Monday, August 25, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
HomeUncategorised*Potret Wajah Kita Dalam Karya Seni Pelukis Indonesia*
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Related Posts

Featured Artist


*Potret Wajah Kita Dalam Karya Seni Pelukis Indonesia*

Jacob Ereste:

Global CyberNews.Com.  -Pameran Seni Rupa “Wajah Kita Dalam Rupa” di Bentara Budaya Art Gallery, Jl. Palmerah Selatan No. 21, Jakarta Pusat, resmi dibuka pada Selasa, 19 Agustus 2025 oleh cendekiawan dan penulis buku “Negara Paripurna: Historitas, Rasionalitas, Aktualitas Pancasila”, Yudi Latif.

Acara pembukaan ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh seniman, budayawan, dan tokoh spiritual, di antaranya Sri Eko Sriyanto Galgendu, yang dikenal sebagai tokoh yang konsisten menyuarakan kebangkitan spiritual sebagai landasan peradaban baru yang harus dibangun serta kuat menjadi landasan kepribadian bangsa.

Ilham Choiri menyambut hadirin dengan mengurai maksud dan tujuan pameran bertajuk “Wajah Kita Dalam Rupa* berapa pentingnya deversity — kemajemukan budaya — sebagai kekayaan kekuatan budaya bangsa Indonesia. Karena budaya bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa Nusantara sangat beragam, tidak tunggal dan bertumbuh dari beragam tradisi, bahasa, agama dan ekspresi seni yang mengakar pada budaya lokal, daerah.

Kemajemukan ini bukan sesuatu yang harus diseragamkan, memainkan harus dirawat agar tidak tergerus oleh arus global. Karena itu, Bentara Budaya hadir menyediakan ruang lintas budaya, dimana pluralitas mendapat panggung dan tampil untuk berdialog antar nilai yang harus tumbuh dengan sehat dan segar.

Menurut Ilham Choiri, keberagaman bukan sumber perpecahan, melainkan potensi persatuan yang dapat dikelola dengan bijak. Sehingga budaya bisa menjadi jembatan yang dapat mempertemukan untuk menyatukan, bukan untuk memisahkan.

Identitas bangsa Indonesia yang sangat beragam mewarisi budaya peninggalan Sriwijaya antara abad 7 hingga abad ke – 14 kemudian berlanjut pada Majapahit sejak abad 14 hingga penghujung abad ke – 16, sehingga keduanya menjadi semacam fondasi terbentuknya peradaban Nusantara yang kini disebut Indonesia.

Kedua akar budaya bangsa Nusantara itu menjadi rumah bagi keberagaman etnis, agama, bahasa dan budaya. Karena itu, kemajemukan bukan hal yang baru, melainkan jati diri yang telah menjadi bagian dari sejarah.

Yudi Latif yang mendapat kehormatan untuk memberi perspektif sekaligus membuka acara pameran merasa seperti mendapat durian runtuh, kn arena acara pameran “Wajah Kita Dalam Rupa” ini merupakan momentum yang sangat tepat untuk menggabungkan betapa pentingnya kebudayaan sebagai fondasi kebangsaan.

Pameran karya seni lukis ini dia nyatakan bukan sekedar gelar seni semata, tapi juga refleksi wajah bangsa — dalam keberagaman ekspresi , pergulatan identitas dan pencarian makna nilai-nilai kemanusiaan manusia Indonesia.

Sebagai penulis buku “Negara Paripurna”, Yudi Latif melihat seni rupa sebagai medium yang kuat untuk menyampaikan nilai-nilai yang hidup dan konkret dan menggugah kesadaran publik. Maka pameran ini ibarat Rezki kultural dan spiritual yang mempertemukan dengan semangat jaman.

Indonesia sebagai kiblat seni rupa dunia, kata Yudi Latif bukan sekedar retorika, tapi ditopang oleh fakta arkeologis dan budaya yang kuat. Situs seni cadas di Leang-leang, Sulawesi Selatan, membuktikan bahwa lukisan tangan dan hewan yang ada di dinding gua yang telah berusia 51.000 tahun, merupakan salah satu seni figuratif tertua di dunia. Temuan karya seni di gua-gua yang ada di Nusantara ini melampaui karya seni rupa yang baru lahir kemudian, seperti di Lascaux, Prancis misalnya. Jadi, galery alam terbuka yang ada di Nusantara membuktikan bahwa tradisi visual yang penuh makna simbolik sudah ada jauh sebelum seni rupa di dunia menjadi ekspresi seni bangsa-bangsa Eropa dan bangsa lainnya di dunia.

Relief Candi Borobudur pun yang dibangun pada abad ke-8 Masehi tidak juga tertandingi oleh karya bangsa-bangsa lain di dunia, termasuk seni arsitekturnya yang khas dan unik, tiada ada tandingannya.

Jadi, deversity di Indonesia memang bukan soal jumlah, tapi juga kedalaman antar budaya dan alam — nilai yang sangat penting dan sakral — sarat nilai spiritual yang sangat luar biasa. Begitulah seperti beragamnya alat musik tradisional, busana, perhiasan dalam bentuk seni rupa yang juga dihias mengekpresikan status sosial dan estetika hingga mengesankan adanya jejak visual yang mengagumkan. Sungguh indah dalam perspektif seni, namun mengharukan dalam realitas sosial.

Sebab wajah kita yang dipotret oleh pelukis Indonesia sendiri tergantung di Srt Galery Bantara Budaya yang memajang Koleksi Bentara Budaya mulai dari karya Abbas Alibansyah, Agus Djaya, Bagong Kussudiardjo, Bambang Oetoro, Basuki Resobowo, Batara Lubis, But Muchtar dan Hendra Gunawan. Sementara seniman yang diundang untuk memajang karyanya antara lain Galuh Tajimalela, Kinkin Watercolorist, Nisan Kristiyanto, Rendra Sentana, Sarnadi Adam, Tato Kastareja, Vy Patiah dan Hendri Widjaya. Mereka mengekspresikan wajah dan kondisi obyektif potret Indonesia yang sesungguhnya menjelang 20 tahun kemerdekaan negeri ini diproklamirkan.

Palmerah, 19 Agustus 2025

Red

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts