Sunday, September 14, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
HomeUncategorised*Dilema Pilihan  Manusia Hari Ini Antara Material dan Spiritual*
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Related Posts

Featured Artist


*Dilema Pilihan  Manusia Hari Ini Antara Material dan Spiritual*

Jacob Ereste :

Global CyberNews.Com. -Acara ngobrol santai bersama komunitas Mayor Jendral Dr. Rido Hermawan M.Sc, Deputy Bidang Pemantapan Nilai-nilai Kebangsaan Lemhannas, Cijantung, Jakarta Timur, pada malam Minggu, 13 September 2025 di Cilandak, Jakarta mengulik berbagai soal mutakhir yang berkembang di negeri ini. Termasuk soal fenomena pos power sindrom, hingga masalah kegaduhan di Indonesia yang dianggap banyak pihak merambat ke Nepal dan Prancis.

Beragam topik diskusi kemudian terus berkembang semakin menarik, ketika memasuki wilayah pembahasan spiritual dalam perspektif Sunda dan Jawa, mulai dari simbolika siklus kala tida dan kala bendu hingga seterusnya, termasuk pemaknaan tentang pemahaman tentang”jangka waring” sampai asal muasal manusia dari seorang Ibu dan Ayah hingga kedua kakek dan kedua nenek dan seterusnya yang menunjukkan asal muasal manusia itu berasal dari orang banyak yang ada sebelumnya.

Lalu sikap merima dalam filosofis Jawa itu pada dasarnya adalah adanya sikap keikhlasan dari kesadaran diri manusia untuk menerima apa yang ada. “Karena itu, manusia bisa memiliki sikap ikhlas “nrimo” untuk menghadapi semua yang terjadi kemudian atas dirinya dengan ikhlas dan pasrah”, ungkap Rido Hermawan. Begitulah siklus hidup dan kehidupan berproses menuju kematian. Artinya, manusia bermula dari ketiadaan menjadi ada, untuk kemudian kembali pada ketiadaan. Pada giliran berikutnya — dalam dimensi spiritual — sampai hari ini kita bisa melihat banyak sekte-sekte, seperti adanya 4000 agama yang ada di dunia.

Sementara Sri Eko Sriyanto Galgendu yang hadir bersama sahabat dan kerabat GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) diantaranya Joyo Yudhantoro, Wowok Prastowo, Baidhowi ikut berbaur dengan komunitas Kang Deden yang datang khusus dari Bandung. Sementara Jendral Rido Hermawan yang kini semakin banyak mengajar di berbagai perguruan tinggi yang ada di Jakarta dan sekitarnya, justru mempunyai banyak waktu luang daripada hari-hari sebelumnya.

Topik menarik yang disodorkan Sri Eko Sriyanto Galgendu, merasa perlu untuk mempersoalkan kehadiran para Bhiku dari Thailand dalam menjalani tradisi Tudong hingga baru tiga bulan dapat sampai ke Indonesia, seakan tidak mendapat sambutan yang layak dan pantas dari umat Budha sendiri yang ada di Indonesia, termasuk dari para Bhikkhu yang ada di negeri kita.

Bagi Rido Hermawan sendiri tradisi Tudong yang dilakukan para Bhiku dari Thailand ini dipandang sebagai bukti dari Bangsa Timur yang memiliki dimensi spiritualitas tinggi. Dan yang diinginkan dari laku spiritual serupa itu adalah kebahagiaan rohani, jelas bukan kepuasan materi. Maka itu bangsa Barat yang memiliki empat musim justru lebih disibukkan untuk mendapatkan materi agar dapat bertahan secara fisik ketika musin dingin melanda mereka agar dapat mempunyai materi dan bahan makanan, saat musim dingin menjadi penghambat bagi mereka untuk bekerja.

Secara tidak langsung dari sejumlah pengalaman spiritual inilah, ide atau gagasan bagi Sri Eko Sriyanto Galgendu menyelenggarakan acara do’a untuk sejumlah tokoh selama 20 jam non stop yang kini siap untuk dilaunching hasilnya dalam bentuk “Kitab MA HA IS MA YA* yang diperkirakan mencapai 300 halaman itu. Jendral Rido Hermawan pun sepakat bahwa bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin spiritual kebangsaan yang cerdas dan handal untuk menghadapi berbagai tantang jaman yang semakin rumit dan kompleks.

