
GlobalCyberNews.Com- Medan I Polemik kepemilikan empat pulau antara Sumatera Utara dan Aceh menjadi sorotan utama dalam diskusi publik bertajuk Dongan (Diskusi Oke Ngobrol Gagasan Anak Medan) yang digelar di Stadion Kebun Budaya, Kota Medan, Jumat malam (12/6/2025).
Diskusi ini dipandu oleh Zahraturrahmi dan menghadirkan dua narasumber, yaitu Alwi Dahlan Ritonga, akademisi dari Universitas Sumatera Utara, serta Muhammad Liputra, mahasiswa pascasarjana Universitas Indonesia.
^
Menurut Muhammad Liputra perlunya pendekatan aspek budaya dari persoalan ini. Ia menyampaikan bahwa sengketa maritim seperti ini banyak terjadi di Indonesia karena wilayah laut lebih luas dibanding daratan.
“Puncaknya terjadi pada 2008. Melalui tim nasional yang terdiri dari Kemendagri, BIG, TNI AL, dan lembaga lainnya, dilakukan pengukuran wilayah Sumut dan Aceh. Dalam perhitungan itu, keempat pulau masuk kawasan Sumut,” jelasnya.
“Mereka (Aceh) tetap protes dan keberatan, lalu pemerintah pusat merevisi, tapi hasilnya tetap sama: empat pulau itu masuk Sumatera Utara,” tambahnya.
Liputra mengungkapkan kekhawatirannya bahwa isu ini bisa memicu disintegrasi, mengingat riwayat Aceh yang pernah bergolak. “Ini rentan terhadap persoalan disintegrasi yang kita khawatirkan. Inilah sebabnya pendekatan budaya harus diperkuat agar tidak mengarah ke sana,” pintanya.
Ia juga menyinggung sejarah pascatsunami Aceh, di mana sempat terjadi ketegangan sosial dengan pendatang dari Jawa, namun hubungan dengan warga Sumut dinilai lebih harmonis.
“Banyak yang menunjukkan KTP Medan, GAM menerima dengan baik. Walau mereka bermusuhan dengan pemerintah, tapi tidak dengan Sumut. Ini jadi sejarah bahwa ada kecocokan budaya Aceh dan Sumut,” ungkapnya.
Liputra berharap agar keharmonisan budaya antara dua daerah ini tetap dijaga. “Kerukunan yang sudah lama terjalin jangan sampai terputus karena polemik ini. Sejarah dan budaya Sumut dan Aceh sudah terjalin sangat baik,” pungkasnya.(r/pl)
Red