
Jacob Ereste :
Global Cyber News.Com. -Ibarat irama musik, ketika yang satu sudah tidak selaras dengan alunan yang lain, yang satu harus mengalah menyisihkan diri agar tidak merusak orkestra dalam satu simponi yang harus selaras dan saling melengkapi dalam satu tampilan yang kompak. Begitulah ibarat kehadiran Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa dalam Kabinet Merah Putih Presiden Prabowo Subianto yang sudah mendapat support penuh dari warga masyarakat untuk menguak isi kotak pandora yang selama ini seperti menyembunyikan sejumlah hantu dan setan yang disebut banyak orang sebagai koruptor, maling, atau pengentit duit rakyat melalui berbagai cara seperti pada sejumlah proyek yang mengundang banyak pertanyaan — bukan hanya manfaatnya –tali juga besaran dana yang tersedot seperti proyek IKN (Ibu Kota Nusantara) maupun proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang sedang menjadi buah bibir seakan bersaing dengan masalah ijazah palsu yang tak kunjung rampung itu.
Pro dan kontra pun tentang KCJB yang diklaim akan dilunasi oleh Presiden Prabowo Subianto — sedangkan sebelumnya Menkeu sudah menyatakan tak hendak membayar hutang KCJB itu dari duit APBN — membuat banyak orang jadi terperangah dan kaget, bukan saja karena kebijakan Presiden telah mementahkan pernyataan Menkeu sebelumnya, tapi orang banyak pun mulai menarik dukungannya kepada pemerintah dan menyarankan agar Menkeu segera mengundurkan diri untuk meyakinkan bahwa kehadirannya dalam Kabinet Merah Putih untuk mengabdi kepada kepentingan rakyat seperti telah diungkapkannya pada berbagai kesempatan.
Sebagai pemeluk agama yang teguh — seperti pernah dia ungkapkan bahwa “sukses itu bila mati masuk surga” sungguh meyakinkan bahwa Purbaya Yudhi Sadewa sangat paham bahwa kemuliaan manusia akan ditandai oleh perbuatan baik serta yang memberi manfaat kepada orang banyak — apalagi untuk rakyat — pasti sangat dipahami untuk dia wujudkan dalam peran dan tugas serta kewajibannya sebagai abdi negara untuk memperjuangkan kepentingan rakyat.
Kaitannya dengan masalah KCJB yang tengah menjadi perhatian orang banyak tentang proses pelaksanaan pembangunan proyek hingga besaran nilai anggaran yang begitu besar, lalu munculnya penolakan Menkeu untuk membayar beban hutang KCJB itu — karena tak boleh menggunakan dana dari APBN yang didulang dari tetesan keringat rakyat — tiba-tiba muncul pernyataan Prabowo Subianto yang bersedia untuk membayar hutang KCJB sebesar Rp 1,2 triliun per tahun yang berlaku hingga 40 tahun ke depan.
Persoalan hendak membayar hutang KCJB itu mungkin tidak menjadi masalah, jika uang untuk membayar hutang KCJB itu berasal dari kantong Pribadi Prabowo Subianto. Namun pemahaman banyak orang — karena peryataan Prabowo Subianto sebagai Presiden — secara otomatis persepsi banyak orang bahwa uang untuk membayar hutang KCJB itu akan menguras dana dari APBN yang ada.
Atas dasar asumsi seperti itulah, saran terbaik kepada Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa akan lebih bijak dan elegan mengundurkan diri saja. Sebab hanya dengan begitu apresiasi dan penghormatan dari warga masyarakat akan tetap terjaga dan percaya dengan niat tulus dan ikhlas untuk mengabdikan diri pada sisa usia menjelang tua, agar tak membawa cacat dan cela seperti pemikiran idealnya saat mati bisa masuk surga.
Definisi sukses versi Purbaya : Mati Masuk Surga, itu artinya nilai-nilai spiritual — yang merinci etika, moral dan akhlak mulia manusia — mengisyaratkan buka kesadaran Purbaya Yudhi Sadewa tentang amar ma’ruf nahi munkar telah menjadi pedoman hidup dan keyakinan sebagai prasyarat untuk mati masuk surga karena perbuatan yang baik dan usaha mencegah perbuatan jahat bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain. Termasuk terhadap mereka yang culas menguras dana dari APBN lewat berbagai proyek yang direkayasa untuk mendulang keuntungan, bukan manfaat dan kegunaannya yang maksimal bagi rakyat. Karena itu banyak proyek yang mangkrak. Setelah jadi pun bangunan yang didirikan atau dibuat itu tidak tampak manfaat dan kegunaannya bagi rakyat. Contoh untuk sejumlah lapangan terbang di berbagai daerah yang nyaris tidak ada gunanya sana sekali, karena tidak mengutamakan keperluan dan kepentingan yang mendesak bagi rakyat.
Oleh karena itu, saran terbaik untuk Purbaya Yudhi Sadewa segera mengembalikan jabatan sebagai Menteri Keuangan, toh, kalau cuma untuk mendapat pekerjaan, bukanlah masalah yang sulit untuk keahlian dan kualitas profesionalnya yang ada. Kecuali itu, reputasi kerjanya hingga kekayaannya, tidaklah mungkin bisa menjadi orang termiskin di Indonesia. Jadi memang agar tidak sampai munafik dan kufur, sebaiknya Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa Mengundurkan diri. Sebab perkataan harus selaras dengan perbuatan. Lalu apa artinya kata-kata, kalau sudah tidak lagi dipercaya oleh orang lain. Termasuk komandan maupun pimpinan kita sendiri yang sudah tidak menghargai pendapat dan sikap kita untuk berkata jujur dan benar sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan — sebagai bagian dari ekspresi keimanan diri kita — sebagai manusia yang bermartabat mulia. Istilah Presiden Soeharto dahulu ketika lengser keprabon — tahun 1998 — ora pate’en ora dadi Presiden. Beliau pun dengan legowo mengundurkan diri. Keteladanan Presiden Soeharto ini yang patut dikenang dan dijadikan materi pembelajaran nilai kebangsaan yang dapat diwariskan pada anak cucu kita.
Banten, 7 November 2025
Red








