Global Cyber News|-Medan I Di tengah bayang-bayang resesi yang diperkirakan akan bergulir di Indonesia, namun Sumut temnyata masih memiliki harapan. Paling tidak masih ada waktu untuk berupaya tingkatkan pertumbuhan ekonomi di provinsi ini.
Karena pada kwartal III ini ekonomi Sumut diprediksi mulai membaik seiring dengan aktivitas bisnis yang meningkat pada era new normal. Sebelumnya pada triwulan II 2020 pertumbuhan ekonomi Sumut tercatat -2,37 persen. Kondisi ini terkontraksi untuk pertama kalinya sejak krisis 1998. Di mana, realisasi tersebut menurun dari triwulan I 2020 yang masih tumbuh 4,65 persen.
“Meskipun demikian, kondisi tersebut masih lebih baik dibandingkan nasional yang hanya -5,32 persen dan Pulau Sumatera bekisar -3,01 persen saja. Namun dibandingkan dengan daerah lain di Sumatera, pertumbuhan Sumut masih lebih baik dari beberapa daerah lain seperti Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Sumatera Barat dan Lampung,” ucap Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumut, Wiwiek Sisto Widayat saat menggelar Bincang Bareng Media (BBM) via virtual, Selasa (11/08/2020).
Wiwiek mengakui bahwa saat ini daya beli masyarakat mulai menggeliat seiring dengan beroperasinya kembali sektor-sektor terdampak, serta gencarnya bantuan sosial dari pemerintah. Selain itu adanya permintaan eksternal untuk komoditas – komoditas unggulan yang diperkirakan akan kembali menggeliat didorong perbaikan ekonomi dunia tercermin dari kenaikan harga di pasar internasional
“Perbaikan ekonomi ke depan diperkirakan masih belum optimal. Hal ini terlihat dari beberapa pergerakan indikator yang belum pulih dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,” katanya.
Terkait perkembangan inflasi Provinsi Sumut, Wiwiek menyebutkan, jika inflasi 2020 diprakirakan akan lebih rendah dari tahun 2019 dan berada di batas bawah sasaran inflasi nasional yaitu 3 ±1 persen seiring dengan terbatasnya daya beli masyarakat akibat Pandemi Covid -19.
Namun demikian sambungnya, terdapat beberapa risiko yang dapat menimbulkan shock temporer seperti keterlambatan impor luar negeri, kenaikan harga emas, hambatan distribusi domestik dan penimbunan/belanja berlebihan oleh konsumen.
Terkait perkembangan QRIS, Wiwiek menyebutkan, hingga Juli 2020, terdapat 174.775 merchant QRIS di Sumut. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 11,22% (mtm) atau sebanyak 17.631 merchant bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang berjumlah 157.144 merchant.
“Sebagian besar merchant QRIS di Sumut merupakan pelaku UMKM dengan 70,4% diantaranya merupakan pelaku usaha berskala mikro. Hal ini menunjukkan bahwa QRIS merupakankan pembayaran yang mudah dan murah bagi para pelaku usaha. Sementara pendistribusian kartu berlogo GPN di Sumut terus dilakukan. Pada bulan Juni 2020, perbankan di Sumut telah mendistribusikan sebanyak78.982 kartu berlogo GPN bagi para nasabahnya,” katanya seraya menambahkan bahwa positif atau negatifnya ekonomi Sumut tergantung pada hasil Desember 2020 mendatang. (pl)
Red. Pandi Lubis