
- Setelah Menhukam Sahkan Satu-Satunya “Satupena”
Denny JA
Global Cyber News.Com| Para pendiri batin Indonesia adalah penulis. Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, RA Kartini, mereka juga penulis.
Perubahan zaman juga dinarasikan oleh penulis.
Di zaman mitologi, mereka menjadi
Shaman, orang yang dianggap dekat dengan alam gaib. Mereka menafsir apa arti hidup, asal usul semesta. Pandangan itu dituliskan pada kulit hewan atau papyrus.
Di zaman agama, para teolog juga penulis. Mereka menafsir suara Tuhan untuk mengatur dunia sosial dan pedoman hidup individu.
Di zaman Ilmu Pengetahuan, para ilmuwan juga penulis. Mereka membaca secara metodelogis hukum yang mengatur bintang di langit dan hati manusia.
Kita memerlukan tenda besar yang kuat bagi para penulis untuk kembali berperan signifikan
-000/
MENHUKAM SAHKAN SATUPENA DENNY JA
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —
Kementerian Hukum dan HAM, Rabu (1/9) mengesahkan Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena pimpinan Denny JA.
Dengan pengesahan ini diharapkan Satupena akan menjadi wadah bagi semua penulis.
Satupena akan menjadi tenda besar bagi semua penulis,” kata Denny JA, merespon soal keputusan Kementerian Hukum dan HAM ini, seperti tertuang dalam pernyataan melalui pesan tertulisnya.
Kementerian Hukum dan HAM mengeluarkan keputusan No AHU 00021211.AH.01.08. Tahun 2021 tentang Persetujuan Perubahan Perkumpulan Penulis Indonesia yang ditandatangani oleh Dirjen Administrasi Hukum Umum Cahyo Rahadian.
Dengan adanya surat penerimaan dan pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM ini, menurut Denny, maka kini hanya ada satu organisasi penulis Indonesia Satupena.
Dalam susunan pengurus baru yang disahkan oleh Kemunham itu; Denny J.A.memegang jabatan sebagai ketua umum.
Satupena pada Rabu (1/9) juga langsung mengadakan serah terima jabatan dan ketua umum dari Nasir Tamara kepada Denny JA.
“Penulis kini hidup di zaman baru yang sedang berubah mendasar. Revolusi industri keempat menciptakan jurang menganga di antara sesama penulis,” ungkap pendiri Lingkaran Survei Indonesia tersebut.
Di satu sisi, kata dia, semakin banyak lahir penulis yang trilyuner. Mereka tekoneksi dengan industri hiburan seperti jaringan bioskop dan televisi.
Sisi lain, lanjutnya, dunia internet menyediakan begitu banyak informasi gratis, tekstual dan audio visual. Akibatnya, buku konvensional semakin tidak dibeli.
Mayoritas penulis tak lagi dapat bergantung pada kerja menulis belaka.
Belum lagi terhitung maraknya pembajakan. Para pembajak sudah menjadi industri. Pastilah mereka lebih mampu menjual buku bajakan dengan harga jauh lebih murah.
“Sebuah perhimpunan penulis nasional yang kuat diperlukan untuk menjadi wadah bersama, menghadapi gunjang ganjing revolusi informasi itu,” ungkap Denny.
Red.