Tuesday, June 17, 2025
HomeSejarahSejarah belum tuntas di tulis.
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Related Posts

Featured Artist

Sejarah belum tuntas di tulis.

globalcybernews.com  -Mari kita menggali lebih dalam dan bangga terhadap karya seni Anak Bangsa.

Sardono Waluyo Kusumo

Profesor Sardono Waluyo Kusumo beken dengan Sardono W Kusumo, adalah sosok “seniman besar” yang menggeluti seni tari, dikenal sebagai tokoh tari kontemporer, koreografer, sutradara film dan Guru Besar di IKJ.

Sardono W Kusumo lahir 6 Maret 1945 di Kampung Kemlayan kota Solo. Mulai menekuni seni tari berawal dari pencak silat, mengalir tanpa ambisi berkesenian. Namun mampu melampaui ekspektasi. Pertama kali belajar menari tarian klasik Jawa pada R.T. Kusumo Kesowo (master tari keraton Surakarta).

Dikabarkan; Ketika R.T. Kusumo Kesowo pada tahun 1961 akan menggelar sendratari kolosal “Ramayana” yang melibatkan 250 penari dengan dua set orkestra gamelan di Candi Prambanan. Sardono W Kusumo di daulat untuk menarikan tokoh “Hanoman”. Awalnya dikabarkan kecewa, namun peran yang dimainkan memberikan inspirasi untuk mengadaptasi gerakan Hanoman dengan silat yang dipelajari sejak umur 8 tahun.

Sardono W Kusumo yang akrab disapa dengan Mas Don, pada tahun 1968 tercatat menjadi anggota termuda Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Dua tahun kemudian Mas Don mendirikan “Sardono Dance Theatre” (1970).

Bagi Sardono, modernitas tari tak hanya menyangkut bentuk tetapi juga isi tarian. Modernitas tari tak boleh hanya mengabdi kepada selera elite penguasa, tetapi juga kepada rakyat.

Sebagai seniman tari Mas Don telah berjasa mengangkat juga memodernkan tari tradisi diperkenalkan kedunia internasional melalui pendekatan kontemporer.

Dalam perjalanan karirnya Mas Don telah menghasilian karya tak kurang 25 tarian, di antarnya adalah: Samgita Pancasona, Cak Tarian Rina, Dongeng dari Dirah, Hutan Plastik, Hutan Merintih, Opera Diponegoro.

Karya-karya mantan rektorInstitut Kesenian Jakarta (IKJ). 2004-2008, Prof. Sardono W. Kusumo, telah mengingatkan kita kepada fungsi primer tari sebagai santapan rohani yang bernutrisi, opini/komentar dan juga kritik.

Sardono W Kusumo tercatat telah melakukan pentas di berbagai negara dengan karyanya. Penghargaan pun banyak diberikan untungnya.

Dalam suatu berita dikabarkan Sardono W Kusumo menyikapinya. Baginya “penghargaan” tak ubahnya seperti tepuk tangan penonton yang menyaksikan pementasan tarinya.

Sardono W Kusumo memberi pelajaran tentang kompleksitas, semuanya harus dilatih dan diasah secara seimbang dan tekun.

Mempunyai sebuah karya adalah suatu pencapaian yang sangat luar biasa.
Saya menaruh Hormat Kepada karya Siapapun, dimanapun dan kapanpun”wKg”

Dirangkum dari berbagai sumber

Red

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Posts