
Jacob Ereste
Global Cyber News.Com. -Bertepatan pada peringatan hari “Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 2025 sejumlah aktivis mendeklarasikan berdirinya “Institut Jendral Besar Soeharto”, di Gedung Joeang, Menteng, Jakarta Pusat. Hadir sejumlah tokoh dan aktivis pergerakan termasuk Aspirasi Emak-emak Indonesia yang dibesut Wati Salam dan Jatiningsih bersama seabrek anggotanya yang khas mengenakan kerudung biru.
Salah satu penasehat Aspirasi Enak-emak Indonesia, Al Mukarom Ustad Yasid Salman, adalah salah satu diantara 12 pendiri sekaligus deklarator dari lembaga yang akan bergiat dalam bidang kajian, penelitian dan dokumentasi, sehingga dapat dijadikan rujukan bagi generasi pewaris masa depan Indonesia.
Setidaknya bagi generasi Indonesia hari ini dapat memahami dinamika sejarah nasional Indonesia yang terkait dengan sosok Presiden Indonesia yang sempat berkuasa selama 32 tahun memimpin negeri ini. Dalam naskah deklarasi pembentukan “Institut Jendral Besar Soeharto” disebutkan bahwa untuk kepentingan generasi masa kini Indonesia dan mendatang diperlukan diperlukan ruang kajian akademis yang independen dan terbuka untuk dapat memahami dinamika sejarah nasional, khususnya untuk periode pemerintahan yang sangat populer dengan sebutan “Orde Baru” karena dianggap berhasil menumbangkan”Orde Lama”.
Jadi fenomena Orde Lama, Orde Baru hingga Orde Reformasi memang patut dikaji keunikan dan keunggulannya untuk dijadikan bahan kajian lebih jauh — termasuk berbagai kekurangannya — agar badat menjadi bahan bandingan maupun rujukan guna mengarahkan pembangunan di Indonesia, yang tidak cuma sebatas fisik semata, tapi juga meliputi non fisik yang terkait dengan hal-hal yang bersifat spiritual — sosial dan keagamaan hingga budaya bangsa — sebagai modal dasar seperti yang dimaksudkan dari pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Para deklarator yang mendirikan “Institut Jendral Besar Soeharto” diantaranya adalah Hartono, R. Ampi Nurkamal Tanudjiwa, Toni M. Aprami, M. Yasid Salman, Mariadi, A. Badawy Saluy, Kun Nurchadijat, Lukman Malanuang, Iskandar Abubakar, Taufik Rudolf Sigar, Wawan Ridwan, Hardi Achmad, Muhammad Nur, Shiddiq Waluyo WR, Dedi Hermanto dan Hansyah.
Sayangnya pada momentum deklarasi “Institut Jendral Besar Soeharto” ini, tidak dipaparkan secara rinci dan mendetail program kerja yang hendak dicapai dalam waktu dekat, juga bentuk dari lembaga yang dimaksud serta alamat sekretariatnya demi legalitas serta eksistensi dari keberadaannya untuk meyakinkan publik, bila deklarasi sebuah lembaga yang menggunakan nama besar seorang mantan presiden, bukan kelatahan atau kegenitan semata. Sebab momentum yang cukup bernilai sakral pada hari peringatan “Pancasila Sakti” tahun 2025 ini akan meninggalkan jejak digital pula bagi generasi bangsa Indonesia di masa mendatang.
Setidaknya tiga obyek utama yang sakral itu mulai dari waktu, tempat dan sosok Presiden Indonesia yang pernah paling lama memimpin negeri ini. Tidak kecuali bila hendak dibandingkan dengan Sang Proklamator, Bung Karno sendiri.
Gedung Joeng, 1 Oktober 2025
Red