Mengenai paparan tentang fungsi dan peran seorang pemimpin spiritual, menurutnya adalah sosok yang paling bertanggung jawab terhadap tata kelola negara dan bangsa Indonesia yang mengalami kerusakan dalam berbagai bidang dan sektor kehidupan. Karena untuk mengatasi masalah kebobrokan perilaku politik, perilaku ekonomi dan perilaku pejabat publik dalam penyelenggaran negara di republik ini tidak bisa dilakukan oleh para politikus, karena hanya mungkin dapat dilakukan oleh pemimpin yang cerdas memiliki kemampuan spiritual yang mumpuni.

Bagi Jendral Rido Hermawan sendiri, dari fenomena inilah yang meyakinkan bahwa kehendak para pelaku spiritual yang berupaya mencari dan mendekatkan diri kepada Tuhan hanya akan menemukan Tuhan itu di dalam dirinya sendiri. Karena Tuhan — seperti yang telah menjadi keyakinan banyak orang bahwa — Tuhan itu lebih dekat dari urat nadi diri sendiri.

Kritik terhadap pemerintahan Presiden Prabowo Subianto tidak kalah marak jadi topik bahasan. Terutama dalam kemampuan Prabowo Subianto merangkul sejumlah lawan politiknya, jadi terkesan lupa kepada para pendukung dan mereka yang loyal terhadap dirinya.

Begitu juga dengan program Makan Bergizi Gratis yang dikelola oleh Badan Gizi Nasional, harus lebih dominan melibatkan peran serta masyarakat. Sehingga pihak pemerintah atau Badan Gizi Nasional cukup menjadi pihak pengarah, pengawas tidak menjadi pelaku atau pelaksana pada tingkat operasi di lapangan. Sehingga kebocoran dapat ditekan secara maksimal, bukan menekan biaya yang tidak memberi akses bagi warga masyarakat untuk terlibat. Setidaknya, bagi usaha kecil menengah ke bawah, akan mengalami tekanan bila bahan lokal diganti dengan bahan pangan impor dan praktek monopoli yang bertentangan dengan orientasi kesejahteraan yang sosial masyarakat.

Minimal, pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis idealnya langsung dilakukan oleh warga masyarakat setempat, dan bahan pangan menggunakan produk lokal hingga tidak dikapitalisasi oleh pihak penyelenggara yang orientasinya profit minded. Kerena program yang bersifat sosial ini tidak boleh dijadikan usaha untuk mencari keuntungan yang sebesar, karena tidak sesuai dengan missi sosial yang diemban oleh program tersebut.

Artinya, jika MBG tetap dilakukan langsung oleh pemerintah, maka dapat dipastikan hasilnya tidak akan maksimal atau bahkan mengalami kegagalan. Sebab fungsi kontrol dan pengawasan tidak akan berjalan baik.

Topik diplomasi spiritual pun sempat mengemuka untuk menjadi prioritas program GMRI, sambil melakukan sosialisasi untuk membumikan gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual dalam sekala global dengan mengunjungi sejumlah negara tetangga yang ada.

Karena memang untuk menghadapi lompatan teknologi yang tidak pernah terpikirkan untuk dihadapi dalam peradaban modern sekarang ini harus menjadi agenda dan perhatian yang serius oleh bangsa Indonesia agar tidak tergilas oleh jaman yang terus melesat begitu cepat. Pemikiran ini dikemukakan Rido Hermawan menyusul topik tentang yang gaduh dalam masyarakat kita untuk kembali kepada UUD1945. Karena menurut dia, UUD 1945 dapat dilakukan perubahan dan perbaikan untuk sejumlah pasal yang dianggap krusial dan telah merugikan hak rakyat banyak. Sebab menurut dia, untuk mengubah UUD 1945 tidak bijak diubah secara menyeluruh, atau dikembalikan seperti bentuk atau konsep aslinya, karena bisa menimbulkan banyak korban yang harus ditanggung juga oleh rakyat.

Masalah umum manusia dalam peradaban yang sedang terguncang seperti sekarang ini — rusuh dan gaduh di mana-mana — memang sedang menuju tatanan yang baru — semacam dilema kebutuhan antara material dengan spiritual yang terus meregang yang harus mampu diredakan oleh manusia itu sendiri yang berkesadaran dengan sepenuh keikhlasan. Sebab tidak ada seorang pun yang dapat dan mampu memaksakan kehendak seperti yang diinginkan oleh egosentrisitas dirinya sendiri. Karena hidup manusia semakin jelas dan kuat tetap memiliki ikatan ketergantungan dengan pihak lain.

Cilandak, 13-14 September 2025

Red

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts