globalcybernews.com -Medan — Di hadapan ribuan mahasiswa Institut Kesehatan Helvetia (IKH) Medan, Letjen TNI (Purn) Edy Rahmayadi tampil dalam kuliah umum bertajuk “Wawasan Kebangsaan dan Patriotisme bagi Mahasiswa”. Pada forum akademik di Kampus IKH ini, Edy selaku Ketua Ikatan Alumni Lemhanas Sumatera Utara membawa kembali semangat dan talentanya dalam forum intelektual yang bebas dari nuansa kampanye.
Setelah dekade terakhir ini terfokus pada kegiatan kampanye selaku Calon Gubsu periode kedua pada Pilkada Sumatera Utara 2024, mantan Pangkostrad TNI dan Gubsu 2018 – 2023 mengaku merasakan kebahagiaan dan kebangkitan talenta saat berbagi wawasan kebangsaan di hadapan mahasiswa.
“Saat saya berbicara di forum akademik ini, talenta saya benar-benar bangkit. Saya merasa sangat nikmat berada di tengah diskusi intelektual seperti ini. Selama ini, sejak ditetapkan sebagai calon Gubernur Sumut untuk Pilkada mendatang, aktivitas saya lebih banyak tersita dalam kegiatan kampanye. Di sini saya bisa berkomunikasi langsung dengan mahasiswa, penuh antusiasme, dan jauh dari nuansa kampanye,” ungkap Edy.
Acara ini turut dihadiri oleh Rektor IKH Medan, Assoc Prof Dr. H. Ismail Efendy, M.Si., Pembina Yayasan Helvetia Dr. dr. Razia Begum Suroyo, M.Kes., para dekan, serta sivitas akademika. Hadir pula Ketua BPH IKH, Prof Dr. H. Bahdin Nur Tanjung, Ketua Umum Dewan Harian Daerah (DHD) 45 Sumatera Utara, Mayjen TNI (Purn) Muhammad Hasyim dan Tokoh Masyarakat Rahudman Harahap yang turut memperkaya forum diskusi.
(Tiga Pilar Kepemimpinan)
Dalam pidato utamanya, Edy Rahmayadi menggarisbawahi pentingnya integritas, etika, dan intelektualitas sebagai tiga pilar utama yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin. Menurut Edy, kepemimpinan yang kuat berawal dari keberanian dalam membedakan yang benar dari yang salah dan berpegang pada kebenaran dengan tegas.
“Integritas itu berarti berani memutuskan mana yang benar dan salah, yang baik dan buruk. Ini adalah hal utama yang harus dimiliki seorang pemimpin,” tegas Edy. Selain integritas, seorang pemimpin juga harus memiliki etika, sebuah aspek yang ia tekankan lebih tinggi dari hukum. “Etika lebih dari sekadar hukum. Malu berbuat salah adalah bagian dari etika yang harus dipegang teguh oleh seorang pemimpin,” lanjutnya.
Edy juga menekankan pentingnya intelektualitas di kalangan mahasiswa. “Jadilah mahasiswa yang cerdas dan berwawasan luas. Tuntut ilmu dengan sungguh-sungguh. Saya yakin banyak dari kalian adalah kader-kader unggulan yang akan menjadi pemimpin masa depan bangsa ini,” ucapnya penuh optimisme.
Ia menantang mahasiswa untuk memperbaiki kekurangan yang ada dan menjadi generasi yang membawa bangsa menuju kemakmuran dan kesejahteraan dengan membangun diri dan memperdalam ilmu.
(Dasar Pembentukan Karakter)
Rektor IKH Medan, Assoc Prof Dr. H. Ismail Efendy, dalam sambutannya, menekankan pentingnya wawasan kebangsaan dan semangat patriotisme sebagai landasan bagi mahasiswa dalam berkontribusi pada pembangunan bangsa. Menurutnya, pemahaman mendalam terhadap sejarah, budaya, dan politik Indonesia perlu dijaga di tengah derasnya arus globalisasi.
“Wawasan kebangsaan adalah pilar penting yang harus tetap dipertahankan agar identitas nasional tidak luntur. Patriotisme bukan hanya tentang simbol, melainkan diwujudkan dalam aksi nyata, baik dalam pendidikan maupun kehidupan sehari-hari,” ujar Rektor Ismail Efendy.
Dengan dukungan penuh dari para pemimpin dan tokoh akademik, kuliah umum ini diharapkan dapat menginspirasi mahasiswa untuk mengedepankan nilai-nilai kebangsaan dan patriotisme, berperan aktif dalam pembangunan bangsa, serta menjaga kecintaan terhadap tanah air.
Red