Global Cyber News|Ketika seorang pembaca berkomentar bahwa Gibran enak dalam berbisnis karena tidak menanggung utang bank, itu anggapan keliru dan menandakan bahwa dia kurang bacaan/informasi tentang bagaimana Gibran memulai usahanya yang tidak semulus perkiraan orang.
Diawali dengan Jasa boga Chili Pari Catering yang tak asing bagi masyarakat Solo, bisnis kuliner ini dibentuk Gibran Rakabuming Raka sejak 2010. Chili Pari Catering juga berhasil menjadi cikal bakal Gibran untuk membangun bisnis kulinernya.
Gibran bercerita tentang sulitnya memperoleh pinjaman bank untuk memulai usahanya itu lima tahun lalu.
Anak sulung Presiden Joko Widodo ini mengaku telah membuat konsep bisnis itu sejak sebelum lulus dari Management Development Institute of Singapura.
“Saya sudah menyusun proposalnya untuk diajukan ke bank,” kata Gibran saat berbagi pengalamannya berbisnis.
Meski ayahnya saat itu dikenal sebagai pengusaha dan Wali Kota Surakarta, Gibran tidak mau mengandalkan modal dari orang tuanya. Setelah lulus kuliah, Gibran menyiapkan pembangunan kantor di lahan yang tidak jauh dari rumahnya pada 2010.
Gibran pun menjajakan proposal ke sejumlah bank. “Semuanya ditolak,” katanya.
Akibatnya, pembangunan kantor katering yang sudah setengah jalan terpaksa dihentikan.
Saat sedang bingung, tiba-tiba Gibran dihampiri pemilik rumah yang tepat berada di samping lahan yang akan dia bangun.
“Kelihatannya orang kaya, naiknya mobil Camry,” ujar Gibran. Ternyata pria itu kepala cabang salah satu bank di Solo. “Sekalian saja saya mengajukan proposal.”
Kredit pun mengucur meski tak sebesar yang diharapkan.
“Saya inginnya beberapa miliar, tapi hanya dikabulkan ratusan juta rupiah,” kata Gibran. Toh, Gibran mampu mengelola kredit itu hingga usahanya berkembang.
*
*
Tapi dampak pembangunan kantor itu membuat Chilli Pari tak punya peralatan dan dapur.
“Bahkan kami tidak memiliki piring dan sendok,” ujar dia.
Solusinya, dia menyewa dapur dan peralatan saat mendapat order dari pelanggan.
Modal yang dibutuhkan untuk urusan sewa-menyewa peralatan itu bukan hal sulit.
Dalam bisnis katering, pelanggan biasanya membayar penuh sebelum acara.
“Biasanya sepekan atau dua pekan sebelumnya sudah lunas,” kata Gibran. Dengan demikian, dia tak perlu lagi memikirkan modal untuk membeli bahan maupun menyewa peralatan.
Gibran menyebut kini usahanya sudah berkembang. Chilli Pari sudah punya semua perlengkapan pernikahan, dari katering, gedung, tata rias, hiburan, hingga kebutuhan lain.
“Chilli Pari bukan lagi katering, melainkan wedding organizer.” Mereka juga mampu melayani pesanan untuk acara pernikahan dengan tamu ribuan orang.
*
*
Putra pertama Presiden Jokowi itu memulai usaha Chili Pari Catering saat masih berusia 23 tahun. Ia pun mengalami jatuh bangun merintis bisnis kuliner.
“Saya melihat kesempatan pasarnya ada. Pernikahan orang kan pasti, event pernikahan ada terus. Apalagi saya punya gedung pernikahan sendiri. Jadi satu paket. Pasarnya jelas, pembelinya jelas ada,” kata Gibran.
Dari situs resmi katering Chili Pari, dijelaskan jika ia awalnya tidak dapat langsung membangun usaha karena keterbatasan modal.
Gibran disebut tidak ingin memanfaatkan kekuatan modal orangtua yang berprofesi sebagai pengusaha mebel. Jokowi pada masa itu menjabat sebagai Wali Kota Solo.
Gibran mengatakan bahwa Jokowi sebenarnya tidak 100 persen setuju akan keinginannya merintis bisnis kuliner. Jokowi ingin Gibran meneruskan usaha mebel miliknya, yang sudah mapan itu.
Alhasil, Gibran menyusun proposal untuk mengajukan pinjaman ke bank. Karena tidak punya pengalaman berbisnis dan usia yang masih muda, proposal Gibran nyaris ditolak semua bank.
Hanya ada satu bank yang menyanggupi pinjaman Gibran. Itu pun tidak dalam nominal utuh yang diinginkan. Seperti yang sudah diceritakan di atas tadi.
Jadi anggapan orang bahwa bisnis yang dilakukan Gibran itu LANCAR dan MULUS karena anak Pengusaha/Walikota saat itu, nyatanya tidak semudah perkiraan orang.
Seandainya Gibran mau memanfaatkan jabatan bapaknya sebagai Walikota, tentu usahanya lebih mulus dan orderan catering dari Balaikota bisa lancar jaya saat itu.
Red.