah dipenjarakan di Lembaga Pemasyarakatan, Cipinang, Jakarta Timur.

Lapisan kedua organisasinya buruh yang dikendalikan oleh Tohap Simanungkalit, Satrio Arismunandar, Dhea Yudha Prakesha, Sunarty dan Jacob Ereste lebih leluasa mengembangkan ide dan gagasan organisasi dengan memposisikan diri sebagai rumah bersama dengan aktivis pergerakan lainnya, LSM, serta ormas pemuda keagamaan hingga mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia (Seperti Atok dari Udayana Bali, Muhammad Syafi’i dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Hery dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta) menjadi duta utama yang dikoordinasikan oleh kawan-kawan dari Universitas Nasional Jakarta dan Universitas Tujuh Velas Agustus, Jakarta) bersama Mehbob S.

Semua peristiwa Kuda Tuli 27 Juli 1996 yang berujung dengan lengser keprabon Presiden Soeharto para 21 Mei 1998 — erat kaitannya dengan kemarahan rakyat dengan rekayasa rezim penguasa terhadap Kongres PDI di Medan yang ingin mendudukkan kembali Soeryadi sebagai Ketua Umum PDI agar Megawati tumbang. Begitulah aksi Mimbar Bebas di Halaman Kontar DPP PDI dilakukan bersama seluruh perwakilan partai dari daerah, dan SBSI sebagai satu-satunya ormas non- partai yang mendukung dan memperoleh tempat khusus — posko — di halaman kantor DPP PDI yang kemudian diserbu dengan cara membabi buta sampai menimbulkan banyak korban.

Bennyn S. Butarbutar memberi kesaksian lewat buku “Suyono Bukan Puntung Rokok” (2003). Sebagai Kepala Staf Umum ABRI, ia mengatakan ada teori persaingan Srikandi kember — Megawati dan Siti Hadijanti Rukmana alias Tutut — yang melatar belakangi peristiwa 27 Juli1996 itu. Ada juga buku “Membongkar Misteri Sabtu Kelabu, 27 Juli 1996” yang dieditori oleh penyair Darmanto Jatman (2001). Bahkan, Tim Peneliti LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) juga membukukan “Militer dan Politik Kekerasan Orde Baru- Soeharto” di belakang peristiwa 27 Juli 1996.

Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 — setelah berkuasa 32 tahun sejak 12 Maret 1967. Pengunduran diri Soeharto sebagai Presiden kedua Indonesia — setelah tumbangnya Presiden Soekarno lewat Surat Perintah 11 Maret 1967 — ditandai dengan runtuhnya kabinet Orde Baru akibat berbagai kerusuhan yang terjadi di berbagai tempat dan daerah yang berpuncak pada 12 Mei 1998 hingga 20 Mei 1998, yang terus memuncak setelah terbunuhnya empat mahasiswa — Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan dan Hendriawan Sie serta puluhan mahasiswa dan warga masyarakat yang terluka akibat penembakan yang dilakukan oleh aparat. Dan kerusuhan pun terus berkobar bersama api yang menghanguskan sejumlah kantor dan pertokoan di berbagai kota besar Indonesia, khususnya Jakarta, mulai dari pusat sampai ke Timut dan ke Barat. Bahkan api kemarahan pun menyala di Tangerang, Bekasi dan kota lainnya.

Peristiwa 27 tahun silam itu kini telah menjadi bagian dari kenangan untuk direnungkan agar bisa lebih bijak untuk tidak mengulang kekeliruan dan kesalahan atau sekedar kehilangan yang tak perlu menandai kedunguan manusia.

Banten, 20 Mei 2025

Red

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts