Monday, December 8, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
HomeUncategorised*Orang Yang Tidak Lagi Memiliki Rasa Malu Akan Banyak Kehilangan Momentum dan...
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Related Posts

Featured Artist


*Orang Yang Tidak Lagi Memiliki Rasa Malu Akan Banyak Kehilangan Momentum dan Kesempatan Mereguk Kebahagiaan*

Jacob Ereste :

Dampak negatif akibat dari tidak adanya rasa malu itu cukup banyak dan bisa membuat kerugian bagi banyak orang. Apalagi yang tidak memiliki rasa malu itu seorang pejabat publik yang mempunyai pengaruh yang besar dan sangat berkuasa untuk menentukan suatu keputusan yang menyangkut kepentingan orang banyak.

Seperti dalam penegakan hukum — karena yang bersangkutan sudah tersandera oleh suatu kasus — maka dia pun tak segan-segan untuk berbohongn meski secara nyata dan tegas fakta dan data telah membuktikan– tekah membuktikan kesalahan atau kebohongan yang dilakukannya. Jadi bukan hanya hukum formal yang bisa dikangkanginya, tapi juga prosedur formal dan prasyarat pokoknya pun bisa dia pelintir sesuka hatinya. Seperti syarat untuk menjadi pejabat publik, semua bisa dia ubah dengan mudah melalui kaki tangan atau cucunguk yang mengabdikan diri bagi dirinya hanya untuk dan demi sesuap nasi atau sekedar menyambung hidup. Apalagi untuk penghargaan itu para cecunguk yang menghantarkan dirinya bisa hidup lebih mewah secara ekonomi namun semakin miskin kering dan kosong dari nilai-nilai yang bersifat batiniah.

Sebab dampak negatif bagi seseorang yang tidak memiliki rasa malu — bukan hanya tidak juga memiliki harga diri — tetapi kobsekyebsinya juga akan merusak hubungan akibat tidak perduli dengan perasaan orang lain, termasuk bagi keluarganya sendiri.

Yang pasti, orang yang tidak memiliki rasa malu akan kehilangan kepercayaan dari banyak orang, kecuali bagi mereka yang menghaba kepadanya untuk menggantungkan hidup dan matinya. Kendati pada saatnya kelak akan dikhianati atau ditinggalkan juga. Sehingga yang bersangkutan baru menyadari bahwa kesetiaan yang diperolehnya adalah kepalsuan seperti ijazah dan gelar yang cuma untuk penghias diri semata, atau semacam topeng untuk mengetahui orang banyak.

Yang jelas dan pasti, untuk orang yang tidak memiliki rasa malu itu akan kehilangan reputasi karena kecenderungannya untuk berbuat yang tidak pantas, mengabaikan etika dan moral hingga akhlak mulia yang sepatutnya dijaga dengan baik sebagai sebagai penakar kehormatan dan marwah yang harus dimiliki oleh setiap manusia agar tidak disetarakan dengan makhluk liar yang ada di hutan gundul di Indonesia yang juga telah mengasinghannya sari habitat asalnya.

Tentu saja akibat dari tidak adanya rasa malu ini yang bersangkutan pun akan kehilangan harga diri. Bayangkan bila sepanjang tahun pada sisa usia yang relatif singkat, cercaan dan cemoohan bahkan hukhatan dan makian terus menghujam seperti anak panah perang puputan dari kisah perang Mahabarata yang paling dakhsyat. Akibat terusan dari tidak memiliki rasa malu ini bisa berlanjut pada perbuatan untuk mekakukan kejanhatan seperti membuat proyek siluman, membangun lagecy diri tanpa menimbang kerugian yang harus menjadi beban orang lain atau rakyat. Lantaran dasar dari tidak memiliki rasa malu itu akan memicu orang tersebut menjadi kemaruk dan tamak, melawan hak orang lain melalui berbagai cara untuk memperkaya diri, sebab anggannya yang keliru meyakini bahwa kejayaan — setelah kekuasaan — adalah kebanggaan yang bisa membahagian.

Namun yang pasti, akibat dari tidak memiliki rasa malu ini, manusia yang bersangkutan tidak hanya cenderung untuk terus melakukan kejahatan, tapi juga secara bertahap mengalami kerusakan mental — apalagi spiritual — karena sikap jujur, sikap terbuka, serta sikap ikhlas dan pasrah — telah terhapus dari dalam kamus hatinya yang suci san murni sebagai khalifutullah fil ard. Jadi sosoknya yang dikemas sebagai pemimpin pun pulsu. Tidak otentik, seperti sosok boneka cantik yang cuma menjadi pajangan semata. Kendati daya rusaknya sungguh sangat luar biasa hingga banyak orang merasa berhak untuk mengutuknya.

Jadi akibat dari semua itu — lantaran tak ada rasa malu — sesungguhnya dera dan derita yang paling berat harus dia hadapi adalah harganya berbagai momentum dan kesempatan untuk mereguk kebahagiaan sebagai manusia yang normal. Karena hidup tanpa memiliki rasa malu itu — artinya hari sudah membeku tak lagi bergetar saat tersentuh dan menangkap cahaya ilahi — apalagi dengan sesama manusia yang sudah terlalu banyak menjadi korban bualan dan tipu dayanya.

Tangerang,    6   Desember 2025

Red

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts