
globalcybernews.com -Zaman dulu kira2 kalau sultan lewat seperti apa ya ?
Apa tabuh gong? Atau ada voorijder khusus?
Ini foto Sultan HB VIII menaiki Rata Jong Wiyat** (satu dari 4 kereta yg didisain tanpa atap, walau beberapa ada yg atap bisa dipasang) yang merupakan kereta buatan Belanda tahun 1880 zaman Sultan HB VII (Sultan Sugih). Melewati Malioboro dari Wedloop Societeit Mataram di Balapan dimana acara lomba pacuan kuda dilakukan.
O ya, tanpa kusir tapi ada abadi dalem kenekan di belakang kereta.
Ada yang nanya routenya ?
Balapan Råjå [wedloop societeit Mataram] saat itu ada pintu masuk/keluar ke Jalan Raya (saat itu namanya Balapan straat) di seberang Wiromejan. Lalu ke barat lewat Gondolayu – Tugu Wetan (sekarang Jalan Solo hingga Tugu Jogja) – lalu Tugu ke selatan – langsung sepanjang Tugu straat (sekarang Margo Utama) – Malioboro – Pangurakan – Alun2 Utara – Kraton.
Masalah voorijder dan sirene mungkin belum ada, tapi rakyat udah tau raja mau lewat jadi otomatis udah minggir semua…
Nb
4 kereta khas tanpa atap milik sultan :
Kereta Natapura (1855-1870) dibuat khusus untuk manggalayudha,
Rata Jong Wiyat (1880 – buatan Belanda, ditarik 6 kuda),
Rata Biru (1901, buatan belanda, 4 kuda),
Rata Kiai Raja Pawaka (1901, adik2 sultan)
Foto dari Koran De Locomotief, Jumat 31 Juli 1936 [ semarang]
** info pembaca ini rata Kiai Jatayu bukan Jong Wiyat.
Kereta Kyai Jatayu yang dibuat pada masa HB VII tahun 1880 ditarik oleh empat ekor kuda. Dahulu fungsinya sebagai kendaraan Putra Mahkota saat menghadiri acara-acara yang tidak terlalu resmi.
Red